Angkak: Bumbu Penyedap Penangkal Demam Berdarah
Ramuan obat tradisional ini sebenarnya masuk dalam kelompok bumbu masak. Ia sejenis rempah-rempah dari Cina yang membuat masakan daging menjadi lebih harum dan sedap. Walaupun masih diperdebatkan kemanjurannya, tak sedikit yang meyakini khasiatnya.
Ini sebuah kisah nyata. Pada bulan Oktober 2000, Komaraningsih (50) dirawat selama kurang lebih lima hari di sebuah rumah sakit di Depok, Jawa Barat. Dokter menyatakan dia terkena demam berdarah. Melalui pemeriksaan laboratorium diketahui nilai trombosit dalam darahnya sekitar 40.000. Padahal, untuk orang dewasa, angka trombosit normal sekitar 150.000-450.000. Ini berarti nilai trombositnya jauh di bawah standar.
Selama dirawat pun angkanya hanya berkisar 50.000-83.000. Dokter mengizinkannya pulang saat angkanya sudah mencapai 100.000. Ibu Komariah bersikeras pulang karena memikirkan biaya yang semakin membengkak.
Ketika sedang dalam masa perawatan di rumah, ada seorang atasannya yang memberitahu agar mencoba membuat minuman yang terbuat dari angkak. Angkak bentuknya seperti beras ketan hitam, tetapi warnanya merah tua.
"Waktu itu saya beli seperempat kilo. Saya ambil dua sendok. Dua sendok makan angkak direbus dengan dua gelas air, hingga setelah mendidih kira-kira menjadi satu gelas. Setelah dingin, baru diminum," ungkap Komaraningsih tentang resep yang masih diingatnya kepada SENIOR.
Pada waktu itu Komaraningsih meminumnya di pagi hari. Siangnya dia pergi ke laboratorium untuk memeriksakan jumlah trombositnya. Sempat timbul rasa pesimis dalam dirinya kalau angka trombositnya tidak akan naik drastis, mengingat pengalamannya dirawat di rumah sakit.
Namun, apa yang terjadi, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa trombositnya mencapai 432.000, atau sudah mendekati batas tertinggi dari angka normal. Pengalaman ini lalu dia sampaikan dengan niatan membantu mereka yang sedang tergolek tidak berdaya karena terserang demam berdarah.
Demam pun Hilang
Ada lagi, seorang bapak satu anak yang yang juga tinggal di Depok, sebut saja namanya Budi, suatu hari mengalami demam dan meriang. Ia merasa kakinya pegal dan panas dingin. Karena khawatir demam berdarah, bapak satu anak ini segera memeriksakan dirinya ke dokter.
Walaupun dokter sudah meyakinkan bahwa dia tidak terkena demam berdarah, Budi tetap penasaran. Selagi penasaran, dia juga mendengar belakangan ini orang sedang meributkan soal angkak yang bisa menyembuhkan demam berdarah, yaitu dengan menaikkan kadar trombosit dalam darah.
Dia segera merebus angkak dan mengambil airnya untuk diminum. Pagi dan sore dia minum sebanyak satu gelas. Boleh percaya atau tidak, esok harinya dia sudah tidak merasakan demam dan panas dingin, terutama pada bagian kedua kakinya.
Dari dua ilustrasi di atas, memang bisa dipastikan bahwa angkak berguna untuk pengobatan, terutama dalam mengobati demam berdarah.
Meski begitu, tidak banyak literatur kesehatan yang menyebutkan fungsi angkak ini, khususnya pengobatan modern. Hanya saja, dalam pengobatan ala Tiongkok kuno, angkak digunakan sebagai ramuan obat tradisional karena bahannya mudah didapat dan murah.
Angkak bisa dijumpai dalam kelompok bumbu dapur yang biasa menjual rempah-rempah masakan Cina. Mereka memakai angkak untuk memberikan warna merah pada masakan daging. Selain itu juga memberikan efek rasa manis, sedap, dan wangi.
Berwujud Buah
Hingga sekarang orang mengetahui angkak berwujud seperti beras. Padahal, aslinya angkak berasal dari kembang atau buah, seperti diungkapkan terapis dan konsultan aura Tom Suhalim.
Menurut redaktur khusus Tabloid Senior ini, buah atau kembang itu berwujud seperti belimbing yang bersegi enam. Seperti yang lain, dia menegaskan bahwa angkak dipakai untuk meningkatkan trombosit darah penderita demam berdarah.
Namun, hal itu tidak serta merta dibenarkan oleh Martani Wiranata, seorang akupunturis. Menurutnya, angkak berbentuk seperti beras ketan yang karena sudah mengalami proses frementasi, berubah warna menjadi merah.
"Memang, bumbu masak yang sehari-hari digunakan untuk memerahkan daging ini digunakan untuk mengobati trombosit darah seseorang yang menurun," ujar pria yang sehari-hari dipanggil Pak Willy ini.
Menurut sekretaris DPP Ikatan Naturopatis Indonesia ini, bila berdasarkan deskripsi Tom Suhalim, berarti itu bukan angkak, melainkan peka, juga termasuk rempah-rempah dalam masakan Cina. "Peka sangat berbeda jauh dengan angkak. Persamaannya, peka juga dipakai sebagai bumbu masak. Khusus peka, sifatnya sebagai pewangi masakan," tutur Willy.
Dalam dunia pengobatan Timur, karena sifatnya wangi, peka hanya digunakan untuk kasus penyakit dalam saja. Namun, Willy tidak menjelaskan penyakit dalam apa saja yang bisa ditangani dengan peka ini. Belum Direkomendasikan
Terlepas dari perdebatan mengenai sumber pastinya, belakangan ini angkak sedang banyak dicari. Khususnya berkaitan dengan masalah demam berdarah. Harganya pun mulai melambung. Seperti pengalaman seorang ibu di Bandung yang mendapatkan angkak seharga Rp 10.000. Namun, tidak dijelaskan seberapa banyak angkak yang diperoleh.
Sebagai gambaran, sekantong plastik berisi sekitar tiga sendok makan angkak dijual seharga seribu rupiah di sebuah toko bumbu dapur di lantai dua Pasar Palmerah, Jakarta. Di toko obat tradisional di kawasan Petak Sembilan dan Glodok, Jakarta Barat, sebungkus angkak berisi kira-kira lima sendok makan dijual dengan harga Rp 2.000.
Kalangan medis memang belum merekomendasikan angkak sebagai obat untuk mengatasi demam berdarah. Alasannya, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa angkak bisa meningkatkan trombosit darah. Lantas, kapan kalangan kedokteran Indonesia atau Depkes akan mengadakan penelitian? Haruskah pasien yang tengah terkapar di rumah sakit menunggu hasil penelitian itu?
Penggunaan Angkak
William Adi Teja, MD, M.Med, seorang peminat pengobatan ala Cina, mencoba menjelaskan apa itu angkak. Dari literatur yang dibacanya, angkak sebenarnya berasal dari beras putih yang diolah sedemikian rupa hingga menjadi merah warnanya.
Bila diolah dengan tape akan menjadi arak. Arak ini biasa dipakai untuk memasak tim ayam, sifatnya hangat, manis, dan tidak beracun. "Nah, saya melihat angkak ini mempunyai sifat hangat dan manis, yang berarti mempunyai fungsi tonifikasi atau menyejukkan. Padahal, penyakit menular, dalam hal ini demam berdarah, bersifat panas lembab," kata William.
Menurutnya, dalam pengobatan ini ada kontradiksi. Karena itu, untuk mengobati demam berdarah seharusnya dicari obat yang sifatnya berlawanan, yaitu sejuk, agak pedas, dan pahit untuk menghilangkan hawa panas dan lembab yang mengganggu pencernaan. "Dengan kata lain, pemakaian angkak untuk pengobatan tidak bisa digunakan sendiri, harus didukung oleh obat tradisional lainnya yang mempunyai sifat yang telah disebutkan di atas. Menyejukkan dan menghilangkan hawa lembab," lanjutnya.
Beberapa keluhan yang bisa diredakan dengan menggunakan angkak, menurut William, di antaranya memperlancar dan menstabilkan darah, memperkuat fungsi pencernaan, mencegah penyakit menular. Angkak juga dipakai untuk mengobati luka dalam akibat pukulan, benturan, atau jatuh, serta membantu memperlancar dan mengurangi rasa sakit perut ketika haid.
Menurut William, takaran ramuan yang digunakan untuk keluhan di atas hampir sama. Biasanya, 30 sampai 100 gram angkak dimasak dengan 200 - 400 ml air (sekitar dua gelas). Tunggu hingga sekitar 20 menit dan mendidih atau hingga air tinggal setengahnya. Biarkan dingin, minum airnya.*** (Sumber:Harian Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar