Tahukah Anda, konon tidak ada kursi penumpang di
pesawat terbang yang bernomor 13 di dunia ini? Meski banyak yang tidak percaya,
namun tahyul di jagad raya ini mempercayai angka 13, dikaitkan dengan kejadian
sial atau mengerikan.
Namun di Indonesia, pesawat Batavia Air dengan
nomor penerbangan YG - 561 dari Jakarta tujuan Pekanbaru, hari Minggu
((25/11/2011) petang, memberikan tiket penumpang bernomor 13A dan 13B kepada
Nyonya Mardiana dan suaminya. Mulanya, Mardiana merasa heran, sebab setelah
puluhan kali naik pesawat, baru kali ini dia mendapat kursi bernomor 13. Namun
dia mendiamkan saja.
Keanehan mulai terjadi saat Mardiana dan
suaminya naik ke pesawat. Ternyata kursi bernomor 13 memang tidak ada. Setelah
kursi nomor 12, yang ada di deretan selanjutnya adalah kursi bernomor 14.
Ketika disampaikan perihal nomor tiket itu kepada pramugari yang bernama Ira
Maei, dia langsung terheran-heran.
"Tidak ada nomor 13 di pesawat ini, ada
kesalahan, namun ibu dan bapak dapat duduk di kursi nomor 14A dan 14B ini
saja dahulu," kata Ira menenangkan.
Tidak lama kemudian, muncul seorang pria tinggi
besar yang menyebutkan dia memiliki tiket bernomor 14 A dan seorang penumpang
lain yang belakangan diketahui bernama Rizal, pegawai Kantor Bea dan Cukai Riau
yang memegang tiket bernomor 14B.
Masalah mulai muncul, dan pramugari Hindri
Astutik dan Juni Cahyati mulai terlihat kasak kusuk memanggil petugas darat
untuk membantu menyelesaikan persoalan. Setelah beberapa lama, seluruh
penumpang telah naik ke pesawat. Ternyata, ada tersisa dua kursi yang belum
diduduki penumpang. Akhirnya pramugari mengarahkan Rizal untuk duduk di kursi
bernomor 2B dan pria bertubuh tinggi besar di kursi 11E yang kosong. Pesawat
berkapasitas 168 orang itu penuh total. Tidak ada lagi kursi tersisa.
Namun akibat insiden kursi bernomor 13A dan 13B,
jadwal pesawat yang semestinya tebang pukul 16.50, pintu pesawat baru dapat
ditutup pada pukul 17.10 dan terbang pukul 17.30. Tidak ada kejadian apapun
sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Pekanbaru, cuaca cukup bagus.
Hanya saja sesaat sebelum mendarat, tubuh
pesawat bergoyang, oleng ke kiri dan ke kanan, tidak stabil, sehingga membuat
penumpang cukup cemas. Untungnya, Kapten Pilot Hendra Sutrisno mampu
mendaratkan pesawat dengan baik. Ketika mendarat, bahkan ada penumpang
yang bertepuk tangan.
Sebelum turun dari pesawat, Mardiana dan
suaminya masih penasaran, mengapa mereka diberi nomor kursi 13 A dan 13B.
Pramugari Juni Cahyati mengatakan, masalah itu disebabkan petugas darat
Batavia, mungkin tidak mengecek bahwa pesawat Batavia yang satu ini, tidak
memiliki kursi bernomor 13.
"Memangnya ada pesawat yang bernomor kursi
13?" tanya suami Ny Mardiana. Juni mengungkapkan, ada satu pesawat Batavia
di Indonesia, yang memiliki nomor kursi 13. Kalau pernyataan Juni diasumsikan
benar, mengapa hanya Ny Mardiana dan suaminya yang mendapat nomor kursi 13?
Bukankah kalau penumpang penuh, semestinya, ada
empat penumpang lain yang memegang tiket bernomor 13C, 13D, 13E dan 13F? Belum
ada jawaban misteri kursi bernomor 13A dan 13B itu, kecuali pihak Batavia mau
jujur membukanya kepada publik.
Atau, jangan-jangan petugas darat Batavia Air
memang tidak profesional. Contoh ketidakprofesional lainnya, sebelum
masuk ke pesawat, penumpang Batavia yang berada di ruang tunggu C7 tujuan
Pekanbaru harus masuk ke pesawat melewati pintu C5, sementara pada saat
bersamaan, penumpang yang berada di ruang tunggu C5 tujuan Batam dipindahkan ke
jalur C7.
Koridor
bandara akhirnya kacau penuh sesak, penumpang dari dua arah berlawanan
bersinggungan karena hendak bergegas naik ke pesawat.
sumber: regional.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar