Pada saat Perang Dunia ke 2, ada seorang
tentara Amerika yang terpisah dari unitnya di sebuah pulau di Pasifik. Karena
pertempuran sangat gencar penuh asap dan tembakan, dia terpisah dari rekan-rekannya.
Sementara dia sendirian di dalam hutan, dia mendengar tentara musuh
mulai mendekati tempat persembunyiannya. Berusaha untuk bersembunyi, dia mulai
naik ke sebuah bukit dan menemukan beberapa gua di sana. Secara cepat dia
merangkak masuk ke dalam salah satu gua. Dia merasa aman untuk sementara, namun
dia menyadari jika tentara musuh melihatnya merayap ke atas bukit, mereka pasti
akan segera memeriksa semua gua dan membunuhnya.
Dalam gua itu, dia mulai berdoa kepada
Tuhan,” Tuhan, jika ini kehendak-Mu, tolong lindungi aku. Apapun yang terjadi,
aku tetap mencintai-Mu dan mempercayai-Mu. Amin.”
Setelah berdoa, dia bertiarap dan mulai
mendengar tentara musuh mulai mendekatinya. Dia mulai berpikir,”Baiklah, aku
kira Tuhan tidak akan menolongku dari situasi ini.” Kemudian dia melihat seekor
laba-laba mulai membangun jaring di depan gua persembunyiannya. Sementara dia
mengawasi dan mendengar tentara musuh yang sedang mencarinya, lala-laba itu
terus membentangkan benang-benang jaring di pintu masuk gua.
Dia terkejut dan berpikir,” Yang aku
butuhkan sekarang adalah sebuah tembok pertahanan, mengapa Tuhan malah memberi
sebuah jaring laba-laba. Pasti Tuhan sedang bercanda.” Dari kegelapan gua, dia
melihat musuh mulai mendekat dan memeriksa setiap gua. Dia bersiap-siap untuk
melakukan perlawanan terakhirnya, namun ada yang membuatnya heran karena
tentara musuh hanya melihat sekilas ke arah gua
persembunyiannya setelah itu mereka pergi begitu saja.
Tiba-tiba dia menyadari bahwa ternyata
jaring laba-laba yang ada di pintu gua telah membuat gua itu terlihat seperti
belum ada seseorang yang memasukinya. Karena kejadian itu, dia berdoa dan minta
ampun kepada Tuhan karena sudah meragukan pertolongan Tuhan.” Tuhan, ampunilah
aku. Aku lupa bahwa di dalam Engkau, jaring laba-laba menjadi lebih kuat dari
dinding beton.”
Dalam hidup ini
pun kita sering menganggap bahwa Tuhan harus menyediakan hal yang besar dan
dasyat untuk menolong hidup kita. Tetapi kita sering lupa bahwa di dalam Tuhan
hal yang kecil dan remeh bisa dipakai untuk menolong kita. “Sebab yang bodoh
dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah
lebih kuat dari pada manusia.” (1 Korintus 1:25).
sumber:
/renungan-harian.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar