Penderitaan rakyat Somalia tidak kunjung
selesai. Mereka bukan saja mengalami kelaparan yang berkepanjangan, namun juga
bantuan pangan yang datang selalu dirampas oleh milisi dan bahkan membunuh
beberapa orang dari mereka. Ini memang bisa disebut krisis 'hati nurani'. Tidak
peduli dengan penderitaan bangsanya sendiri, tidak memiliki belas kasihan, dan
sama sekali jauh dari kemanusiaan.
Sedikitnya lima orang tewas, beberapa
hari lalu, tepatnya 5 September 2011 ketika kelompok bersenjata menyerbu sebuah
kamp di Mogadishu, ibu kota Somalia, dan menjarah bantuan pangan bagi ribuan
orang yang kelaparan akibat kekeringan, kata beberapa pejabat dan saksi.
"Lima orang tewas di lokasi
kejadian setelah milisi melepaskan tembakan untuk mencuri bantuan pangan,"
kata Abdikadir Mohamed, seorang sopir.
"Terjadi kekacauan dan orang
berlari untuk mencari tempat berlindung setelah pasukan keamanan yang mengawal
konvoi bantuan pangan terlibat dalam tembak-menembak dengan kelompok
bersenjata. Makanan dijarah," kata Mohamed.
Penduduk di kamp Badbado sedang
mengantre makanan yang disediakan oleh Program Pangan Dunia PBB (WFP) ketika
orang-orang bersenjata itu menyerang.
Ali Isa, seorang pejabat LSM lokal mitra
kerja WFP, mengatakan, badan PBB itu membawa sekitar 300 ton makanan bagi
pengungsi di kamp yang dibangun oleh Pemerintah Somalia dukungan Barat.
Belum jelas siapa yang melancarkan
serangan itu. Namun, gerilyawan Al-Shabaab berperang
untuk menggulingkan Pemerintah Somalia
dan melarang sejumlah badan bantuan asing dari kawasan yang mereka kuasai. Rabu
lalu, PBB mengumumkan tiga daerah baru Somalia sebagai zona kelaparan, termasuk
Mogadishu dan Afgoye, ke arah barat ibu kota Somalia tersebut.
Kondisi kelaparan akibat kekeringan
parah di Somalia diperumit oleh bentrokan-bentrokan yang terus berlangsung
antara pasukan Somalia serta Uni Afrika sekutunya dan gerilyawan Al-Shabaab.
Senin lalu, dua prajurit Uni Afrika dan
dua calon penyerang bom bunuh diri tewas selama bentrokan di Mogadishu, kata
seorang juru bicara Uni Afrika. Pekan lalu, tiga prajurit AU tewas dalam
bentrokan dengan gerilyawan Al-Shabaab. Mayat mereka diseret di jalan-jalan di
Mogadishu selama pertempuran sengit antara kedua pihak.
Pertempuran sengit itu terjadi pada hari
kedua ketika gerilyawan Al-Shabaab berusaha memperkuat posisinya setelah
peluncuran ofensif pemerintah untuk mengamankan rute-rute bantuan bagi korban
kekeringan di Somalia. Kedua pihak saling mengklaim kemenangan dalam
pertempuran.
Bentrokan itu berlangsung ketika
badan-badan bantuan internasional berusaha mencari cara untuk menyerahkan
bantuan makanan kepada penduduk yang tinggal di kawasan yang dilanda kelaparan,
khususnya daerah Somalia selatan yang dikuasai kelompok Al-Shabaab, yang terkait
dengan Al Qaeda.
Badan-badan bantuan menarik diri dari
Somalia selatan pada awal 2010 setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan
semakin keras yang diberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, yang
dimasukkan ke dalam daftar kelompok teror oleh Washington.
Militan pada Juli mengatakan, kelompok
bantuan asing bisa kembali lagi ke wilayah itu. Namun, seorang juru bicara
Al-Shabaab mengatakan, larangan operasi terhadap mereka masih tetap
diberlakukan.
Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat
tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB
yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan
mematikan di Kampala pada Juli 2010. Para pejabat Amerika Serikat mengatakan,
kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab
atas serangan di Kampala, ibu kota Uganda, pada 11 Juli, yang menewaskan 79
orang.
Pengeboman itu merupakan serangan
terburuk di Afrika timur sejak pengeboman 1998 terhadap Kedutaan Besar AS di
Nairobi dan Dar Es Salaam yang diklaim oleh Al Qaeda.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai
sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al Qaeda
pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya
berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka
meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari
kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang
ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis
keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah
melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu, serta amputasi di wilayah selatan
dan tengah.
sumber:ANT.AFP/kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar