Upaya
para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi dalam mengatasi masalah obesitas tak
pernah berhenti. Di Amerika Serikat misalnya, para ahli tengah mengembangkan
sejenis "alat pacu lambung" bernama Abiliti.
Alat
canggih ini diharapkan menjadi solusi bagi para penderita obesitas dalam
melangsingkan tubuhnya dengan cara aman dan non invasif tanpa harus menjalani
operasi sedot lemak atau pemotongan usus (gastric bypass).
Alat
seukuran kartu kredit ini diklaim dapat memberikan efek kenyang dalam waktu
cukup singkat, sekaligus membuat orang gemuk menyantap makanan dengan porsi
normal. Alat yang ditanam dalam perut ini mampu mendeteksi kalau makanan
telah masuk ke dalam lambung dan segera memberikan sinyal kenyang kepada otak,
meski jumlah porsi yang diasup sedikit.
Untuk
tahap awal, alat yang dikembangkan oleh perusahaan IntraPace ini akan
ditanamkan pada pasien obesitas dengan indeks massa tubuh 30 atau di atasnya.
Di Amerika, alat yang masih dalam tahap percobaan ini telah tersedia di
beberapa rumah sakit swasta dan ditawarkan senilai sekitar Rp 14,5 juta.
Ke depan, alat ini rencananya akan ditawarkan buat mereka yang kelebihan berat
badan dan ingin mencegah obesitas.
Dalam
ujicoba di kawasan Eropa, pasien yang dipasangi alat ini mampu mengurangi porsi
hingga 45 persen pada setiap kali jadwal makan. Seorang pasien asal
Jerman bahkan berhasil menurunkan bobotnya dari 159 kg menjadi 76 kg, dan
kini telah berpartisipasi dalam lomba triathlon.
Salah
seorang dokter dari lembaga Weight Concern Inggris Ian Campbell menilai
penemuan alat ini merupakan terobosan penting dan relatif lebih aman ketimbang operasi gastric bypass. Implan ini dapat
diprogram atau dinonaktifkan saat jadwal makan atau di antara waktu-waktu tersebut
untuk mencegah keinginan mengemil dan menumpuk kalori.
Meskipun
alat ini tidak dapat menghitung jumlah kalori, namun alat ini juga memberikan
info kepada dokter mengenai besarnya porsi makanan dan cemilan yang dikonsumsi.
Dengan begitu, alat in dapat membantu program diet perubahan gaya hidup
disesuaikan dengan kebiasaan pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar