Refleksi Diri 4

MENGAPA TIADA MAAF BAGIMU?

Anda mungkin berpikir bahwa judul di atas diambil dari lagu lama yang
dipopulerkan kembali oleh Yuni Shara pada tahun 1995. Ya, Anda betul.
Entah apa nama judul lagu sekaligus album Yuni Shara itu, yang jelas
bagian lirik lagu yang sangat gampang diingat adalah "Mengapa tiada
maaf bagimu".

Terlepas dari ulasan tentang lagu itu, setiap manusia dalam interaksi
sosial dan komunikasi, baik dalam ruang lingkup kecil maupun luas,
semua perlu memaafkan: satu pihak perlu meminta maaf bila telah
terjadi kekhilafan, dan pihak lain perlu menerima maaf dengan cara
memaafkan kesalahan yang bersangkutan. Pokoknya di antara sesama
manusia harus saling memaafkan, sebab tidak ada insan di dunia ini
yang luput dari kesalahan dan kelemahan, dan ketidaksempurnaan kita
perlu diimbangi dengan saling memaafkan.

Itulah yang terjadi antara si "leher beton" Mike Tyson dan Evender
Holyfield 28 Juni 1997 lalu. Pada ronde ketiga pertarungan kelas berat
antara kedua petinju Amerika Serikat itu, Mike Tyson menggigit kedua
telinga sang juara bertahan. Bahkan telinga kanan Holyfield sampai
putus sehingga harus menjalani operasi plastik untuk menyambung
telinganya itu.

Sungguh memalukan perbuatan Mike Tyson di ring tinju hari itu, sebab
diperkirakan sekitar 3 milyar penduduk dunia menyaksikan pertandingan
tersebut. Menurut aturan main dalam olahraga tinju, perbuatan tersebut
tidak dapat ditoleransi, sehingga Mike Tyson didiskualifikasi. Namun
dua hari sesudah peristiwa memalukan itu, Mike Tyson dengan jantan
meminta maaf kepada Holyfield.

Pihak Mike Tyson dengan rendah hati memohon maaf atas kesalahannya,
dan pihak Holyfield dengan tangan terbuka memaafkan kesalahan Tyson.
Kita lihat di sini, ada kerja sama di antara keduanya dalam melakukan
bagian masing-masing. Tyson bersedia mengulurkan tangan untuk memohon
maaf, dan Holyfield menerima uluran tangan Tyson sebagai bukti ia
memaafkan Tyson. Jika tidak demikian, maka pemulihan hubungan di
antara keduanya tidak pernah terjadi.

Terkadang kita tidak mau memohon maaf ketika kita berbuat salah. Atau
kalaupun pihak yang bersalah sudah bersedia meminta maaf kepada kita,
namun kita yang tidak bersedia memaafkannya. Hal ini bila dibiarkan
sekian lama, malah menjadi tambah rumit.

Amsal 19:11 berkata, "Akal budi membuat seorang panjang sabar dan
orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran." Itulah yang dilakukan
oleh Allah terhadap manusia. Seandainya Allah tidak memaafkan segala
pelanggaran dan kesalahan kita, pastilah kita semua tidak ada yang
layak untuk menjadi umat-Nya.

Mengapa saling memaafkan itu penting? Sebab tanpa mau meminta maaf
kepada orang lain dan memberi maaf kepada orang yang bersalah kepada
kita, mustahil kita dapat mengampuni orang lain yang bersalah kepada
kita. Sikap memaafkan dan mengampuni itu saudara kembar: Jika kita
tidak mau memaafkan orang lain berarti kita tidak mau mengampuni orang
itu. Padahal, mengampuni orang lain merupakan hasil mutlak dari iman
kita kepada Kristus.

Kita diselamatkan dari hukuman dosa, kita diangkat menjadi anak-anak
Allah, kita disebut sebagai orang yang dinyatakan benar di hadapan
Allah, hanya oleh rahmat dan kasih karunia Allah yang telah memberikan
maaf dan pengampunan kepada kita. Allah telah membayar harga yang
sangat mahal untuk memaafkan dan mengampuni kita, yaitu Yesus Kristus
harus dikorbankan mati di kayu salib.

Itulah sebabnya Paulus menasihati jemaat di Kolose, "Sabarlah kamu
seorang terhadap yang lain, dan ampuni seorang terhadap yang lain
apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti
Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose
3:13) Apabila Anda memiliki sikap memaafkan dan mengampuni, maka
masalah apa pun yang terjadi -- mungkin terhadap pasangan, anak, orang
tua, teman kita, bahkan terhadap siapa pun -- akan dapat diselesaikan
dengan baik dan tuntas.

Seandainya suami Anda tidak mau memaafkan dan mengampuni kesalahan
Anda, sehingga masalah di antara Anda dan dia tidak kunjung
terselesaikan, rasanya Anda dapat menyanyikan syair lagu tadi,
"Mengapa tiada maaf bagimu?" Sebab logikanya, kalau di masyarakat umum
saja memiliki sikap saling memaafkan, bukankah aneh kalau di antara
teman seiman masih ada ungkapan "tiada maaf bagimu dan tiada ampun
dariku?" *** (Kalam Hidup)

Tidak ada komentar: