Seorang
pengusaha di New York, setiap hari berangkat dan pulang kerja dengan
mengendarai kapal ferry. Pada suatu hari ia perhatikan ada seorang penumpang
baru yaitu seorang anak laki-laki yang membawa kotak semir sepatu.
Pengusaha itu berbicara kepada anak itu dengan ramah dan membayarnya setelah
sepatunya di bersihkan. Sejak saat itu kapan saja pengusaha itu naik kapal,
anak itu selalu mendekatinya dengan senyum bahagia. Ia menawarkan diri untuk
membawakan tasnya, mengikatkan pakaiannya dan memberikan sepatunya tanpa
mengharapkan upah apapun.
Seminggu kemudian pengusaha tadi bertanya pada anak itu, “Apa yang membuat kau
tertarik melakukan semuanya ini?”
“Pak,” jawabnya, “Pertama kali bapak berjumpa dengan saya, bapak memanggil saya
‘anakku’. Sebelumnya saya berfikir bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki
saya, karena orang tua saya sudah tiada. Tetapi ketika saya berjumpa bapak,
bapak begitu baik kepada saya dan selalu memanggil saya ‘anakku’ karena itu
tidak ada sesuatu apapun yang tidak saya lakukan untuk bapak!”
Pengusaha tadi tersentuh hatinya dan bertanya, “Maukah engkau ikut bersamaku,
tinggal bersamaku dan aku angkat sebagai anakku sendiri?”
“Bapak yang baik, itu sungguh menyenangkan hati saya. Terima kasih pak,” kata
anak itu dengan air mata bercucuran.
Demikian juga kita semua, seharusnya kita semua terbuang, tetapi ada Seorang
yang memperhatikan kita dan selalu memanggil kita “AnakKu”. Karena itu kita
berpindah dari yang terbuang menjadi yang tersayang. Seperti ada tertulis :
Dan Aku akan menjadi Bapamu dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan
anak-anakKu perempuan. Demikianlah firman Tuhan, yang Mahakuasa.
2 Korintus 6:18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar