REFLEKSI

Mengapa Abraham disebut sebagai tokoh iman yang patut kita teladani?


Abraham adalah pembina bangsa Ibrani. Pada mulanya ia bernama Abram dan tinggal di Ur-Kasdim (kini letaknya di daerah Irak Selatan) sekitar tahun 2000 SM. Pada suatu hari, dengan bimbingan Allah ia pindah ke arah barat laut menuju Haran, dan kemudian ke arah Barat Daya menuju Kanaan.

Menjelang masa tuanya, Abraham mendengar panggilan Allah. Allah membuat perjanjian dengan Abraham dan menjanjikan kepadanya seorang putra. Melalui putra perjanjian itu, yaitu Ishak, ia menjadi nenek moyang semua bangsa Yahudi. Kebesaran Abraham diringkas dalam surat Ibrani 11:8-19 dan surat Yakobus 2:21-23.

Dari kehidupan Abraham kita mendapat kesimpulan bahwa Abraham adalah tokoh iman yang patut kita teladani:

 1. Abraham beriman: Ia mendengar, menaati, mematuhi segala perintah Tuhan dan percaya akan firman Tuhan (Kej 15:6; Ibr 11:8). Dengan iman kita diselamatkan; dengan iman kita melayani Tuhan. "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah" (Ibrani 11:6).

2. Abraham beribadah. Ke mana saja Abraham pergi, ia selalu membangun mezbah. Melalui mezbah, ia mengucap syukur kepada Tuhan, berdoa serta mempersembahkan korban dan beribadah kepada Tuhan. Paulus menasihati kita agar senantiasa berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan (1Tesalonika 5:17-18).
   
3. Abraham hidup sebagai musafir. Hal ini menunjukkan bahwa ia mengakui hidupnya di dalam dunia ini hanya sebagai musafir saja. Perjalanan hidupnya menuju ke negeri yang baka, kehidupan jasmaninya tidak kekal seperti kemah yang bisa rusak, tetapi kehidupan rohani itu kekal adanya (2 Kor 4:16; 5:1-2).
   
4.  Abaraham suka damai: Ia tidak suka bertengkar, tidak suka membantah dan rela mengalah (Kej 13:5-9). "berusahalah hidup damai dengan semua orang " (Ibrani 12:14). Tuhan menjanjikan: "Berbahagialah orang yang membuat damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (2 Kor 4:16, 5:1-2).
  
 5.  Abraham tidak egoistis: Ia selalu memikirkan kepentingan orang lain (Kej. 13:9) dan rela membantu kesukaran orang lain (Kej 14:14-16). Demikian juga nasihat rasul Paulus: "Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" (Filip 2:4).
   
 6. Abraham memberi persepuluhan: Ia memberi persepuluhan kepada Melkisedek yang melambangkan Tuhan Yesus (Kej 14:20; Ibr 7:1-28). Tuhan berjanji akan memberkati orang yang memberi persepuluhannya kepada Tuhan (Maleakhi 3:10). Dalam hal memberi persembahan, hendaklah kita memberi menurut kerelaan hati, jangan dengan sedih atau karena terpaksa, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
     
Masih banyak ciri khas kehidupan Abraham yang boleh menjadi teladan kita, tetapi apa yang telah diuraikan di atas, cukup menjadi pedoman kita untuk hidup sebagai orang Kristen yang diperkenankan Tuhan. ***
                                                                                                                                   
       





BELAJAR KEPADA SEMUT
(Amsal 6:6-8; Amsal 30:25)

"Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak; biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.
Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas."

Semut disinggung dalam Firman Tuhan, bukan saja untuk diperhatikan tetapi agar dipelajari tingkah-laku mereka. Semut adalah binatang kecil termasuk bangsa serangga yang hidup dalam suatu komunitas keluarga yang baik dan rajin.
Menemukan semut? Itu mudah sekali! Semut selalu terlihat dimana-mana, baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Bila kita duduk di lantai maupun di rerumputan sambil menikmati makanan kecil yang manis dan beraroma, maka tanpa diundang semutpun akan datang berkerumun sekitar kita. Semut yang senantiasa hilir-mudik itu akan mencium remah-remah tersebut, membawa atau memakannya.

Mereka adalah mahluk kecil yang sangat rumit, hidup dalam suatu masyarakat yang serba teratur dan memiliki sifat yang rajin. Untuk mencari makan, ia harus berjalan jauh. Dan ketika menemukan makanan, ia mengajak mereka untuk beramai-ramai mengangkat makanan itu. Semut tidak pernah hidup menyendiri seperti serangga lainnya. Mereka hidup dalam kebersamaan dan memiliki naluri sosial yang tinggi.

Semut juga adalah serangga yang cerdik. Cara hidup mereka yang bergotong-royong demikian mengagumkan, cara membangun tempat kediaman dan mencari makanan sekaligus menyimpannya demikian pintar. Padahal jelas semut tidak memiliki akal seperti manusia, tidak dapat belajar atau berpikir. Semut hanya memiliki dua perasa (antena) yang bengkok panjang melekat di atas kepalanya. Antena adalah alat peraba utama semut. Umumnya semut yang hidup dalam koloni memiliki penglihatan yang sangat buruk, karena itu dalam menemukan jalannya mereka mengandalkan naluri penciuman-nya.

1.  Semut melaksanakan tugas pekerjaannya dengan rajin

Perhatikanlah prilaku mereka. Di dalam maupun di luar ruangan, mereka tidak pernah bersantai-santai, pasif atau hanya berdiam diri. Mereka selalu bergerak seakan tidak mengenal lelah.
Setiap kali cuaca mendung, semut-semut itu selalu keluar dari sarangnya, banyak sekali jumlahnya. Mereka beramai-ramai mencari makanan dan membawanya ke sarangnya. Mereka terus bekerja dengan giat.
Mungkin saja kita memiliki semangat yang menyala-nyala, namun sifat kedagingan kita lemah. Sehingga apa yang ingin kita lakukan tidak jadi dilaksanakan. Apa yang ingin di capai tidak jadi dilakukan. Intinya, sifat kedaginganlah yang membuat kita menjadi malas! Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, suatu saat kita akan menjadi orang yang pesimistik, pasif dan penuh keragu-raguan.
Segala hal yang menghalangi ibadah kita kepada Tuhan harus di tanggalkan, termasuk kemalasan.
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).
"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Kor. 15:58).

2.  Kebersamaan dan saling mengasihi

Semut adalah serangga kecil yang memiliki naluri sosial yang tinggi. Mereka hidup bersama-sama dalam suatu komunitas yang besar. Bilamana mereka menemukan sesuatu yang dapat di makan, mereka akan makan bersama-sama dan sebagian lagi mereka bawa ke koloninya. Semut pekerja lainnya akan datang menjemput mereka di lorong sarang, menggosokan sungut mereka yang peka pada semut yang baru pulang itu agar makanan yang dibawanya bisa dikumpulkan. Selanjutnya makanan-makanan itu dibawa dalam kubangan kecil untuk nantinya di makan secara bersama-sama.
Gereja mula-mula telah menjadi contoh atau teladan yang indah, karena kebersamaan para rasul dan pengikut Kristus yang saling kasih mengasihi secara tulus dan murni, sehingga persekutuan mereka bertambah erat dan menghasilkan penambahan jiwa-jiwa baru.
"Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa .....Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu........... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Allah. ........ Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." (Kisah Para Rasul 2:42-47).

Sebagai umat pilihan Tuhan, sikap kebersamaan dalam persekutuan melalui saling mengasihi haruslah menjadi yang utama dan transparan. Karena kasih tidak pudar oleh waktu dan merupakan cermin keberadaan Allah.
Di dalam Tuhan, orang yang terpanggil dan terpilih menjadi pengikut Kristus adalah keluarga Allah dan saudara kita. Karena itu, jangan biarkan terjadi sekat-sekat pemisah diantara sesama umatNya, karena sorga tidak mengenal merk gereja, denominasi gereja atau simbol-simbol karya manusia. Allah hanya mengenal umatnya yang memiliki meterai Anak Domba Allah yaitu mereka yang telah di tebus oleh darahNya di Kalvari
Kebersamaan dan saling mengasihi, menyiratkan betapa kita dituntut untuk lebih peka terhadap sesama kita. Yang kuat harus menopang yang lemah, yang berkelebihan membantu yang berkekurangan. Rongga yang terbuka harus di tutup rapat -rapat bukan semakin di lebarkan. Dengan demikian karakter Kristus nampak dalam kehidupan umatNya.
Semut tidak memilah-milah atau membeda-bedakan diantara sesamanya. Semua mendapat bagian dan giliran yang sama. Tidak iri satu dengan yang lainnya dan mereka menyelesaikan tugas masing-masing dengan teratur bahkan bergotong-royong
Bagaimanakah dengan hidup kita yang jauh lebih istimewa dari semut?

3. Disiplin

Kehidupan semut di dalam sarangnya merupakan tugas yang rutin dan tak pernah dilanggar, dan masing-masing semut memiliki tugas tertentu yang menunjang keberhasilan seluruh koloni. Sebagian tugas itu berat sebagian lagi mudah. Semut pekerja membangun sarang untuk  memberi tempat bagi semut-semut lainnya yang berjumlah besar. Membangun sarang merupakan pekerjaan yang memerlukan kedisiplinan. Para semut pekerja saling bantu untuk membuat terowongan yang diperlukan, menghubungkan ruang penyimpanan makanan dengan kamar-kamar perawatan larva-larva, agar selalu tersedia cadangan pangan yang melimpah untuk semut-semut generasi selanjutnya.
Tidaklah mudah menjadi seorang Kristen sejati, yang berpadanan dengan kehendak Tuhan dan 'menjadi sama seperti Kristus'. Kedisiplinan tinggi sangat diperlukan sebagai penunjang kontrol diri.
Melakukan kedisiplinan memerlukan pengorbanan dan penyangkalan diri yang konsisten. Tanpa semua itu kegagalan demi kegagalan dalam mewujudkan kehendak Allah dalam hidup kita pasti  terjadi.
Memang, untuk menjadi orang yang memiliki disiplin tinggi tidak terjadi begitu saja, diperlukan kemauan, keberanian dan semangat juang yang baik.
Untuk mencapai sasaran pendisiplinan diri, kita bisa memulainya terlebih dahulu dengan hal-hal kecil, misalnya: Datang ke gereja tepat waktu, berdoa sebelum dan sesudah tidur, berdoa sebelum berangkat ke kantor, membaca Alkitab, mengatur keuangan dengan baik dan menghindari kalimat-kalimat 'bohong' ketika terlibat dalam percakapan, dll.
Karena ibadah yang sesungguhnya bukan saja mempersembahkan jiwa, roh kita untuk dipakai memuliakan Tuhan, melainkan tubuh kita juga.
Kejatuhan manusia dalam dosa diakibatkan oleh lemahnya kehendak tubuh ini, karena  tubuh manusia berada digaris depan yang bersentuhan langsung dengan 'kenikmatan semu dunia ini' akan mempengaruhi jiwa sehingga menuruti kehendaknya.
"Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Galatia 5:17).
Padahal untuk melaksanakan ibadah yang benar, keinginan Roh itu harus dominan terhadap keinginan daging. Keinginan daging itu harus dikendalikan menjadi alat untuk memuliakan Tuhan. Dengan demikian terjadilah proses menuju ibadah yang sejati.
"Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1).

4. Cerdik dan berani.

Ada pepatah yang mengatakan "Semut pun jika terus menerus di usik suatu saat pasti melawan". pernah digigit semut? Tentu saja pernah, bukan? Bandingkan perbedaan semut dan manusia. Sekalipun semut itu binatang yang sangat kecil tetapi memiliki keberanian terhadap yang jauh lebih besar dari postur tubuhnya.
Dan kecerdikan semut teruji ketika langkahnya terhenti dikarenakan jalan yang dilaluinya menjadi buntu. Ia tidak putus asa, melainkan berusaha mencari jalan lain agar perjalanannya tidak terganggu.
Sebagai umat Tuhan, keberadaan kita digambarkan seperti sekawanan domba di antara srigala yang buas. Hidup kekristenan kita selalu terancam karena iblis yang digambarkan seperti singa yang mengaum sedang mencari kesempatan untuk dapat melulur anak-anak Tuhan (I Petrus 5:8).
Untuk mensikapi keadaan tersebut kita di tuntut supaya berlaku cerdik dan berani, sekalipun resikonya adalah 'penderitaan'. Tetapi ingat, menderita di dalam Tuhan merupakan karunia! " .....Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah." (1 Petrus 2:20).
Permasalahan yang kita hadapi seharusnya tidak menjadikan kita orang yang mudah putus asa, melainkan menjadikan kita lebih dewasa di dalam Tuhan. Kita harus mensikapi permasalahan yang datang dengan kecerdikan, ketulusan dan keberanian di dalamTuhan. Berfikirlah secara positif sebab tidak semua persoalan merupakan 'musibah' dalam hidup kita. Sebagai anak-anak Tuhan apa yang kita alami merupakan bagian dalam rencanaNya. Masalah bisa kita jadikan proses pembelajaran agar kita menjadi lebih tahu akan kehendakNya, masalah yang kita hadapi bisa juga merupakan proses pendewasaan agar kita lebih tahan uji selanjutnya  masalah juga merupakan proses pemurnian iman.
Tetapi yang paling penting, kita harus memiliki keberanian untuk menghadapi setiap persoalan. Jangan lari dari masalah; itu tidak akan menyelesaikannya. Tetapi marilah kita hadapi setiap pergumulan hidup ini dan jadilah pemenang! Di dalam Tuhan kita lebih dari seorang pemenang (Roma 8:37).

5.  Menilai Tanda

Semut-semut tidak memiliki alat-alat meteorogi, tetapi dapat menentukan kapan hujan akan datang.  Memang semut tidak sepintar manusia, tetapi semut selalu mensikapi tanda. Kalau bumi dirasa semakin panas; mereka tahu bahwa sebentar lagi pasti hujan. Karena itu, begitu bumi dirasakan menyengat, mereka semua keluar mencari makanan dan membawanya ke sarang mereka. Menyimpan semua makanan untuk konsumsi persediaan selama musim hujan.
"Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?" (Lukas 12:56).
Apa yang telah terjadi dan sedang terjadi di dunia akhir-akhir ini merupakan tanda yang jelas bahwa nubuat dalam Alkitab telah, sedang dan akan digenapi.
Bencana-bencana alam, peperangan-peperangan, kemerosotan moral manusia, kasih yang semakin menurun, penganiayaan-penganiayaan terhadap umat Tuhan, dll. menyiratkan tanda-tanda akhir zaman perlu kita waspadai dan cermati.
Menilai zaman bukan berarti menafsirkan apalagi meramal zaman. Menilai zaman adalah mempelajari tanda-tanda zaman yang sedang berlangsung di dunia ini dan menghubungkannya dengan nubuat-nubuat dalam Alkitab. Hal ini sangat penting agar kita selalu berjaga-jaga, waspada, tekun berdoa dan tetap setia memelihara iman di dalam Kristus. Amin.

Oleh : Simon Gunawan 




RATU YANG TERBUANG
Ester 1:1-22

Raja Persia, Ahasyweros (485-465) putera Darius I dengan kebesarannya menguasai 127 daerah (propinsi) mulai dari India hingga Ethiopia (Afrika).
Diceritakan, setelah 3 tahun pemerintahannya ia mengadakan perjamuan; tepatnya pameran kekayaan dan kekuasaan secara besar-besaran selama 180 hari plus 7 hari.
Namun yang menarik untuk direnungkan adalah, cara hidup istri Ahasyweros yang disebut 'Ratu Wasti'.
Siapakah Wasti?
Tidak diceritakan asal-usulnya. Yang jelas ia berparas cantik dan sangat disayang raja Ahasyweros. Karier perjalanan hidupnya berakhir setelah ia dibuang dan posisinya digantikan ratu Ester.
Tentu ada alasan yang masuk akal mengapa sang ratu yang berparas nan elok mesti dibuang.
Lho kok dibuang? Emangnya barang rongsokan yang mesti dibuang? Barangkali pakaian bekas ratu yang dibuang? Oh tidak! Alkitab jelas memaparkan bahwa yang dibuang  seutuhnya sang ratu itu sendiri.

I.  Menolak perintah untuk menghadap raja Ahasyweros  (Ester 1:11-12).

Ratu Wasti menolak atau menentang titah raja untuk menghadap sehingga raja Ahasyweros menjadi marah.
Keinginan raja Ahasyweros itu sebenarnya simpel saja. Raja bangga karena memiliki permaisuri berparas cantik dan ingin memperlihatkan sekaligus memperkenalkan sang ratu kepada para tamu undangan yang terdiri dari para pembesar-pembesar dan tamu-tamu VIP lainnya.
Bila menghadap raja, ratu Wasti disarankan mengenakan mahkota kerajaan yang merupakan indentitas diri yang sah seorang ratu. Sayang seribu kali sayang permintaan yang tidak sulit itu ditolak sang ratu.
Kemungkinan besar Wasti menolak permintaan raja. Karena, Wasti sibuk dengan urusannya sendiri menemani para perempuan dalam perjamuan terpisah (Ayat 9). Wasti mengabaikan dan menganggap sepele titah raja. Penolakkannya berakibat raja Ahasyweros dipermalukan.
Maksud baik belum tentu disikapi secara baik pula. Yunus menolak ketika disuruh pergi ke kota Niniwe, padahal permintaan Tuhan sederhana saja dan tidak diluar konteks tugas pokok seorang nabi, yaitu menjadi penyambung lidah Allah atau memberitakan Firman Allah sebagai pesan isi hati Allah., tetapi Yunus menafsirkan keinginan Allah dengan kesimpulan dan keputusannya sendiri. Akibatnya, ia mengalami hukuman dan terbuang ke perut ikan paus.
Raja Saul pun demikian. Karena ia berinisiatif sendiri dan mengambil alih tugas Samuel, dengan cara melaksanakan korban bakaran yang bukan bagiannya. Ia di tegor Samuel dan keputusan fatal terjadi atasnya.
"Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah Tuhan, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya Tuhan mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. ....." (1 Samuel 13:13-14a).
Bagaimanakah dengan hidup umat Tuhan dimasa kini? Bukankah Tuhan Yesus adalah Raja di atas segala raja yang berkeinginan sama agar kita memuliakanNya, menghormatiNya dan menghadapNya setiap saat. Bukan karena maksud lain; melainkan agar kita selalu berada di hadiratNya. Hal tersebut dapat dilakukan jika kita rajin berdoa, beribadah dan berbakti kepadaNya. Tapi sayang, acapkali karena kesibukan dengan urusan sendiri beberapa umat Tuhan justru melalaikan kehendakNya tersebut.
Ketika menghadap Raja di atas segala raja; Tuhan berkehendak agar kita juga mengenakan jati diri yang sah yaitu mahkota, karena kita adalah anakNya, calon mempelaiNya, sahabatNya dan  bagian dari keluarga kerajaanNya, yaitu keluarga Allah. Maksudnya ketika menghadap hadiratNya kita harus menanggalkan tabiat lama kita dan mengenakan mahkota kekudusan dan kemuliaan sebagai citra diri bahwa benar kita adalah bagian keluarga kerajan Allah.

2.  Bersalah kepada raja dan orang lain  (Ester 1:16).

Perbuatan Wasti dikategorikan telah menghina dan mencoreng wajah raja Ahasyweros. Menurut pendapat ke tujuh pembesar Persia dan Media bahwa perbuatan sang ratu bisa berdampak luas, bukan saja dapat mempengaruhi para pembesar di seantero negeri melainkan juga para istri akan mengikuti jejaknya untuk tidak patuh dan hormat terhadap suaminya masig-masing. Dengan kata lain menjadi batu sandungan atau contoh yang tidak baik bagi lingkungan di dalam maupun seputar daerah kekuasaan Persia dan Media.
Wasti di vonis bersalah! Hukumannya: Wasti dikucilkan dari istana dan dilarang mengahadap atau bertemu raja Ahasyweros.
Itulah konsekwensi istri seorang raja yang melanggar aturan kerajaan. Setiap langkah dan tindakannya menjadi sorotan publik, tindakan salah sekecil apapun berdampak luas dan fatal baik bagi dirinya maupun orang lain.
Perumpamaan Alkitab mengenai 10 anak dara (Matius 25:1-13). 5 anak dara yang bijaksana menyediakan minyak sebagai cadangan agar pelitanya tetap bernyala. Ketika mempelai pria datang mereka disambut hangat dan masuk dalam pesta perjamuan pernikahan. Sedangkan 5 anak dara yang bodoh lalai membawa minyak cadangan dan membiarkan pelitanya hampir padam. Mereka terpaksa keluar untuk membeli minyak. Ketika kembali, pintu pesta perjamuan telah ditutup, dan terdengar suara dari dalam "sesungguhnya aku tidak mengenal kamu".
Lima anak dara yang 'bodoh' secara tidak langsung telah melalaikan tanggungjawab dan kepercayaan yang diberikan mempelai pria, akibatnya mereka di tolak untuk masuk dalam pesta perjamuan nikah.
Sebagai umat Tuhan yang baik, Tuhan menuntut agar hidup kita berpadanan dengan Kristus; yang artinya keteladanan Kristus harus jadi contoh; baik kasihNya, kekudusanNya maupun prilakuNya yang rendah hati dan selalu mengutamakan kehendak BapaNya di sorga.
Umat Tuhan seharusnya menjadi 'saksi', baik di dalam maupun di luar. Bukan saja perkataannya, prilakunya, maupun hidupnya. Jika menyimpang, akan menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain dan ujung-ujungnya nama Tuhan tidak dipermuliakan.
Lebih baik di 'tolak. manusia daripada di 'tolak' oleh Tuhan dan lebih baik 'dibuang' manusia daripada di 'buang' Tuhan yang adalah Raja kita.

Marilah kita mengoreksi diri kita masing-masing apakah hidup kita masih di dalam koridorNya ataukah telah jauh dari kehendakNya. Belum terlambat untuk diperbaiki. Amin. ***

Simon Gunawan                          

EMBUN PAGI

 JALANNYA TAK TERSELAMI

"Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa
yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN
adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak
tergelincir di situ." (Hosea 14:10).

Setelah Elia mengalami masa-masa yang sukar, Tuhan memerintahkan
Elia untuk pergi ke Sarfat, tempat baginya untuk memperoleh makanan
dan tempat tinggal. Bayangkanlah betapa terkejutnya Elia tatkala
janda yang diharapkan dapat memberikan apa yang dibutuhkannya
ternyata adalah seorang janda yang sangat miskin. Bahkan ia dan
anaknya telah meyakini bahwa mereka akan segera mati karena 
kelaparan.
Seringkali Allah membuat kita terheran-heran dengan jalan-jalanNya 
yangsungguh amat ajaib! Keterbatasan pemahaman kita akan Dia dapat
digambarkan seperti seekor lalat yang terbang dari satu pilar ke pilar lain
di sebuah gedung gereja yang besar dan megah. Apa yang diketahui
serangga kecil itu tentang karya arsitektur yang megah itu?
Yang ia ketahui hanyalah bahwa di sana ada ruang di antara batu-batu
sehingga ia dapat terbang kian kemari dengan bebas.
Sedangkan pahatan-pahatan yang indah pada pilar-pilar hanyalah
merupakan pegunungan-pegunungan yang tinggi dan lembah-lembah 
yangdalam, yang menghalangi pandangan di depannya serta 
menghambatkemajuan geraknya.
Sebagai orang Kristen kita seringkali hanya melihat keadaan di sekitar 
kitadengan sangat terbatas dan memahami rencana Allah secara 
samar-samar.
Penghalang yang menutupi pandangan kita dan merintangi rencana kita
sebenarnya adalah bagian dari karya indah Allah yang dikaruniakan bagi 
kita.

Bapa kita di surga tahu secara persis apa yang Dia lakukan.
Meskipun jalan-jalanNya tidak terselami, Dia memberi keyakinan kepada
kita bahwa semuanya bekerja untuk kebaikan kita bila kita percaya
kepadaNya.***


BATU KARANG YANG TEGUH

"Dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka
minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang
itu ialah Kristus." (1 Kor. 10:4)

Orang-orang Israel pada zaman dahulu belajar dari pengalaman
mereka di padang gurun bahwa batu karang bukanlah sekadar sebongkah
batu. Batu karang dapat berfungsi sebagai tempat perlindungan dari
badai yang seringkali datang dengan tiba-tiba. Batu karang dapat pula
berfungsi sebagai tempat berteduh dari sengatan panas matahari. Dan
dapat berfungsi pula sebagai tempat perlindungan dari musuh
(Mazmur 61:2-4; 62:2-3; Yesaya 32:2).
Itulah sebabnya mengapa hal itu sangat berarti tatkala Daud
menyebut Tuhan sebagai "gunung batuku dan keselamatanku"
(Mazmur 62:7) dan "kekuatanku, tempat perlindunganku" (Mazmur 62:8).
Daud mengalami sendiri betapa besar peranan batu karang pada 
masa-masa sukar.
Seperti halnya bangsa Ibrani yang mengalami bahwa Tuhan yang
membawa mereka keluar dari Mesir adalah batu karang keselamatan
mereka, demikian pula kita diyakinkan bahwa batu karang keselamatan
kita adalah Anak Allah yang telah membebaskan kita dari belenggu
dosa. Bila badai kehidupan mengancam, kita dapat berpegang padaNya,
dan bersyukur karena Batu Karang kita adalah tempat perlindungan yang
tidak tergoyahkan, dan Batu Karang itu ialah KRISTUS. ***


BERBEDA DENGAN DUNIA INI

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna." (Roma 12:2).

Demi ketaatan kita kepada Tuhan, kita harus bersedia melawan
arus. Jika kita mengikut Kristus, motivasi, nilai-nilai, dan
kebiasaan-kebiasaan kita harus berbeda dengan mereka yang bukan
Kristen. Itulah sebabnya pada abad pertama orang-orang sangat heran
dengan gaya hidup orang Kristen pada waktu itu. Petrus menulis,
"Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri
bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidak-senonohan yang sama,
dan mereka memfitnah kamu" (1Petrus 4:4).
Membuat air laut menjadi garam; cara satu-satunya adalah memisahkan
sebagian kecil air laut itu dibawah terik sinar matahari agar mengeras
dan berubah menjadi butiran kristal garam. Kehidupan Pengikut Kristus
yang berkenan dihadapanNya haruslah menjadi "Garam Dunia" yang
terpisahkan dan berbeda dari cara hidup 'dunia' ini.

Jika kita ingin menyuarakan suara yang berbeda dalam barisan
kita, tentu saja kita harus melangkahkan kaki dengan irama yang
berbeda pula dengan orang-orang di sekitar kita. Hal ini membutuhkan
keyakinan, keberanian, dan sekaligus kebijaksanaan. Namun dengan
kasih karunia Allah yang memungkinkan semua itu terjadi, kita dapat
menyebabkan orang melihat bahwa kita berbeda dan menimbulkan 
dampakyang positif bagi orang-orang di sekitar kita

JIKA KITA BERJALAN BERSAMA TUHAN BERARTI KITA BERJALAN
DENGAN IRAMA YANG BERBEDA DENGAN DUNIA


JANGAN MENGABDI KEPADA DUA TUAN

Banyak orang saat ini tidak menyadari untuk memilih uang sebagai
allah mereka. Mereka menjadikannya sasaran dari rasa percaya,
kasih dan pelayanan mereka. Betapa bodohnya!
Yesus memperingatkan, "Alangkah sukarnya orang yang beruang 
masuk ke dalam Kerajaan Allah!" (Markus 10:23).
"Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika
demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain,
atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan 
yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada 
Mamon." (Lukas 16:13).
Siapa atau apa sasaran yang kita sembah dalam hidup ini?
Pemazmur memberi nasihat, "Percayalah kepada TUHAN" 
(Mazmur 4:6).
Musa memerintahkan, "Kasihilah TUHAN, Allahmu" (Ulangan 6:5), 
dan Yosua berkata, "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan 
beribadah kepada TUHAN" (Yosua 24:15).

Yakinkanlah diri Anda bahwa Anda tidak meletakkan kepercayaan
Anda pada ilah yang tak benar. Percayakanlah diri Anda pada 
Kristus.
Jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan.
"Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka
jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu
seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya
memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati."
(1Timotius 6:17). ***


HIDUPLAH SELALU DALAM PENGHARAPAN

"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, 
dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12).

Ayub memiliki landasan -- imannya kepada Allah. Tatkala ia sedang
mengalami penderitaan dan merasakan bahwa saat kematian akan
segera datang, ia mengalami pelbagai perasaan -- ketakutan,
keputusasaan, dan sekaligus pengharapan. Ada saat-saat ketika
dirasakannya seolah-olah Allah jauh darinya. Namun ia tetap
percaya bahwa Tuhan melakukan apa yang benar dan Dia mengasihi
anak-anakNya. Pada akhirnya, pengharapan menang atas 
ke putusasaan.
Sebagian orang yang  percaya kepada Tuhan mengalami perasaan
seperti yang dialami Ayub. Mereka takut mati. Kematian adalah 
seperti tamu yang tidak diharapkan kedatangannya bagi mereka yang 
harus menghadapinya pada masa muda atau pada masa-masa 
gemilang dalam hidupnya. Namun dalam situasi yang demikian pun, 
mereka yang hidup dekat dengan Kristus menerima anugerah untuk 
meninggal dalam pengharapan.

Kita yang percaya kepada Yesus, marilah kita landaskan harapan
kita pada salah satu dari peristiwa-peristiwa sejarah yang paling
baik yang telah tercatat, yakni kebangkitanNya. Terlebih lagi, jika
kita "percaya dan taat," keyakinan kita akan Dia pun akan bertumbuh,
dan pengharapan mengalahkan ketakutan dan keputusasaan.

HIDUP TANPA ALLAH BERARTI MATI TANPA PENGHARAPAN


TERUS MENDAKI HINGGA TIBA DI TUJUAN

Mendaki gunung adalah suatu gambaran dari kehidupan iman. Dalam
kehidupan ini, kita harus terus bergerak maju; belajar lebih banyak
mengenai Allah, bertumbuh dalam hubungan pribadi dengan Kristus,
menjadi lebih kuat dalam peperangan melawan berbagai pencobaan,
dan bergerak maju dalam memberitakan kabar baik
tentang Kristus kepada mereka yang terhilang.
Penulis kitab Ibrani berkata, "Marilah kita...berlomba dengan
tekun" (Ibrani 12:1). Kata dengan tekun dapat diartikan
"hingga kesudahan." Yosua adalah pelayan Allah yang demikian.
"Pendakiannya" dimulai dari Mesir dan berakhir di Tanah Perjanjian.
Ia memenangkan peperangan yang dahsyat. Kita diberitahu bahwa 
"Orang Israel beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua"
(Yosua 24:31). Pada saat-saat akhir hidupnya, Yosua masih 
menasehati bangsa Israel untuk melayani Allah dengan setia 
(Yosua 24:23).

Tuhan Yesus, tolonglah kami untuk melayaniMu dengan setia.
Biarlah kami terus mendaki hingga kesudahannya.***

IMAN BERTUMBUH KUAT TATKALA KITA MENDAKI LEBIH TINGGI


KESEPIAN

"Sebab purimu sudah ditinggalkan dan keramaian kotamu sudah 
berubah menjadi kesepian. Bukit dan Menara sudah menjadi tanah 
rata untuk selama-lamanya, menjadi tempat kegirangan bagi keledai 
hutan dan tempat makan rumput bagi kawanan binatang." 
(Yesaya 32:14).

Kenyataan bahwa kesepian merupakan suatu hal yang membuat
orang menderita.
Kesepian tidak dapat disembuhkan hanya dengan berada di
antara orang banyak, bertemu dengan konselor, atau berbincang 
bincang di telepon. Yang dibutuhkan adalah persahabatan. 
Dengan cara inilah kita yang tidak kesepian dapat menolong 
mereka yang kesepian. 
Kita harus bersikap bersahabat dengan mereka yang kesepian.
Hanya menunggu seseorang untuk menjadi sahabat kita bukanlah
cara untuk menyembuhkan kesepian. Kita harus mengarahkan
pandangan kita kepada Yesus Kristus. Dia berjanji untuk menjadi
Penolong yang tidak akan pernah meninggalkan kita.
"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali
tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b).

Yesus selalu mendengar dan selalu memperhatikan kita. Dia
akan menopang kita dalam situasi apa pun juga. ***


HIDUP BAGI KRISTUS SETIAP HARI

Sebagai orang Kristen, kita menyisihkan hari Minggu  sebagai hari 
untuk memuji dan melayani Tuhan, namun memperlakukan hari-hari 
lainnya sebagai milik kita sepenuhnya dan diisi sesuka hati, adalah 
tidak bijak.
Seharusnya, sebagai orang percaya, hidup bagi Tuhan,
berarti suatu keterikatan penuh selama 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu. Perhatikan ajaran Paulus dalam Efesus 5:1-33.
"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu 
adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak 
terang." (Efesus 5:8).
Hal itu tidak hanya mengacu pada sikap kita dalam gereja pada hari 
Minggu saja.
Bilamana kita dipenuhi oleh Roh Kudus, kita akan menunjukkan 
belas kasih, kebajikan, rendah hati, pemaaf, ucapan syukur dan 
kasih setiap saat.
Hidup kristiani tidak hanya dilakukan pada hari Minggu. Hidup
kristiani adalah suatu cara hidup dari hari ke hari dan setiap saat,
bahkan juga di dimana pun kita berada dan dalam situasi apa pun.

HIDUP SEPENUHNYA BAGI KRISTUS BERARTI HIDUP
BAGINYA SETIAP WAKTU DAN TEMPAT


BUKAN UNTUK DINIKMATI SENDIRI

Suatu ketika Fritz Keisler, seorang pemain biola terkenal.
Ia menemukan sebuah biola istimewa dalam salah satu
perjalanannya. Namun, ia tidak memiliki cukup uang untuk membelinya.
Beberapa waktu kemudian, setelah ia berhasil mengumpulkan
uang untuk membelinya, ia kembali kepada penjual biola tersebut
dengan harapan dapat membelinya. Namun dengan sangat kecewa ia
menjumpai kenyataan bahwa biola tersebut telah terjual pada seorang
kolektor. Keisler pergi ke rumah pemilik baru biola tersebut dan
menawarkan untuk membeli biola tersebut. Kolektor tersebut 
menyatakan bahwa biola itu telah menjadi miliknya yang sangat 
berharga dan ia tidak akan menjualnya. Dengan perasaan kecewa 
yang dalam, Keisler hendak pulang ketika tiba-tiba dikepalanya timbul 
ide. "Dapatkah saya memainkan biola tersebut sekali lagi sebelum ia 
tersimpan bisu?" pintanya. 
Ia diizinkan, dan pemain biola yang terkenal itu kemudian memenuhi 
ruangan dengan musik yang demikian menggerakkan hati sehingga 
menggugah emosi sang kolektor. "Saya tidak berhak menyimpan
biola itu hanya untuk diri saya sendiri," kata sang kolektor. "Biola itu 
milik Anda, Tuan Keisler. Mainkanlah kepada dunia, dan biarkan 
mereka mendengarnya."

Bagi orang-orang berdosa yang diselamatkan oleh anugerah
Allah, Injil bagaikan harmoni dari surga yang demikian menggugah.
Kita tidak berhak menyimpannya hanya untuk diri kita sendiri. Yesus
menyuruh kita untuk membawanya ke seluruh dunia dan
mengumandangkannya. "Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan
kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia,
melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.
(2 Timotius 1:8).


MENGAMPUNI SEPERTI TUHAN TELAH MENGAMPUNI

"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang
akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang
lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat
jugalah demikian." (Kolose 3:13).

Ketika Perang Dunia II, Corrie Ten Boom dan saudara perempuannya
Betsie ditahan karena menyembunyikan orang Yahudi dan dikirim ke
suatu kamp konsentrasi di Jerman. Betsie akhirnya meninggal
perlahan-lahan dan menggenaskan akibat perlakuan kejam yang
dialaminya.
Kemudian, pada tahun 1947, Corrie berbicara tentang pengampunan 
Allah di sebuah gereja di Munich. Setelah itu, seorang pria mencarinya.
Ia mengenali pria tersebut sebagai salah seorang pengawal yang
memperlakukan Betsie dan dirinya secara kejam. Pria itu mengatakan
bahwa ia telah menjadi seorang Kristen, dan dengan tangan terulur pria
tersebut memohon pengampunannya. Corrie bergumul dengan 
perasaannya, namun ketika ia ingat akan kata-kata Yesus dalam 
Matius 6:15, ia tahu bahwa ia harus mengampuni. Ia berdoa dalam hati, 
"Yesus, tolonglah saya!"
dan mengulurkan tangan untuk berjabatan dengan orang yang dahulu
menyiksanya.
Seseorang pernah berkata, "Pengampunan bukanlah suatu kasus
yang dapat menghapus riwayat di masa lampau. Sebaliknya, 
pengampunan adalah proses penyembuhan seperti mengeluarkan racun 
dari luka."

Allah meminta kita untuk melakukan pada orang lain hal yang
sama dengan apa yang telah diperbuatNya untuk kita melalui Yesus
Kristus. Dia akan memberi kita kekuatan untuk mengampuni. ***


BUKAN SEPERTI SEBUAH KONTRAK

Kita semua sudah terbiasa dengan budaya kontrak. Kita sering
diminta menandatangani kontrak, dengan seorang pemborong untuk
membangun rumah atau dengan pemilik toko ketika kita membeli 
suatu peralatan. Kontrak, baik resmi maupun tak resmi, menjelaskan 
apa yang akan terjadi bila salah satu pihak gagal memenuhi tuntutan 
perjanjian tersebut.
Kontrak dapat dilanggar bila salah satu pihak gagal memenuhi
bagian dari perjanjian. Untunglah, tujuan abadi kita dibuat berdasarkan
lebih dari sekadar persetujuan hukum bersama Allah. Kita menjadi 
lebih terjamin karena kita memiliki hubungan keluarga dengan Allah.
Ketika seorang anak tidak muncul untuk makan malam, tidak
berarti kewajiban orang tua terhadap anak itu perlu dibatalkan. Namun
justru orang tua tersebut akan mulai mencari sang anak. Kegagalan
salah seorang anggota keluarga tidak berarti membatalkan hubungan
tersebut.
Namun, ketika kita menaruh kepercayaan kita pada Kristus untuk
diselamatkan, yang kita lakukan adalah lebih dari sekadar
menandatangani sebuah kontrak. Kita masuk dalam suatu hubungan
terikat dengan Allah dimana Dia membuat kita menjadi anak-anakNya
melalui kelahiran baru dan pengangkatan. (1Petrus 1:23; Efesus 1:5).
Dan oleh karena kedekatan hubungan keluarga inilah, kita menjadi ahli
waris tetap dari warisan kekal yang tersimpan untuk kita di surga.
"Untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak
dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga
bagi kamu." (1Petrus 1:4).

Betapa bersyukurnya kita bahwa kehidupan kekal adalah berdasarkan
hubungan kita dengan Allah melalui Kristus. ***


TULUS DALAM MELAKUKAN PEKERJAAN BAGINYA

Milovan Djilas adalah salah seorang anggota kelompok Marxis yang
terkenal di Yugoslavia. Ketika dipenjarakan selama 20 tahun karena
tindakannya yang anti pemerintah, ia telah melakukan pekerjaan yang
kotor berupa penyelundupan selebaran-selebaran partai komunisnya
melalui selokan-selokan penjara. Ia tidak keberatan melakukan tugas
itu karena katanya, "tak ada pekerjaan yang kotor, hina dan tak
berarti."
Jika seorang anggota komunis yang tidak mempercayai Allah
saja mau melakukan hal demikian, seharusnya kita yang melayani 
Allah, yang memiliki tujuan yang jauh lebih mulia, memiliki sikap lebih 
dari itu. Motivasi yang murni akan mendorong kita untuk bersedia
melaksanakan pekerjaan apapun dalam misi pelayanan yang suci.
Kristus, bersedia membasuh kaki murid-muridNya, Ia telah memberikan
teladan kepada kita untuk diikuti (Yohanes 13:1-38).

Karya-karya Allah harus dinyatakan ke seluruh dunia, dan hal
ini juga dapat dilakukan melalui berbagai peran yang ada di dalam
masyarakat. Tidak ada pekerjaan yang hina dan rendah jika 
dilaksanakan dengan penuh ketulusan dan kasih kepada Tuhan, 
melainkan suatu hal yang mulia jika kita bersedia bekerja bagiNya; 
sekali pun hanya pekerjaan kasar atau biasa saja. "Apa pun juga yang 
kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan 
dan bukan untuk manusia." (Kol 3:23).

Jika kita mengikuti teladan Kristus, dan mau melakukan segala
sesuatu untuk kemuliaan Allah, pekerjaan yang biasa pun akan 
menjadi berharga. ***


GANTI KELUHAN DENGAN UCAPAN SYUKUR

Beberapa tahun yang lalu sebuah majalah menceritakan kisah
tentang seorang anak muda bernama Ben yang memiliki kebiasaan
mengeluh. Dia mengeluh tentang cuaca, mendapati kesalahan pada
keluarga dan teman-temannya, dan membiarkan hal-hal yang sepele
menyusahkannya.
Kemudian suatu hari ia membaca kalimat ini: "Jika Anda
benar-benar mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas semua 
berkat yang diberikanNya, Anda akan memiliki amat sedikit waktu untuk
mengomel atau meratap." Ia lalu menyadari bahwa perasaan selalu tidak
puas telah membuatnya tidak memperhatikan pemberian Allah yang
terus-menerus tercurah baginya.
Ben mengetahui bahwa dengan pertolongan Allah, ia akan dapat
melepaskan dirinya dari kebiasaan ini. Jadi, kapan pun ia mulai
terganggu atau mulai mengeluh, ia akan segera berhenti dan mengucap
syukur kepada Allah atas begitu banyak hal yang telah ia nikmati. Dan
cara ini berhasil! Dengan memusatkan perhatian pada pujian ketimbang
keluhan, ia merasa lebih mudah menghindari suasana hati yang
uring-uringan.
Sebagai orang Kristen, kita memiliki begitu banyak hal untuk
disyukuri. Sifat mudah bersyukur dan mengucapkan terima kasih 
harus menjadi karakteristik setiap orang percaya. "Aku hendak memuji 
TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam 
mulutku." (Mazmur 34:2).
"Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan 
kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita." (Efesus 5:20).

Semua kehidupan akan mempunyai corak yang berbeda jika kita
menghabiskan waktu dengan menghitung berkat ketimbang mengeluh.
Marilah kita bersyukur! *** 




LUANGKAN UNTUK MERENUNGKAN FIRMAN-NYA

Apa yang dikunyah oleh sapi-sapi itu? Dan mengapa demikian
banyak waktu yang mereka habiskan hanya untuk mengunyah?
Pertama, yang dilakukan oleh seekor sapi adalah mengisi perutnya
dengan rumput atau makanan lainnya. Kemudian barulah makanan
tersebut dikunyah dalam jangka waktu cukup lama. Dalam proses itu,
makanan yang telah berada di dalam perut ditarik dan dikunyah ulang.
Makanan itu dicerna sarinya dan diubah menjadi susu yang padat gizi.
Memakan waktu yang lama? Apa tidak membuang waktu? Tidak,
jika mereka menghasilkan sesuatu yang sangat penting dan
bermanfaat,yaitu susu.
Istilah "memamah biak" atau "mengunyah" dapat digunakan untuk
menggambarkan proses perenungan yang kita lakukan dalam
berwaktuteduh. Penulis (Mazmur 119:1-176) jelas sekali melakukan
banyak perenungan saat ia membaca firman Tuhan. Tidak ada
"fast food" atau "langsung jadi" baginya! Jika kita mengikuti
teladannya dalam hal membaca Alkitab dengan teliti dan penuh doa,
kita akan:
* Dikuatkan dalam melawan dosa (Mazmur 119:11)
* Menemukan sukacita saat mempelajari lebih banyak hal
tentang Allah (Mazmur 119:15-16)
* Menemukan kebenaran-kebenaran rohani yang menakjubkan
(Mazmur 119:18)
* Menemukan nasehat-nasehat yang penuh hikmat bagi
kehidupan sehari-hari (Mazmur 119:24).
Perenungan lewat waktu teduh lebih dari sekadar membaca
Alkitab dan mempercayainya. Perenungan berarti menerapkan
Alkitab dalam kehidupan sehari-hari.

Firman Tuhan tidaklah dimaksudkan untuk menjadi "fast food".
Luangkanlah waktu yang cukup untuk perenungan, dan kita
akan melihat keindahan FirmanNya yang membawa hidup
kita penuh sukacita dan kepuasan. ***


ROH KUDUS BEKERJA DI DALAM HIDUP KITA

"Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna
bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur
itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku
akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes 16:7).

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengenai apa yang mungkin
Yesuskerjakan bila Dia tidak meninggalkan dunia ini?
Setelah bangkit darikubur, Dia memiliki tubuh kemuliaan yang dapat
menembus pintu yang tertutup dan berada di mana pun Dia
menghendakinya. Dia dapat hadir dengan tiba-tiba di rapat gereja
yang sedang memanas, menyelesaikan masalah perbedaan doktrin
dan mempersatukan orang-orang Kristen!
Jika Dia hadir secara fisik, Yesus dapat saja menasehati
presiden-presiden dan para perdana menteri, menyatukan bangsa
yang bertikai sengit, membereskan masalah perbatasan negara,
atau menghentikan terorisme. Pada acara bincang-bincang di
televisi dan radio, Dia dapat menyampaikan pendapat Allah
mengenai aborsi, homoseksual, dan obat-obatan yang dapat
membantu proses bunuh diri.
Namun bagaimanapun juga, Allah memiliki cara yang lebih baik.
Dia memilih untuk mengirim sang Penolong, yakni Roh Kudus,
yang akan mengerjakan hal-hal yang akan Yesus lakukan bila Dia
tetap tinggal di bumi. Sebagai manusia, Yesus tidak dapat hadir di
dua tempat sekaligus, tetapi Roh Kudus dapat. Dia dapat
menginsafkan dunia akan dosanya yang terbesar, yakni tidak
percaya kepada Yesus. Dia dapat meninggikan Yesus sebagai
satu-satunya standar kebenaran bagi semua hal yang kita kerjakan.
Dia dapat meyakinkan kita bahwa si jahat telah dihukum dan akan
kalah, meskipun kadang-kadang nampak ia memperoleh
 kemenangan.

Yesus harus meninggalkan dunia ini sehingga Roh Kudus datang.
Janganlah kita lupa bahwa Roh Kudus bekerja dalam hidup kita dan
dalam dunia ini untuk memuliakan Kristus. ***


TELAH MENJADI MILIKNYA

"Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi
untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka
adalah milik-Mu." (Yohanes 17:9).

Kata-kata yang diucapkan oleh mempelai wanita Raja Salomo,
"Aku kepunyaan kekasihku, dan kepunyaanku kekasihku"
(Kidung 6:3), dengan indah melukiskan rasa aman yang
dimiliki sepasang suami-istri yang tahu bahwa mereka saling
 memiliki.
Dalam pernikahan yang hamonis, perasaan ini melingkupi seluruh
keluarga. Orangtua berbicara tentang anak-anak mereka dengan
penuh kasih dan bangga.  Anak-anak berbicara dengan perasaan
sayang tentang ibu mereka, ayah mereka, saudara laki-laki mereka,
saudara perempuan mereka.
Rasa memiliki ini tersedia bagi semua orang yang mengakui Allah
sebagai Bapa mereka. Namun ada banyak orang yang tidak
mengenal Allah sebagai Pencipta dan Pemilik mereka. Mereka
melihat dirinya sebagai anak yatim piatu di dalam alam semesta
yang acuh tak acuh, peristiwa-peristiwa alam yang tidak memiliki
tujuan, arti, atau pengharapan. Tidak demikian dengan orang-orang
percaya; mereka dapat bersuka cita dengan pemazmur, "Punya Dialah
kita, umatNya dan kawanan domba gembalaanNya" (Mazmur 100:3).
Jadi apa yang harus kita kuatirkan menghadapi perjalanan hidup ini?
Kita telah menjadi milikNya; yang dilindungi, dipelihara, bahkan
seperti menjaga biji mataNya. "Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya,
dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya." (Ul 32:10).
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang
memelihara kamu." (1 Petrus 5:7).

"Selamatkanlah kiranya umat-Mu dan berkatilah milik-Mu sendiri,
gembalakanlah mereka dan dukunglah mereka untuk
selama-lamanya." (Mazmur 28:29). Amin!


MEMPERHATIKAN ANGGOTA GEREJA LAIN JUGA

"Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada
anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus,
supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya
anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan."
(1 Kor 12:24b-25).

Mereka berada ribuan km jauhnya dari rumah tatkala sebuah
kecelakaan mobil membuat mereka berdua harus dirawat-inap di
rumah sakit. Beberapa hari kemudian sang suami diperbolehkan
pulang, tetapi istrinya berada dalam kondisi kritis karena cedera
kepala yang cukup serius.
Jauh dari rumah, anak-anak, dan gereja, sementara ia harus
menunggui istrinya yang sedang koma, dapat membuat pria ini
merasa terlantar dan ditinggalkan. Namun tidak demikian yang
terjadi. Para anggota gereja setempat mendengar keadaannya dan
datang untuk menolong. "Kami akan menjadi keluarga-gereja Anda
selama Anda berada di sini," demikian mereka meyakinkan.
Segera sesudahnya, jemaat dari gereja tersebut secara
bergantian menjenguk pasangan itu, menyediakan kendaraan untuk
sang suami, dan memberi saran-saran tentang dokter yang tepat
untuk merawat mereka.
Satu-satunya ikatan antara pasangan ini dengan orang-orang
tersebut adalah iman mereka kepada Yesus Kristus. Namun itu
sudah cukup. Ikatan tersebutlah yang memampukan mereka untuk
mengasihi pasangan suami istri yang hidupnya mendadak kacau ini.
Demikianlah seharusnya dilakukan oleh orang percaya sebagai
perwujudan kesatuan tubuh.
Kita cenderung menolong orang yang segereja dengan kita
daripada orang dari gereja lain. Kita sering mengabaikan kebutuhan
orang di luar gereja kita karena mereka tidak beribadah
bersama-sama dengan kita. Namun sesungguhnya semua orang
Kristen adalah anggota tubuh Kristus dan selayaknya diperlakukan
dengan baik. Marilah kita senantiasa siap untuk memberi pertolongan
pada saat dibutuhkan. ***

SEGALA SESUATU YANG MENYANGKUT ANAK ALLAH
BERARTI MENYANGKUT KELUARGA ALLAH


CERDIK DALAM BERSAKSI

"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala,
sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
(Markus 10;6).

Joyce Gleave, seorang guru seni dari Mustang, Oklahoma, merasa
terbeban dan memiliki kerinduan untuk menjadi saksi Tuhan. Ia
membeli 600 salib kecil untuk dibagikan kepada murid2nya, Namun
ia menghadapi kenyataan bahwa ia tidak diizinkan membagikan
itu kepada murid-muridnya di dalam kelas, kesempatan untuk bersaksi
tampaknya sirna.
Namun Joyce tidak putus asa, sebaliknya ia memulai suatu
pekerjaan yang ambisius. Dengan salib-salib mungil dan
traktat-traktat rohani, ia mengunjungi setiap murid di rumah mereka
masing-masing -- 600 murid! "Banyak orangtua mencucurkan airmata
karena perhatian saya kepada anak mereka," demikian ia bercerita
tentang kunjungannya.
Kehidupan Rasul Paulus menunjukkan kepada kita bahwa bersaksi
tentang Yesus Kristus tidaklah mudah atau disukai. Dalam hal ini,
seringkali ia diusir oleh para penguasa kota dan kelompok-kelompok
yang menentangnya, supaya segera meninggalkan kota. Namun,
Paulus menemukan cara lain untuk bercerita tentang Yesus
bahkan sekalipun kebebasannya dibatasi.
Dunia yang mencoba melenyapkan kekristenan adalah dunia yang
membutuhkan Yesus Kristus, lebih dari dari segala sesuatu. Pada
saat kita menghadapi berbagai hambatan dalam upaya untuk
menyaksikan iman kita kepada orang lain, marilah kita mencari jalan
lain berdasarkan hikmat Allah. Kita mungkin perlu bersaksi dengan
lebih cerdik.

DUNIA TIDAK AKAN MAMPU MENGHADANG LANGKAH
ORANG YANG BERJALAN BERSAMA ALLAH


MUNGKINKAH ALLAH MENINGGALKAN KITA?

Walter Cizsek, seorang Kristen dari negara bekas Uni Soviet,
dipenjara dan dianiaya oleh penguasa karena imannya kepada
Kristus. Ia dipaksa untuk mengambil keputusan yang menggentarkan
jiwa: bekerjasama atau hukuman mati. Bekerjasama dengan
pembohong dan pembunuh? Tidak akan pernah! Tetapi menghadapi
kematian yang mengerikan? Bagaimana mungkin ia sanggup
menanggungnya?
Dalam keadaan nyaris kehilangan iman kepada Allah, Walter
mulai berdoa dengan perasaan putus asa. Pada akhirnya ia mampu
untuk menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Bapa. Walter
mampu melakukan hal ini karena ia dikuatkan oleh kasih setia Tuhan,
Pernahkah Anda merasa ditinggal oleh Allah? Pernahkah Anda
mengalami kondisi seperti pemazmur yang berteriak dalam
keputusasaan, "Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setiaNya,
telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun? (Mazmur 77:9).
Kesusahan yang dialami sang pemazmur mereda tatkala ia mengingat
dan merenungkan karya Allah yang ajaib dan menyadari bahwa ia
sepenuhnya dipelihara oleh Allah. (Mazmur 77:10-20).

Saat kita "menyerahkan kendali" dan menyerahkan hidup kita
sepenuhnya  dalam rencana Allah, perasaan ditinggal oleh Allah akan
sirna. ***


SEMUA PEMBERIAN YANG BAIK BERASAL DARI TUHAN

"Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan,
kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di
langit  dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau
yang  tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala."
(1 Tawarikh 29:11).

Seorang penduduk di Costa Mesa, California, menemukan sebuah
bingkisan kecil di depan pintu rumahnya yang berisi sebuah kunci
mobil  dan sebuah catatan yang bertuliskan, "Ini adalah hadiah
untukmu,  karena aku mencintaimu." Dalam bingkisan tersebut
terdapat sebuah  kartu bertuliskan ayat Alkitab yang diberi tanda
tangan: "Malaikat Tuhan."
Di depan rumahnya ada sebuah mobil produksi paling baru 
seperti yang  ia butuhkan untuk menggantikan mobil tuanya.
Wanita tersebut sangat gembira sehingga ia menggantungkan
sebuah tulisan di garasinya yang berbunyi, "TERIMA KASIH,
TUHAN".
Seorang anak kecil tetangganya bertanya, "Apakah Tuhan
menjatuhkan mobil itu dari langit?" Wanita itu hanya terdiam tidak
menjawabnya.
Dengan tulisan di garasi itu, ia ingin menyampaikan rasa terima
kasihnya kepada seseorang tak dikenal yang begitu baik.
Bagaimanapun juga, tindakannya itu menyiratkan suatu pernyataan
yang penting: Semua pemberian yang baik pada dasarnya dari
Allah. Allah yang telah menggerakkan hatinya untuk berbuat
seperti itu.
Raja Daud mengetahui kebenaran ini tatkala ia dan rakyatnya
mengadakan pengumpulan persembahan bagi pembangunan
rumah Allah.
Mereka sebenarnya dapat saling mendorong dan menghargai
kemurahan hati orang lain. Namun mereka tidak berbuat demikian.
Sebaliknya, Daud menunjukkan kedewasaan dan kebijaksanaannya
sebagai pemimpin bangsa Israel dengan memanjatkan syukur
kepada Tuhan atas semua berkat dariNya. Ia tahu bahwa meskipun
suatu persembahan diberikan oleh tangan manusia, Tuhanlah yang
berhak menerima pujian.***

BERIKANLAH SELALU UCAPAN TERIMA KASIH YANG TULUS
KEPADA TUHAN YANG MEMBERI KELIMPAHAN BERKAT.


MENGIKUTI JEJAK ORANGTUA

"Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu,
dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan
dalam kesucianmu." (Timotius 4:12)

Seorang ayah dan anaknya sedang berjalan menyusuri pantai.
Sang anak agak tertinggal di belakang, dan tiba-tiba berteriak,
"Lihat, ayah, saya berjalan di dalam jejak-jejak tapak kaki ayah."
Hal ini mendorong sang ayah untuk berpikir tentang tanggung
 jawabnya untuk memberikan bimbingan rohani bagi anak-anak
nya.
Kitab (2Raja 13:1-34) mencatat satu masa menyedihkan dalam
sejarah umat Allah. Raja-raja Israel tidak menaat Tuhan,
melainkan mengikuti jejak-jejak nenek moyang mereka yang jahat.
Perbuatan-perbuatan dosa dari satu generasi diulangi oleh
generasi berikutnya, dan anugerah Tuhan dijauhkan dari bangsa
itu.
Tidak peduli sadar atau tidak sadar, orangtua menjadi teladan
bagi anak-anak mereka. Seorang penulis yang tidak dikenal
mengungkapkan: Hai orangtua, berhati-hatilah di mana dan
bagaimana Anda berjalan! Seseorang sedang mengikuti
jejak-jejak kaki Anda.***

SEORANG ANAK MUNGKIN TIDAK MEWARISI BAKAT
ORANGTUANYA TETAPI IA AKAN MENYERAP
NILAI-NILAI DARINYA.


BERUBAH MENJADI SUKACITA

Salah satu kitab terpendek dalam Perjanjian Lama adalah kitab
Habakuk. Di dalam ketiga pasalnya yang singkat kita melihat satu
perubahan pandang yang mengherankan tentang hidup dari nabi
tersebut.
Kalimat-kalimat pendahuluannya mengekspresikan rasa putus asa
yang dalam, tetapi pada bagian penutup dari kitab tersebut, ia
bangkit menyatakan sukacitanya.
Apa yang menyebabkan perubahan yang luar biasa itu? Mengapa
Habakuk memulai tulisannya dengan keluhan dan mengakhirinya
dengan lagu pujian bagi Allah? Jawabannya terdapat dalam tiga
ayat pada pasal 2. Sebagai tambahan pesan Allah tentang
penghakiman bagi si jahat, Allah Semesta Alam berkata kepada
nabi yang mengalami kesusahan tersebut, "Orang yang benar akan
hidup oleh percayanya" (Habakuk 2:4).
Dia juga berjanji bahwa suatu hari kelak bumi akan "penuh dengan
pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutup
dasar laut" (Habakuk 2:14). Pada akhirnya Dia memberi jaminan
pada Habakuk bahwa "TUHAN ada di dalam baitNya yang kudus"
(Habakuk 2:20). Hanya kebenaran-kebenaran yang luar biasa inilah
yang Habakuk butuhkan untuk membebasnya dari tekanan yang
berat. Dengan memperbaiki arah pandangannya sehingga tertuju
pada Allah, ia bangkit dari keadaan yang mematahkan semangat
dan menemukan sumber sukacita kekal di dalam Tuhan.

Seperti sang nabi, kita pun harus berjalan dengan iman dan
mengarahkan pandangan pada peristiwa yang penuh kemuliaan
tatkala Yesus datang kembali ke dunia kelak untuk mendirikan
kerajaanNya yang damai dan adil. Mempertahankan keyakinan
kita padaNya merupakan rahasia dari sukacita yang sejati! ***


BERTUMBUH SEMAKIN KUAT

Sepanjang tahun pohon pinus Karibia secara terus menerus
harus menghadapi badai yang ganas, musim kering yang panjang,
dan bahkan bahaya kebakaran. Namun ia tetap hidup dan
bertumbuh; sekali pun batang dan daunnya telah rusak berat.
Rasul Paulus mengalami beberapa kali aniaya dan penderitaan,
"Tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali
mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di
tengah laut." (2 Kor 11:25).
Namun, ia tetap tegar dan tidak bergeming dalam imannya. Ia
tetap setia  untuk melakukan tugas panggilan Tuhan dalam
pelayanan. Bahkan, melalui berbagai pengalaman yang begitu
berat, justru membuat Rasul Paulus bertambah kuat di dalam
pengenalan akan Kristus,  sebagaimana nasihatnya terhadap
jemaat di Efesus: "Akhirnya,  hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan,
di dalam kekuatan kuasa-Nya." (Efesus 6:10).
Kecenderungan manusia, ketika hidup lancar, mungkin bertumbuh
dengan  sikap puas terhadap diri sendiri dan kehilangan arti dalam
pelayanan bagi Kristus.
Namun pencobaan yang datang akan mengingatkan kita pada
ketergantungan kita kepadaNya. Tatkala kita merasa diri kita
sangat lemah, kita sesungguhnya justru amat kuat (2 Korintus 12:10).
Dalam menghadapi pencobaan yang besar, kadang-kadang kita me
rasa bahwa Tuhan meninggalkan kita. Namun kita dapat "bermegah
juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa
kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan" (Roma 5:3). Ya, kita
dapat bertumbuh semakin kuat melalui berbagai pencobaan dan
rintangan.***

IMAN MEMBUTUHKAN PENGALAMAN AGAR BERTUMBUH
SEMAKIN KUAT


DIA PEMBEBAS AGUNG KITA

Margaret Nikol dilahirkan dari sebuah keluarga pendeta di
Bulgaria. Ayah dan ibunya telah terbunuh oleh komunis karena iman
mereka kepada Yesus Kristus pada tahun 1960. Margaret adalah
seorang pemain biola yang sangat berbakat, dan dalam situasi yang
penuh tantangan ia berhasil meraih pendidikan yang tinggi. Ia
terkenal di seluruh Eropa dan menjadi pemimpin konser Dresden
Symphony. Namun karena imannya kepada Kristus, ia menjadi
sasaran kekejaman, baik secara fisik maupun emosi. Pada akhirnya,
ia dijatuhi hukuman penjara, yang akan dijalaninya segera setelah
masa konser berakhir.
Namun Allah telah memiliki rencana lain untuknya. Margaret
diundang untuk bermain di Wina dalam sebuah konser Paskah
pada tahun 1982. Pemerintah komunis pada mulanya menolak untuk
memberikan izin kepadanya. Namun akhirnya, karena desakan dari
pihak luar, mereka mengizinkannya. "Allah lebih cepat dari mereka,"
demikian kesaksian Margaret. Di Wina ia meminta suaka politik, dan
tidak kurang dari lima negara menawarkan diri untuk memberikan
suaka! Saat ini, Margaret Nikol telah mengunjungi hampir semua
negara di dunia untuk kepentingan pertumbuhan pelayanan di
Bulgaria.

Allah yang sama, yang melepaskan Margaret dari tekanan
komunis, dan yang mengirimkan malaikat untuk membebaskan
para rasul dari penjara (Kisah 5:19), juga dapat menyelamatkan kita
dari perangkap apapun, baik secara fisik maupun rohani. Kita
seharusnya tidak pernah kehilangan pengharapan! Allah adalah
pembebas kita yang agung. ***


MEMBANGUN SESUAI DENGAN ATURAN PEMBANGUNAN

Pada tahun 1992, Topan Andrew yang ganas menghancurkan
ribuan rumah di Florida Selatan. Setelah topan ganas itu berakhir,
di daerah yang kelihatan seperti medan perang itu, tampaklah
sebuah rumah tetap berdiri tegak pada fondasinya.
Ketika seorang wartawan bertanya kepada pemiliknya mengapa
rumah itu tidak hancur, ia menjawab, "Saya membangun rumah ini
sendiri sesuai dengan aturan pembangunan yang berlaku di Florida.
Bila aturan untuk tiang penyangga atap dengan kode 2"x6", maka
saya menggunakan tiang penyangga atapnya demikian. Saya
diberitahu bahwa jika saya membangun rumah dengan aturan
tersebut, rumah itu akan tetap bertahan dari serangan angin topan  
dan hal itu telah terbukti."
Yesus menyatakan betapa pentingnya membangun kehidupan kita
pada dasar yang kokoh. Dia berkata bahwa orang yang menaati
firmanNya sama seperti "orang bijaksana yang membangun
rumahnya di atas batu" (Matius 7:24).
Jika kita membangun sesuai dengan firmanNya, kita tidak akan
hanyut ketika krisis datang menekan dengan kekuatan seperti
badai. Badai pencobaan dan penderitaan tidak akan menggoyahkan
bila kita berdiri pada dasar iman dan ketaatan yang kokoh.
Kemalangan bisa saja menimpa kita, namun karena kita telah
membangun kehidupan menurut aturan di atas Batu Karang yang
teguh,Yesus Kristus, kita dapat tetap bertahan dengan kekuatan itu.

Apakah kita telah membangun hidup kita sesuai dengan dasar
yang diberikanNya? ***