Buckinghamshire, Inggris, Setiap
berangkat sekolah di pagi hari, Ella Campbell (5 tahun) selalu membawa bekal
makanan. Tapi makanan itu tidak pernah dimakannya karena bisa membuat nyawanya
terancam. Ia membawa bekal makanan agar bisa terlihat normal seperti anak-anak
lainnya.
Gadis cilik asal Aylesbury, Buckinghamshire, Inggris ini tetap rutin membawa bekal makan siang yang akan dibukanya saat waktu istirahat. Makanan itu akan dibukanya seperti teman-temannya yang membuka bekal saat makan siang tiba. Tapi oleh Ella makanan itu tidak pernah disentuhnya.
Ella harus berjuang keras jika ingin makan karena memasukkan makanan ke mulut artinya menyiksa dirinya karena ia akan merasakan sakit luar biasa akibat penyakit langka yang dideritanya.
"Ella akan merasa sangat stres setiap kali ia harus makan siang di sekolah dan mengalami kesulitan lebih besar dibanding teman-temannya, karena baginya itu terlalu menyakitkan," ujar Karen Campbell (31 tahun) sang ibu, seperti dikutip dari Dailymail.
Karen mengungkapkan setiap kali Ella sampai di rumah ia akan langsung segera berbaring dan pada akhir minggu biasanya ia tidak memiliki energi bahkan untuk bersekolah sekalipun.
"Kondisi ini sangat membuat frustasi dan kami melihat begitu banyak dokter berbeda tapi tidak ada yang benar-benar tahu kondisi Ella. Dia sangat kecil, lemah dan selalu merasa dehidrasi. Saat itu adalah waktu yang menakutkan bagi kami," ungkapnya.
Karen mengungkapkan tahun lalu Ella sangat kurus dan terus pingsan hingga kehilangan kesadaran karena tidak bisa makan sama sekali. Ia bisa pingsan hingga 8-10 kali dalam sehari sampai ia mencapai usia 2 tahun.
Ia telah menghabiskan banyak waktunya di rumah sakit saat dokter tengah berjuang mendiagnosis penyakitnya. Setelah bertahun-tahun melakukan berbagai tes dan mesin pembantu melekat di tubuhnya, akhirnya dokter berhasil mendiagnosis penyakit Ella 3 tahun lalu di Great Ormond Street Hospital.
Ella tidak bisa makan karena memiliki kondisi berat yang disebut dengan eosinophilic gastrointestinal disease (EGD). Kondisi ini membuatnya memiliki reaksi keras terhadap makanan termasuk rasa sakit yang hebat dan muntah.
Saat ini ia diberi susu formula khusus atau hypoallergenic formula melalui tabung pengisi yang permanen melekat di perutnya, itu makanan yang dikonsumsinya sedangkan jika minum ia bisa melalui mulut seperti biasa. Ia juga diwajibkan mengonsumsi imunisupresan (sejenis obat kemoterapi) secara teratur.
"Karena ia mengonsumsi imunosupresan, maka ia menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit lain yang berpotensi menjadi lebih serius. Untuk itu kami harus selalu waspada dan membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik guna melawan infeksi," ujar Karen.
Gangguan eosinophilic terjadi
ketika eosinofil (sejenis sel darah putih) ditemukan dalam jumlah di atas
normal di berbagai bagian tubuh. Ketika tubuhnya bertemu dengan alergen,
maka eosinofil akan berkembang
biak dalam jumlah abnormal. Sel ini bukan untuk melawan alergi tapi justru
menyerang tubuh yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan.
Sementara itu Adam (2 tahun) yang merupakan adik dari Ella juga didiagnosis penyakit yang sama saat lahir. Tapi ia bisa makan sejumlah kecil buah-buahan, sayuran dan daging tertentu, meski tetap harus mempertahankan diet yang sangat ketat.
"Kondisi ini sangat sulit bagi saya dan suami, karena kita merasa tidak berdaya untuk menghentikan rasa sakit tersebut. Tapi Ella telah menjadi gadis yang sangat berani dan kami telah melalui banyak hal," imbuhnya.
sumber:
forum.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar