Bahasa Cinta

Setelah hari keduanya di taman kanak-kanak, Frankie yang berusia lima tahun ini menceritakan kepada neneknya, "Ibu guru mencintai saya, Nek. Lihat apa yang ia berikan kepada saya." Ia menunjukkan penggaris biru terang dengan sejumlah angka tercetak di atasnya, bukti dari cinta gurunya.

Lisa, enam tahun, menanyai kami, "Bagaimana kalau Bapak menemu orang baik hati itu? Ia ada di sana. Ia memberi semua anak permen karet." Bagi Lisa, orang itu adalah orang yang baik hati, karena ia suka mengobral hadiah.

Michelle, lima belas tahun, ketika ditanya bagaimana ia tahu bahwa kedua orangtuanya mencintainya. Tanpa ragu ia menunjuk ke arah baju, rok, dan sepatunya. Kemudian katanya, "Semua yang saya punyai adalah pemberian mereka. Menurut saya, itulah cinta. Mereka memberikan bukan saja semua keperluan saya, namun lebih dari yang saya butuhkan."

Bagi anak-anak ini, hadiah lebih dari sekedar materi, karena bagi mereka merupakan ungkapan cinta yang nyata, yang berbicara sangat dalam. Itu sebabnya, kadangkala mengapa orang sangat traumatis baginya, apabila hadiah-hadiah tersebut dihancurkan atau salah letak. Selain itu, apabila orangtua yang memberinya hadiah tersebut memindahkan atau merusakkannya, atau dengan marah mengatakan "Saya menyesal telah memberikannya kepadamu," maka anak itu mungkin akan hancur secara emosional. bahasa cinta utamanya itu diucapkan dengan nada negatif. Tentu saja anak tersebut akan merasa terluka.

Anak-anak butuh tangki cinta yang tetap penuh. tanpa itu, mereka tidak akan mampu mencapai potensi terbaik. Ingatlah, bahwa mereka mungkin tidak menyadari seberapa banyak yang telah anda berikan, bahkan ketika anda masih terus mengisi tangki emosional mereka. Akan
tetapi, setelah mereka tumbuh besar, mereka mungkin menengok kembali dan menyadari bahwa cinta anda dan kehadiran anda merupakan hadiah terbaik di atas semuanya. ***

(Gary Chapman & Ross Campbell, M.D.)

Tidak ada komentar: