Esther pemenang kompetisi Bye Bye Big (BBB)
Kegemukan
atau obesitas adalah suatu kondisi di mana terjadi penumpukan lemak tubuh yang
berlebihan sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan membahayakan
kesehatan. Problem kegemukan sebenarnya dapat diatasi dengan melakukan diet
sehat dan seimbang, di samping motivasi dan keinginan yang kuat dari diri
seseorang untuk mau hidup sehat.
Hal ini pula yang menjadi kekuatan bagi Esther Kimiwati (35) yang sukses
menurunkan bobot tubuhnya sebanyak 22 kilogram dalam waktu tiga bulan.
Keberhasilan itu sekaligus mengantarnya sebagai juara kompetisi program
penurunan berat badan Bye Bye Big (BBB) yang diselenggarakan Roche di Jakarta,
belum lama ini.
Dengan profesi sebagai
regional sales
manager, problem obesitas diakui
Esther membuatnya cukup sulit melakukan pekerjaan yang menuntutnya selalu mobile dan bertemu banyak klien. Apalagi, saat itu berat
badannya sempat mencapai 95 kg.
Namun, sejak mengikuti program BBB, banyak perubahan yang ia dapatkan, di
antaranya mengatur pola makan, olahraga, dan menerapkan gaya hidup sehat.
Khusus soal makanan, ia mengaku membatasi asupan karbohidrat secara bertahap
dan menghindari beberapa jenis makanan, seperti makanan manis dan berminyak
(goreng-gorengan).
"Program yang dikasih dokter, saya cuma makan dua sendok nasi merah. Dan,
untuk paginya, saya makan roti gandum tanpa isi. Itu untuk mengurangi
karbohidrat. Setelah bulan-bulan terakhir karbohidratnya dihilangkan sama
sekali," katanya, Selasa, (23/8/2011).
Perubahan pola makan tersebut, menurut Esther, cukup sulit dijalani, terutama
pada minggu-minggu pertama. Namun, berkat dukungan dan motivasi yang kuat dari
dalam diri serta dokter pendamping, ia mulai terbiasa dengan program tersebut.
"Ketika kita ingin menurunkan berat badan, yang utama adalah kita harus
konsisten dalam menjaga makan. Kedua, kita harus berolahraga secara teratur
sesuai anjuran untuk menurunkan berat badan," katanya.
Di tengah-tengah kesibukannya, Esther masih menyempatkan diri untuk berolahraga
minimal 5-6 kali dalam seminggu.
Treadmill adalah jenis olahraga yang paling sering ia lakukan.
Dalam sehari, biasanya dia menghabiskan waktu dua jam untuk berolahraga (75
menit treadmill dikombinasikan dengan angkat beban ringan).
"Saat ini, tubuh saya jauh lebih sehat, lebih fit dan bugar, dan otomatis
penampilan jauh lebih menarik," ujarnya.
Obat sebatas penunjang
Untuk menunjang program penurunan berat badannya, wanita yang mengaku hobi olahraga
diving ini ternyata juga mengonsumsi obat tertentu. Obat
tersebut berfungsi mengurangi penyerapan lemak dalam tubuh hingga 30 persen.
Menurut Esther, obat tersebut sama sekali tidak berpengaruh terhadap penurunan
nafsu makan dan tidak menimbulkan efek samping karena tidak bekerja melalui
sistem saraf, seperti halnya obat pelangsing yang beredar di pasaran.
"Obat itu hanya sebagai penunjang, dan saya tidak bergantung dengan obat
itu. Tetap yang lebih utama adalah bagaimana mengatur kebiasaan dan pola makan
yang sehat," ucapnya.
Dengan sukses menurunkan berat badan dari 95 kg menjadi 73 kg, Esther kini
berhasil membuang 18,1 kg lemak yang selama ini tersimpan di tubuhnya.
Perubahan ini membuatnya merasa menjadi manusia baru yang lebih sehat, percaya
diri, dan berenergi.
Padahal, dulu, ia mengaku sering merasa cepat lelah dan capek walaupun tidak
menderita penyakit apa pun. Esther berharap perubahan yang terjadi pada dirinya
dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat Indonesia yang mengalami masalah kelebihan
berat badan dan obesitas untuk menurunkan berat badan dengan cara sehat.
"Pesan saya, jangan terlambat melakukan penurunan berat badan sebelum hal
itu membahayakan diri Anda. Jangan tunda lagi melakukan sesuatu yang lebih baik
dan sehat buat diri sendiri. Anda pasti bisa seperti saya," ungkapnya.
Motivasi dan niat
Dr
Samuel Oetoro, ahli gizi dari Rumah Sakit MRCC Siloam Semangi, yang mendampingi
Esther selama menjalani program, mengatakan, pada dasarnya setiap orang bisa
menurunkan berat badan asal mempunyai niat dan motivasi yang tinggi.
Menurut dia, keberhasilan Esther dalam menurunkan berat badan tidak lepas dari
niat dan motivasinya yang kuat untuk hidup lebih sehat. "Intinya motivasi
dan niat. Kalau dia sudah punya niat, beres. Di awal, berat Esther sangat
berlebihan, sekitar 95 kg. Tapi, karena motivasi dia kuat, dia bisa menurunkan
22 kg," ucapnya.
Selama masa pendampingan, Samuel selalu menekankan kepada Esther dan peserta
program BBB lain untuk mengonsumsi makanan rendah kalori. Setiap hari, jumlah
asupan kalori dibatasi hanya 1.000 kalori, yang disebut
low calorie diet, dengan komposisi seimbang.
Arti seimbang di sini adalah mencakup karbohidrat, protein, dan lemak. Untuk
karbohidrat, dipilih karbohidrat yang kompleks atau tinggi serat.
"Misalnya untuk nasi, saya suruh beras merah. Kalau mereka mau makan roti,
saya suruh roti gandum, dan makan kentang bersama dengan kulitnya supaya ada
serat sehingga penyerapan karbohidrat lebih lambat," katanya.
Samuel menambahkan, dalam menjalani program diet, hal terpenting adalah
bagaimana seseorang dapat membentuk kebiasaan. Kebiasaan yang dimaksud adalah
pintar memilih makanan sehat dan rutin berolahraga. Jika kebiasaan tersebut
sudah terbentuk, dengan sendirinya berat tubuh akan normal dan jauh dari
masalah obesitas.
Terkait dengan aman tidaknya penggunaan obat dalam penurunan berat badan,
menurut Samuel, itu bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan. Pasalnya, obat
yang digunakan oleh peserta program sudah dijamin keamanannya dan sama sekali
tidak menimbulkan efek samping. Obat tersebut, kata Samuel, hanya bekerja lokal
di saluran cerna dan tidak diserap.
"Jadi, obat itu tidak masuk ke aliran darah dan tidak memengaruhi organ
tubuh yang lain. Obat itu hanya membantu. Kalau Anda bisa mengatur makan,
olahraga, dan punya motivasi besar, lakukan hanya itu (tanpa obat). Tapi, kalau
motivasinya tanggung, harus dikombinasi dengan dibantu obat," tuturnya.
sumber:kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar