Francis Jane Crosby terlahir normal pada
tanggal 24 Maret 1820. Ketika masih berusia enam minggu, dia menderita infeksi
di matanya. Lalu ada seorang yang mengaku-aku sebagai dokter yang mencoba-coba
mengobati mata Fanny. Dia meletakkan semangkuk bubur panas di atas kelopak
matanya. Akibatnya mata Fanny justru menjadi buta.
Beberapa bulan kemudian, ayah Fanny meninggal dunia. Untuk menghidupi keluarga, Ibunya lalu bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Fanny kecil dititipkan pada neneknya. Dengan sabar, sang nenek mendidik Fanny kecil. Dia sering membacakan Alkitab dan menjelaskan iman Kristen pada Fanny. Ketika Fanny merasa sedih karena tidak bisa bermain seperti anak-anak lain, neneknya lalu mengajarkan cara berdoa pada Tuhan.
Selain itu, ada juga seorang wanita kaya bernama Ny. Hawley yang membantu Fanny menghapal Alkitab. Fanny mampu menghapal kitab Taurat, Injil, Amsal, Kidung Agung dan Mazmur. Kemampuan menghapalnya ini membuat orang lain terkagum-kagum, tetapi Fanny merasa biasa saja. Meski begitu, dia merasa bersyukur sebab dengan kebutaaannya ini malah membuatnya gampang untuk menghapal. Fanny tidak pernah merasa sedih karena kebutaannya ini. Bahkan ketika masih berusia delapan tahun, dia menulis puisi:
Oh, aku anak
yang sangat berbahagia,
meskipun tidak
bisa melihat!
Aku memutuskan
bahwa di dunia ini,
aku akan berpuas
hati!
Banyak berkat
kunikmati,
yang tidak orang
lain dapati!
Untuk menangis
atau berduka karena aku buta,
Aku tak akan
melakukannya.
Pada usia 12 tahun, Fanny bersekolah di
Institut untuk Orang Buta di New York. Dia lalu mengajar di tempat itu sambil
terus menulis puisi. Pada tahun 1858, Fanny menikah dengan Alexander van
Alstine, seorang pemain organ terkenal di New York. Fanny sendiri sebenarnya
juga pandai bermain harpa dan piano. Beberapa tahun kemudian, Fanny diminta
penerbit buku "Bigelow and Main" untuk menulis 3 lagu setiap minggu,
yang akan dimuat dalam terbitan untuk Sekolah Minggu.
Hingga meninggal Fanny telah menulis 9000 himne. Banyak lagu ciptaannya yang digemari banyak orang dan menjadi abadi. Sampai kini, orang-orang Kristen masih sering menyanyikan lagu-lagu ciptaannya, seperti "Blessed Assurance"(Kuberbahagia, Yakin Teguh)," "All the Way My Savior Leads Me"(Di Jalan 'Ku Diiring), "Pass Me Not, O Gentle Savior"(Mampirlah, dengar Doaku) " Safe in the Arms of Jesus" (S'lamat di Tangan Yesus), "Jesus, Keep Me Near the Cross"(Pada Kaki SalibMu) "I Am Thine, O Lord" (Aku Milik-Mu, Yesus, Tuhanku) dan masih banyak lagi.
Tuhan merencanakan yang terindah bagi Fanny dengan kebutaan itu. Hal ini sangat disadari oleh Fanny. Dia tidak pernah menyesali kekurangannya itu. Dia malah berkata: "[Kebutaan] ini adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada saya." Dia juga berkata, "Apakah jika saya tidak buta, hidup saya bisa seindah sekarang ini?" Di kesempatan lain dia berkata:" Tampaknya ini memang berkat dari Tuhan, yaitu bahwa saya harus buta seumur hidup. Dan saya bersyukur untuk perkecualian ini. Seandainya besok saya ditawari untuk bisa melihat dunia ini dengan sempurna, saya tidak akan menerimanya. Saya mungkin tidak akan pernah bernyanyi memuji Tuhan, jika saya lebih tertarik pada penglihatan yang lebih indah dan menarik."
Suatu kali ada pendeta yang menaruh rasa iba pada Fanny. Dia berkata," Sungguh kasihan. Yang Maha kuasa melimpahkan bakat yang berlimpah-limpah pada Anda, tetapi tidak memberikan penglihatan pada Anda."
Fanny langsung menjawab, “Jika aku bisa dilahirkan lagi, saya akan mengajukan permintaan agar dilahirkan dalam keadaan buta."
“Lho, mengapa begitu?”tanya hamba Tuhan
dengan kaget. “Karena saat saya sampai di Sorga nanti, saya ingin yang
pertama kali saya lihat adalah Juruselamat saya."
sumber:
renungan-harian-kita.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar