“Kami memiliki masalah di gereja kami.
Di lapangan parkir kami sering timbul lubang. Jika kami menimbun lubang-lubang
itu, satu atau dua minggu kemudian akan muncul lagi. Saya juga memiliki masalah
yang sama dalam hidup kekristenan saya. Dalam jalan saya ke Surga sering timbul
lubang-lubang di jalan. Saya menimbun mereka dan dalam satu dua hari mereka
kembali lagi….Saya kira jalan yang lurus dan sempit itu mestinya tanpa lubang,
bukankah demikian? Tetapi saya terus menerus menemui lubang, bahkan yang
besar-besar. Ada yang seukuran ngarai. Di mana-mana kita memandang, umat Tuhan
kesakitan. Jika bukan sakit fisik, ada yang sakit secara emosional, rohani,
finansial, domestik, ataupun dalam gereja. Dalam Alkitab kita membaca, “manusia
menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi” (Ayub
5:7), dan kita diberitahu bahwa, “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah
di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim. 3:12)…..Apakah belakangan
ini engkau ada membaca daftar rasul Paulus di 2 Korintus 11:23-28, yang adalah
suatu daftar panjang lubang yang dia temui di jalan kehidupan? Pesan tentang
kesehatan, kekayaan, dan kemakmuran yang didengungkan oleh Joel Osteen dan
teman-teman pengajarnya terdengar sangat aneh bagi mereka yang memiliki mata
untuk melihat dan telinga untuk mendengar…..Wajah mereka yang tersenyum dan tak
berkerut mengindikasikan bahwa mereka tidak kenal Tuhan sebagai Tuhan atas
lubang jalan. Dialah yang menempatkan kita di Jalan Berlubang dan lalu menutupi
semua lubang itu dengan diriNya sendiri. Dia memuluskan goncangan-goncangan
dengan kehadiran dan penghiburanNya. Dia memberikan kasih karunia, kasih
karunia yang cukup, kasih karunia yang terus menerus, untuk menghadapi semua
tempat-tempat yang kasar itu. Tetapi Dia hanya melakukannya bagi mereka yang
tahu tentang realita lubang-lubang di jalan tersebut. Kesesatan pengajaran
tentang kemakmuran yang terus menerus membuat para pengkhotbahnya tidak dapat
melihat bahwa Allah yang berkuasa atas lubang jalan menutupi lubang-lubang itu
dengan diriNya sendiri. Betapa menyedihkan! Segala penekanan mereka terhadap
kemakmuran materi, rumah istana, mobil mewah dan pelesir di atas kapal, telah
membuat mereka kehilangan harta yang sesungguhnya yang hanya dapat ditemukan
dalam “persekutuan dalam penderitaanNya” (Fil. 3:10). Bagaimanakah kita dapat
menjelaskan tentang berkat dalam lubang-lubang jalan yang disertai Allah?
Mereka tidak berisikan emas atau berlian. Mereka berisikan sukacita yang hanya
dapat ditemukan dalam sifat Allah. Sepasang petani yang pernah tinggal bersama
kami pernah bercerita tentang sebuah lubang di jalan di pertanian mereka, dan
di lubang itu seekor burung bertelur. Sang istri menyaksikan anak-anak burung
menetas di sana dan dia memberi mereka makan hingga semuanya meninggalkan
sarang. Semua orang-orang lokal yang tinggal di sana menelpon sanak saudara
agar menghindari lubang itu, dan semua orang melakukannya, dan semua yang lewat
di sana lewat dengan pelan-pelan sambil menjinjitkan leher untuk melihat sarang
burung di lubang tersebut. Ah ya, ini sama dengan Bapa di Surga! Kehidupan
justru muncul di lubang, tempat yang tidak diduga-duga! Kisah tentang
anak-anakNya dan gereja-gerejaNya dalam mikroskop. Sambil saya merenungkan
hal-hal ini dan membaca Alkitab saya, saya temukan bahwa Allah atas lubang
jalan juga memiliki sekop. Bukan untuk menimbuni lubang-lubang itu, tetapi
untuk membuat lubang agar saya dapat belajar bahwa Dia rela menutupinya dengan
diriNya sendiri. Sungguh benar bahwa kita “menderita untuk mencapai hikmat.”
sumber:
graphe-ministry.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar