Refleksi 3

Keluar dari Penderitaan

1 Tawarikh 4:9-10

Sebagai manusia normal kita ingin lebih maju, lebih berkembang, bahkan lebih besar dalam apa yang sedang kita kerjakan atau usahakan saat ini. Namun seringkali kita berhenti di tengah jalan karena adanya trauma masa lalu, yang membuat rasa takut untuk berbuat sesuatu yang lebih besar, atau adanya kepahitan yang menimbulkan rasa dendam yang amat sangat kepada sesama, sehingga sulit bagi kita untuk berkembang karena dibatasi oleh masa lalau. Kita terikat di dalamnya dan tidak dapat melakukan sesuatu seperti yang diinginkan oleh Allah.

Kita harus lebih besar bagi Allah, sebab kita memiliki kapasitas untuk berkembang menjadi. Paling tidak dua ahl yang menjadi dasar jaminan bagi kita ialah :

1. Kita adalah anak-anak Allah yang mendapat perhatian penuh dari Allah, serta mewarisi harta kekayaanNya. (Yoh 1:12; Ulangan 28:1-14).

2. Kita dilengkapi dalam urapan Roh Kudus, agar dapat tampil beda dalam hikmat dan kemampuan IlahiNya. (I Kor 1:24-31; I Kor 2:10-15).

Oleh karena itu dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Rasul Paulus mengajak kita untuk terus bergerak dalam iman yang teguh, dengan berkata :

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”(Fil.4:16).

Yabes adalah pribadi yang hidup lebih besar bagi Allah, atau hidupnya lebih baik, lebih maju karena berkat Allah tercurah akibat dari doa yang dinaikkan kepada Tuhan.
Pada awal kehidpan Yabes, ia mulai dan melaluinya dengan suasana yang tidak menyenangkan. Sebeab ibunya telah menaruh beban penderitaan dan kepahitan di atas bahunya melalui nama yang disandangnya. Karena nama Yabes artinya kesakitan, penderitaan, atau kepahitan. Ibunya mentransfer penderitaan atau kepahitan hidupnya kepada Yabes. Sehingga Yabes benar-benar hidup dalam penderitaan dan kepahitan.
Sejak masa kanak-kanak, remaja dan pemuda, Yabes melalui hidup ini dengan penuh tekanan, intimidasi serta ejekan dari anak-anak sebayanya dan juga dari keluarganya. Mereka selalu mengejek dengan mengatakan bahwa ia adalah pembawa sial, pembawa penderitaan dan pembawa malapetaka.
Dalam hidup ini, kita juga bisa membawa kepahitan atau penderitaan orang lain, seperti yang dialami oleh Yabes. Kepahitan itu masuk melalui kata-kata, tingkah laku dan perbuatan, sehingga tanpa disadari telah muncul rasa dendam dan sakita hati dalam diri kita. Dan yang paling berbahaya lagi mentransfer kepahitan dan penderitaan kepada anak-anak kita, melalui kata-kata yang kasar, jorok/porno dan emosi yang meledak-ledak.

Yabes berhasil keluar dari belenggu penderitaan dan kepahitan yang selama ini mengikat dan menjepitnya serta menterjemahkan suatu kehidupan yang baru, bagaimana hidup lebih besar bagi Allah dengan menyampaikan langkah-langkah berikut ini:


1.  Melepaskan Belenggu Kepahitan (1Taw 4:10A)

Bayang-bayang dari namanya yang berarti penderitaan atau kepahitan, dan selama ini mengikat dan menguasai seluruh keberadaannya, dilepaskan dan ditinggalkannya, ketika Yabes berseru kepada Tuhan, Allah Israel (Ay.10a). seruan Yabes, adalah seruan untuk melepaskan diri dari kepahitan yang selama ini menghimpiti ia dalam derita yang berkepanjangan.

Doanya disampaikan kepada Allah Israel, menunjukkan bahwa ia tidak mau dikuasai oleh kepahitan akibat dari namanya. Dan juga tidak mau dikuasai oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, yang selama ini menjepit hidupnya.

Yabes melepaskna belenggu kepahitannya, dan mengikatkan dirinya kepada Allah yang hidup. Hanya bagi Allah ia menaruh seluruh pengharapan dan masa depannya.

Saudara, ada banyak hal di dalam kehidupan ini yang tidak bisa diubah dan harus kita terima, seperti orang tua kita, suku bangsa, waktu terus berjalan, usia yang terus bertambah, dll. Namun keadaan hidup kita, kondisi hidup kita dapat diubah oleh Tuhan, pada waktu kita berserah pada pengaturan Allah. Firmannya berkata : “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya dan Ia akan bertindak.” (Mazmur 37:5).


2.  Menempatkan Diri Pada Kemenangan (1Tawarikh 4:10b).

Banyak orang melakukan kesalahan karena hidup dengan sikap pasrah pada Tuhan. namun menurut pandangan Tuhan, Dia menunggu kita menuntut janji-janjiNya. Dia telah mengatur meja dengan beraneka macam makanan di atasnya. Namun Dia tidak dapat membuat kita memakan dan meminumnya.

Kita jangan hanya berharap, namun kita juga harus menyerahkan pikiran analistis kita pada aliran kuasa Roh Kudus. Sebab pikiran manusiawi kitalah yang menggagalkan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita.

Intervensi dari nama yang disandangnya, menempatkan Yabes pada bayang-bayang penderitaan. Oleh sebab itu dalam doanya, Yabes menempatkan dirinya pada kemenangan dan berkat Allah. Ia tidak mau terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang akan membawanya untuk hidup dalam kepasrahan. Karena itu ia berdoa : “Kiranya Engkau memberkati akau berlimpah-limpah dan memperluas daerahku.” (I Taw 4:10b).

Untuk hidup lebih besar bagi Tuhan, kita harus bersungguh-sungguh dihadiratnya dengan suatu permohonan iman. Karena tak terhitung banyaknya orang yang hidup biasa-biasa saja. Mereka hidup tanpa memiliki kerinduan dan pengenalan akan Allah, bahwa Ia sanggup melakukan yang lebih besar secara ajaib.

Kita harus menempatkan diri kita pada kemenangan, sebab kita memiliki Firman Tuhan yang berdaya cipta, dan yang membawa kita pda kuasa mujizatNya, dimana perkara-perkara yang menakjubkan akan terjadi dalam hidup kita, seperti yang dialami oleh Yabes, bahwa ia diangkat oleh Tuhan lebih mulia dan lebih tinggi daripada saudara-saudaranya.


3.  Memiliki Keyakinan Iman yang Teguh (1Taw 4:10c)

Allah menghendaki yang terbaik untuk hidup kita, dan iblis tahu itu. Iblis ingin mengalahkan kita dengan rencana tipu dan dusta yang dirancangnya dengan licik. Serangannya berupa kebimbangan, ketakutan, dan diam dengan khayal (tanpa mau bertindak), yang dapat mengikis daya tahan kita. Karena itu, untuk mengalahkan pengaruh dusta iblis, kita harus memiliki keyakinan dalam iman yang teguh. Bahwa segala yang dijanjikan Tuhan dalam FirmanNya, pasti akan digenapi dan tidak perlu dipertanyakan lagi.

Yabes tidak meragukan kemampuan dan kesanggupan Tuhan. hal ini terlihat dalam permohonan doanya, “…kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku daripada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!” (1Taw 4:10c). kalimat doa ini merupakan kata-kata iman yang meyakini akan Firman Tuhan, bahwa segala otoritas atas hidup ini ada dalam tangan Allah.

Tuhan menghendaki agar kita dapat meraih keberhasilan dalam keyakinan iman yang teguh, tidak goyah, berdasarkan janji-janji FirmanNya. Walaupun, mungkin saat ini kita menghadapi situasi dan kondisi hidup yang menyedihkan, penuh dengan penderitaan dan tantangan. Namun percayalah bahwa hidup kita bukan berdasarkan situasi dan kondisi dunia ini, tetapi hidup kita berdasarkan kasih karunia Tuhan dalan anugerah Tuhan Yesus Kristus. rahmatNya selalu baru pada setiap pagi.

Allah telah mengikat diriNya dengan kita melalui FirmanNya, serta telah meneguhkannya dengan sumpahNya, bahwa janji-janjiNya tak akan pernah gagal. Dan hal ini terlihat pada pribadi Yabes, ia meraih janji-janji Allah itu, dimana Allah mengabulkan permintaannya itu.

Sebagai pribadi-pribadi yang telah lahir baru, kita adalah pancaran dari kehidupan dan kemuliaan Allah. Oleh karena itu kita harus terus menerus mengembangkan kehidupan rohani kita, agar dalam kapasitas Tuhan, kita bertumbuh dan berkembang lebih besar bagi Allah. ***

 Pdt. Wempy Lilipory, STh

Tidak ada komentar: