Kesalahan Orangtua Dalam Mendidik Anak



Setiap orangtua tentunya selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Pendidikan terbaik, kesehatan terbaik, pemenuhan kebutuhan terbaik, dan semua yang terbaik untuk anak-anaknya.
Sayangnya, banyak orangtua yang justru terjebak dengan kondisi tersebut. Maksud hati ingin memberikan yang  terbaik bagi putra-putrinya, namun ternyata justru malah melakukan kesalahan dalam mendidik mereka.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin seringkali terjadi dan tidak disadari oleh para orangtua dalam mendidik anak-anaknya.


1. Kurang Pengawasan.

"Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu di luar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orangtua, "ungkap Prof. Robert Billingham, dari Human Development and Family Studies, Universitas Indiana, Amerika Serikat.
Kesibukan orangtua yang bekerja kerap menjadi biang keladinya, yang membuat pengawasan terhadap anak menjadi kendor. Padahal pengawasan terhadap anak adalah sesuatu hal yang sangat penting. Apalagi baik buruknya kembang tumbuh anak juga sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.


2. Gagal Mendengarkan.

Psikolog Charles Fay, Ph.D mengemukakan, "Banyak orangtua terlalu lelah memberikan perhatian dan cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan, "Tidaklah mengherankan jika kemudian hubungan antara anak dengan orangtua menjadi tidak dekat. Anak pun jadi merasa orangtuanya tidak peduli padanya.


3. Terlalu Melindungi.

Seringkali karena terlalu melindungi anak, orangtua justru tidak mendidik anaknya untuk dapat belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Menurut Billingham, orangtua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan dan bahkan belajar dari kesalahan agar mereka tidak mengulanginya. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan kita.


4. Terlalu Berlebihan.

Perhatian yang berlebihan pada anak ternyata juga tidak selamanya baik bagi dirinya. Terkadang anak pun perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreativitas tumbuh.


5. Bertengkar Dihadapan Anak.

Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah bertengkar dihadapan anak. Saat orangtua bertengkar di depan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif dan tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat.

Orangtua seharusnya menghangatkan diskusi di antara mereka berdua, tanpa kehadiran anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orangtua berbeda pendapat. Tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.


6. Tidak Konsisten.

Anak perlu merasa bahwa orangtua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek, serta menjadikannya senjata ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orangtua harus tegas dan berwibawa di hadapan anak.


7. Mengabaikan Kata Hati.

Orangtua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu. Bagaimanapun juga sebagai orangtua kita tidak bisa mengabaikan hati nurani, terutama dalam memutuskan segala sesuatu yang penting berkaitan dengan anak-anak kita.


8. Terlalu Banyak Menonton TV.

Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Sayangnya orangtua cenderung membiarkan anaknya berlama-lama di depan TV, agar tidak mengganggu aktivitas orangtua. Kalau sudah demikian, orangtua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya tayangan negatif yang tidak mendidik.


9. Segalanya Di Ukur Dengan Materi.

Demi menebus waktu yang terbuang habis untuk pekerjaan hingga tak punya waktu untuk anak, orangtua seringkali memanjakan anak dengan mainan dan hiburan. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak-anak membutuhkan quality time  bersama orangtua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.


10. Suka Membandingkan.

Orangtua terkadang suka membandingkan-bandingkan anak yang satu dengan anak yang lain. Mungkin maksudnya baik, supaya anak termotivasi untuk lebih baik lagi. Tetapi tahukah Anda bahwa hal ini juga kerap menjadi bumerang, karena justru anak menjadi sakit hati, minder, dan merasa terabaikan.


11. Bersikap Berat Sebelah.

Beberapa orangtua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya di depan anak. Hal ini justru akan membuat mereka hilang persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah.


12. Jarang Bertatap Muka.

Kesibukan kerja yang menggunung hingga tak sempat bertemu anak terkadang membuat orangtua lebih memilih menggunakan ponsel dan internet untuk tetap menjaga komunikasi dengan anak. Namun itu saja tidaklah cukup. Anak tetap membutuhkan pertemuan tatap muka dengan orangtuanya.
Dengan bertemu muka secara langsung, anak akan merasa lebih leluasa mengungkapkan isi hatinya pada orangtua. Di samping itu, pertemuan tatap muka mendekatkan hubungan emosional antara anak dengan orangtuanya, karena anak merasa orangtuanya mendengarkan, memperhatikan serta mengasihi mereka.
Sebab itu, luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit di sela kesibukan kita. Pastikan anak tahu bahwa saat bersama orangtua adalah waktu yang tidak dapat diintrupsi.
Hal-hal tersebut di atas mungkin hanya sebagian kecil dari sejumlah kesalahan yang 'biasa' dilakukan oleh orangtua tanpa disadari. Namun satu hal yang patut kita tahu bahwa kesalahan yang kerap kita anggap sepele ini, ternyata membawa dampak yang cukup besar bagi kehidupan anak-anak kita. Bukan tak mungkin karena kesalahan-kesalahan kita di dalam mendidik mereka ini, membuat anak-anak kita menjadi tawar hati.
Firman Tuhan di dalam Kolose 3:21 mengingatkan kita, "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. ":Sebab itu marilah sebagai orangtua mulai belajar memperbaiki kesalahan-kesalahan kita tersebut, dan mendidik anak-anak kita dengan benar seturut dengan Firman Allah (Efesus 6:4). ***  
                                                                           
 Imamat Rajani/Ika

Tidak ada komentar: