Sebuah situs bersejarah yang sempat hilang dari
peradaban sekitar 500 tahun lamanya. Kota ini sangat unik karena dibuat dari
pahatan batu. Tak tahu persis dengan teknologi apa kota ini dibuat, yang pasti
kota ini mampu memikat para wisatawan yang mengunjunginya.
Keindahan
dan kemegahan Kota Petra dilukiskan oleh BBC dalam seuntai kalimat, “Ini adalah
satu dari 40 tempat yang harus Anda lihat sebelum mati.” Betapa tidak, Petra
merupakan kota yang unik. Kota itu dibangun dengan cara memahat dinding-dinding
batu. Kota Petra merupakan simbol teknik dan perlindungan. Kota tersebut
didirikan dengan menggali dan mengukir cadas setinggi 40 meter. Tak heran, jika
kota itu sulit untuk ditembus musuh. Petra pun dikenal sebagai kota yang aman
dari bencana alam seperti badai pasir.
Berjarak sekitar
3-5 jam perjalanan dari Kota Amman, Yordania, terdapat sebuah situs bersejarah.
Bahkan, pada 2007 situs tersebut menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia.
Peninggalan bersejarah yang begitu indah dan menakjubkan itu bernama Kota
Petra. Petra dalam bahasa Yunani berarti batu. Sedangkan, orang Arab
menyebutnya alBitra. Situs arkeologi itu terletak di sebuah dataran rendah yang
diapit oleh gunung-gunung yang membentuk sayap. Sejarah Kota Petra pun
tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Hadis tersebut
memang tak menjelaskan secara langsung Kota Petra. Namun, yang disebut adalah
bangsa Arab kuno bernama Anbath Asy-Syam. Menurut kitab Al-Qamus al-Islami,
Kota Petra yang indah dan menakjubkan merupakan peninggalan Anbath
AsySyam–yakni bangsa Arab kuno yang tinggal di antara Semenanjung Sinai dan
Harun. Kota itu sempat menjadi pusat perdagangan para kafilah yang melakukan
perjalanan antara Mesir, Jazirah Arab, dan Syam. Pada awal kemunculan Islam,
menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Hadith al-Nabawi, ada beberapa
peninggalan bangsa Anbath yang telah bercampur dengan bangsa lain.
“Konon,
peradaban bangsa Anbath memiliki jenis tulisan (kaligrafi) yang dinamakan Khath
Nabthi,” ujar Dr Syauqi. Kota Petra sempat hilang dari peradaban manusia selama
500 tahun, tepatnya sejak berakhir nya Perang Salib pada abad ke-12 M. Kota
yang hilang itu baru diketahui peradaban Barat pada 1812. Adalah petualang
berkebangsaan Swiss bernama Johann Ludwig Burckhardt yang kembali
memperkenalkan kota itu. Yang mengetahui keberadaan kota itu adalah suku Badui
yang tinggal di sekitar wilayah itu.
Kota itu
dikelilingi gunung-gunung. Salah satunya ada yang memiliki ketinggian sekitar
1.350 meter di atas permukaan laut. Gunung tertinggi itu disebut Gunung Harun
(Jabal Harun) atau Gunung Hor atau El-Barra. Banyak yang meyakini di puncak
Jabal Harun itulah Nabi Harun meninggal dan dimakamkan oleh Nabi Musa.
Rasulullah SAW pun diduga pernah mengunjungi gunung itu bersama pamannya Abu
Thalib saat berdagang ke Syam (Suriah).
Tradisi Arab
meyakini Petra merupakan tempat Nabi Musa (Musa) memukul batu dengan tongkatnya
hingga keluarlah air dari batu tersebut. Di kota itu juga terdapat nama tempat
Wadi Musa untuk menyebut lembah sempit di wilayah itu. Pada abad ke-14 Masehi,
sebuah masjid dibangun di tempat itu dengan kubah berwarna putih yang terlihat
dari berbagai area di sekitar Petra. Konon, Nabi Harun tiba di wilayah itu
ketika mendampingi Nabi Musa membawa umatnya keluar dari Mesir dari kejaran
Raja Firaun.
Petra didirikan
enam tahun sebelum Masehi. Ia merupakan ibu kota kerajaan Nabatean. Adalah Raja
Aretas IV yang membangun kota unik dan ajaib itu. Suku Nabatean membangun Kota
Petra dengan sistem pengairan yang luar biasa rumit. Peradaban itu memiliki
teknologi hidrolik untuk mengangkat air. Untuk menghidupi penduduknya, di kota
itu terdapat terowongan dan bilik air untuk menyalurkan air bersih ke kota.
Selain itu, mereka juga sangat mahir dalam membuat tangki air bawah tanah untuk
mengumpulkan air bersih yang bisa digunakan saat mereka bepergian jauh.
Sehingga, di mana pun mereka berada, mereka bisa membuat galian untuk saluran
air guna memenuhi kebutuhan mereka akan air bersih.
Di akhir abad
ke-4 SM, berkembangnya dunia perdagangan membuat suku Nabatean turut
berkecimpung dalam perdagangan dunia. Rute perdagangan dunia mulai tumbuh subur
di bagian selatan Yordania dan selatan Laut Mati. Mereka lalu memanfaatkan
posisi tempat tinggal mereka yang strategis itu sebagai salah satu rute
perdagangan dunia.
Suku Nabatean
akhirnya bisa menjadi para saudagar yang sukses dengan berdagang dupa,
rempah-rempah, dan gading yang antara lain berasal dari Arab bagian selatan dan
India bagian timur. Letaknya yang strategis untuk mengembangkan usaha dan
hidup, serta aman untuk melindungi diri dari orang asing, membuat suku Nabatean
memutuskan bermukim di kota batu itu. Untuk mempertahankan kemakmuran yang
telah diraih, mereka memungut bea cukai dan pajak kepada para pedagang setempat
atau dari luar yang masuk ke sana. Suku Nabatean akhirnya berhasil membuat kota
internasional yang unik dan tak biasa.
Seiring waktu,
Kota Petra pun dihuni puluhan ribu warga hingga akhirnya berkembang menjadi
kota perdagangan karena terletak di jalur distribusi barang antara Eropa dan
Timur Tengah. Pada 106 Masehi, Romawi mencaplok Petra sehingga peran jalur
perdagangannya melemah. Sekitar 700 M, sistem hidrolik dan beberapa bangunan
utama yang menunjang kehidupan masyarakat di kota itu hancur menjadi puing.
Petra pun menghilang dari peta bumi saat itu dan hanya tinggal legenda. Hingga
akhirnya ditemukan lagi pada abad ke-19 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar