Terjemahan LAI
TB menulis “Anak” dengan huruf awal kapital, memang membingungkan, sebab
terjemahan “Anak” dengan huruf awal kapital biasanya ditujukan kepada Kristus.
Dan jika kita cek dalam terjemahan-terjamahan lain, umumnya menulis kata
“anak/son/child” dalam huruf kecil saja.
Memang, ada sejumlah penafsir berpendapat "Dengan gada besi untuk memerintah bangsa-bangsa", dikutip dari Kitab Mazmur 2:9, ini berarti anak laki-laki itu adalah Kristus. Mungkin atas dasar inilah LAI TB menuliskan kata "Anak" dengan huruf awal kapital.
Namun apakah benar demikian?, mari kita selidiki dalam bahasa aslinya, dimana dalam bahasa Yunani tidak ada perbedaan penulisan huruf besar maupun huruf kecil. (Dan rupanya, tafsiran yang anda baca selaras dengan penjelasan berikut ini ):
Perempuan ini telah melahirkan seorang anak laki-laki, ia akan memerintah bangsa-bangsa dengan gada besi. Dalam Bahasa Yunani "kai eteken huion arrena, hos mellei poimainein panta ta ethnê en rabdô sidêra,", terjemahan harfiah :perempuan itu telah melahirkan seorang laki-laki, yaitu kelak akan memerintah bangsa-bangsa dengan gada besi. Ungkapan Yunani huion aren, adalah anak yang berjenis kelamin laki-laki, ditambah lagi dengan ungkapan selanjutnya teknon. Teknon dalam pemakaian bahasa Yunani untuk kata benda Neuter, bermakna 'anak-anak kecil', yang oleh Perjanjian Baru selalu dipakai untuk menunjukkan 'anak-anak Allah' (bandingkan dengan Yohanes 1:12), 'anak-anak terang' (Efesus 5:8), 'anak-anak penurut' (1 Petrus 1:14); 'anak rohani' (1 Timotius 2:1; Filemon 10 dan sebagainya). Maka kata "anak" yang berjenis kelamin laki-laki dalam ayat ini menunjukkan orang-orang kudus. Sehingga dalam penterjemahannya seharusnya tidak ditulis "Anak" dengan huruf awal kapital.
Terjemahan kata “memerintah” dalam bahasa Yunani poimaino, ditulis denganpoimainein, mempunyai konotasi : penggembalaan yang dilakukan oleh seorang gembala atas kawanan dombanya, namun ditulis dalam bentuk Future Tense.
Yesus Kristus adalah Gembala yang baik (Yohanes 10:11), Ia adalah Penghulu Gembala (1 Petrus 5:4), bahkan sudah menjadi gembala sejak dulu, dan bukan gembala yang akan datang. Lagipula, orang-orang kudus membutuhkan gembala sejak ia lahir baru. Namun setelah mereka menjadi dewasa, dan mencapai pertumbuhan menuju kedewasaan rohani. Maka, merekapun bisa menjadi kawanan domba yang dipercayakan Tuhan kepada mereka.
Kristus menggembalakan jemaat dari berbagai bangsa serta atas setiap orang-orang kudus sudah menjadi kenyataan. Tetapi, orang-orang percaya menjadi gembala atas jemaat berbagai bangsa, masih memerlukan waktu yang panjang, sehingga masih merupakan janji yang diberikan Kristus kepada para pemenang, yaitu kepada orang-orang Kudus yang setia dan rela menuruti perintah Tuhan (bandingkan dengan Wahyu 2:27).
Dengan demikian kesimpulannya, anak laki-laki dalam Wahyu 12:5 adalah orang-orang kudus yang adalah simbol dari Gereja / Jemaat Kristus.
sumber:
www.sarapanpagi.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar