Berawal Dari Kegagalan, Berakhir Pada Kehidupan



Susan Meilani Bachtiar kerap merasakan rindu yang tiba-tiba saja datang menyergapnya. Tidak hanya rindu kembali berdiri di depan kelas mengajar murid-murid, saat syuting yang padat dan seabrek tugas menyita waktunya, tetapi juga kerinduan untuk mendapat momongan.


TANPA SENGAJA

"Saya masih beredar," ucap Susan Bachtiar ringan di sela-sela syuting acara life style untuk salah satu stasiun tv swasta. Tampak elegan dan cantik dalam balutan kebaya oranye muda dengan bawahan batik, Susan membawakan segmen demi segmen dengan baik. Sesekali senyum di bibir merahnya mengembang.

Sebenarnya Susan jatuh hati pada profesi guru tanpa disengaja. Cita-cita dokter yang kandas membawanya masuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Bahasa Inggris, Universitas Katolik Atmajaya Jakarta. Masuk FKIP ini pun lebih karena "kecelakaan". Itu pun masih untung karena Susan sesunggguhnya sudah patah arang akibat tidak lolos masuk ke fakultas kedokteran perguruan tinggi negeri. "Sebenarnya saat itu, saya masih mau berusaha dan berharap untuk bisa masuk fakultas kedokteran negeri tahun berikutnya," kata Susan. Namun waktu jua yang mendekatkan Susan pada profesi guru. Lulus dari FKIP, Susan mengajar Bahasa Inggris di beberapa sekolah dan lembaga kursus. Beragam pengalaman sebagai guru ditimbanya dari sana. Maklum dia sudah pernah mengajar pada semua tingkatan, dari TK hingga universitas. Dari beragam pengalaman itu akhirnya Susan jatuh cinta berat pada anak-anak TK. "Mengajar anak-anak TK ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan dan menyenangkan sekali. Mungkin karena mereka lebih interaktif, lebih polos, lebih jujur dan apa adanya ya? Interaksi mengajarnya juga lebih ekspresif dan penuh variasi. Tapi pada dasarnya saya suka anak-anak. Mereka membuat saya lebih bersemangat dan kreatif," tutur perempuan bertinggi badan 168 cm itu.

DUNIA CITRA

Profesi sebagai seorang model sudah dijalani Susan jauh sebelum dia menjadi guru. Namun perjumpaannya dengan dunia penuh citra itu sama dengan pertemuannya dengan profesi guru. Tanpa rencana dan bukan cita-cita Susan. "Tidak terpikir sama sekali. Semasa sekolah dulu saya itu tidak memiliki postur yang tinggi malah cenderung kurus dan berkulit hitam. Pokoknya nggak ada cantik dan menariknya deh. Apalagi hobi saya main layangan, basket, voli, atletik sampai taek kwon do," ucap Susan yang wajah cantiknya dapat dilihat warga se-Indonesia dalam acara Bahasa Indonesia Yang Benar (BINAR) di TVRI setiap hari Sabtu malam.

Tetapi saat SMP, kakak-kakaknya dan juga teman-temannya beranggapan Susan punya potensi menjadi model. Dalam ajang pemilihan model remaja Susan masuk 40 besar meski tidak juara. Belum puas, kembali Susan didaftarkan pada pemilihan model yang diselenggarakan sebuah majalah remaja. Kali itu Susan keluar sebagai pemenang. Bintang Susan mulai berpendar di dunia model. Keberuntungan seperti tak berhenti mendatanginya. Bertahun-tahun menggeluti dunia mode sembari mengajar, suatu saat ada tawaran menjadi presenter televisi. Kali itu Susan mengaku kelabakan. "Sebelumnya saya tidak pernah menggeluti dunia presenter. Saya ngerasa nggak pede. Waktu casting harap-harap cemas, keterima gak ya?" kata Susan.

Tetapi akhirnya Susan diterima. Wajahnya nongol untuk pertama kali sebagai presenter dalam Kuis Galileo, semacam cerdas cermat tapi mengenai fisika dan kimia dengan pembuktiannya, di SCTV. Untuk memandu kuis Galileo ini Susan turut belajar kembali melakukan eksperimen fisika dan kimia. "Saya tertantang untuk membawakan sebuah acara kuis ilmu pengetahuan agar lebih mudah ditangkap pemirsa karena ilmu fisika dan kimia biasanya kan memiliki konotasi yang sulit dan membosankan," ucap Susan. Setelah kuis Galileo, Susan laris menjadi presenter.

Lalu hari-hari perempuan kelahiran Jakarta, 2 Mei 1973 ini penuh dengan mengajar, jadi presenter on air/off air dan syuting iklan. Kesibukan inilah yang kadang menjepit waktu mengajar dan syuting Susan. Kalau jadwal kelewat padat dan tidak bisa dibarengi, Susan terpaksa pamit dari salah satu kegiatannya. "Seperti sekarang, sebenarnya cuti mengajar dari sekolah hanya mau dijalaninya satu tahun ajaran, tetapi jadwalnya bentrok terus. Harus dijadwal ulang lagi supaya saya bisa kembali mengajar. Kalau sekolah jadwalnya kan nggak bisa diubah sendiri. Tayangan tivi, kalau jauh-jauh hari kita minta kebijaksanaan untuk diubah, masih bisalah," tutur ibu guru Bahasa Inggris TK di bilangan Menteng, Jakarta itu. Tidak pernah berpikir menjadi guru, model, dan presenter, namun kini semuanya memberi Susan penghidupan. "Jalan Tuhan itu sangat misterius," ujar Susan.

PANDAI MEMBAWA DIRI

Dalam keseharian, bagaimana memadukan dunia keartisan yang glamour dengan profesi guru yang perlu digugu dan ditiru? Untuk hal ini Susan mengaku harus pandai membawa diri. Saat dirinya sedang menjalani keartisannya tidak mungkin profesi gurunya luntur. Maka, "Saya harus tahu diri. Soal pakaian misalnya, saya harus mengenakan baju yang sopan. Ini bukan sok jaga imej. Kalau saya jadi orang tua, apa saya mau anak saya diajar oleh guru yang berpakaiannya saja tidak sopan?" kata pembawa acara Penyejuk Imani Katolik di stasiun Indosiar itu. Tapi tak berarti dia harus berpakaian serba tertutup. Pintar-pintar berbusana, begitu ia selalu mengingatkan dirinya. "Kalau ke pesta boleh saja berpakaian sedikit terbuka, tapi sewajarnya dan senormal mungkin. Tidak perlu memakai baju yang sangat terbuka sekali. Harus tahulah berpakaian untuk kemana dan acara apa," ucapnya.

Belakangan Susan juga mendapat banyak undangan sebagai pembicara dan moderator seminar. Tapi, kata Susan, dia sangat selektif terhadap tawaran membawakan sebuah acara atau membintangi iklan produk. Kalau cocok pasti diterima, namun ada juga yang ditolak. "Banyak yang mengatakan Susan pilih-pilih acara. Memang benar saya selektif. Tapi tujuan saya bukan untuk merendahkan produk atau program acara lain. Saya mau membuat diri saya bertambah maju dengan acara yang cocok sehingga saya juga bisa menjalaninya dengan senang hati," jelas bungsu dari lima saudara yang semuanya perempuan itu.

DIBEKAP KERINDUAN

Tidak segala hal memang bisa diraih manusia. Ada batas-batas yang tak dapat dilewati. Batas-batas itulah yang bagi orang percaya diyakini sebagai pertanda kebesaran Tuhan. Manusia boleh menginginkan dan berencana, namun Tuhan yang berhak menentukan. Memang cita-cita Susan menjadi dokter kandas namun Tuhan memberinya ladang lain, sebagai guru, model, presenter, bintang iklan, dan pembicara serta moderator seminar. "Saat saya jadi guru saya berpikir minimal sama-sama menolong orang lain. Dokter menolong orang sakit dan guru membuat orang yang tidak bisa menjadi bisa," ujar Susan bijak.

Sekarang, Susan Bachtiar tengah dibekap kerinduan akan kehadiran sang buah hati. Tujuh tahun menikah mereka belum juga dikaruniai anak. Karena tak kunjung diberi momongan Susan sampai bertanya-tanya apakah dirinya pernah berbuat kesalahan? Gara-gara hal ini, Susan pernah protes kepada Tuhan. "Saya pernah doa 1 tahun penuh tanpa putus. Saya pernah ngambek ke Tuhan soal ini. Saya tanya mama, salah saya apa?" ujarnya pelan. Namun Susan telah pasrah. Dia yakin, apa pun yang terjadi dalam hidupnya telah direncanakan Tuhan. Maka dia merasa selalu cukup dengan apa yang dia miliki. "Nggak ada harapan muluk-muluk. Saya hanya melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Semoga Dia berkenan mendengar semua doa saya, karena saya percaya Tuhan akan menjadikan hidup ini indah pada waktunya," ucap Susan.



sumber: www.jawaban.com

Tidak ada komentar: