"Kondisi Tubuh Saya Adalah Karunia"
Nick Vujicic adalah seorang pria asal Australia yang mempunyai
kondisi tubuh cacat. Dia tidak mempunyai kedua tangan dan kaki yang utuh. Kaki
sebelah kirinya pendek sekali, nyaris hanya dari mata kaki sampai telapak kaki.
Bagaimana Nick dapat menerima kondisi tubuhnya ini dan bagaimana dia menjalani
kehidupannya? Simak wawancara SOLUSI dengan Nick Vujicic berikut ini.
Host: Suatu saat dalam hidup anda, pasti pernah kecewa pada Tuhan.
Pernahkah anda berpikir untuk bunuh diri?
Nick: Waktu saya berusia 12 tahun, saya berniat untuk bunuh diri.
Saya memang pergi ke sekolah, tapi hidup saya tidak ada di sekolah. Saya
melihat diri saya tidak layak lagi untuk hidup… dan saya begitu menyesali
keadaan diri saya… Tapi yang saya harapkan saat itu seseorang datang dan
berkata semuanya akan baik-baik saja. Masalahnya jika orang mengatakan hal itu,
maka saya akan katakan, “Bagaimana bisa, kamu tidak tahu pahitnya hidup dan
masa depan saya. Yang membuat saya senang adalah memiliki orang tua dan saudara
yang sangat mendukung saya. Saya selalu terbuka dengan mereka tentang hidup dan
perjuangan saya.
Host: Apakah anda pernah protes kepada Tuhan?
Nick: Tentu saja, khususnya pada saat saya berusia 7 sampai 9
tahun. Saya tumbuh di keluarga Kristen, semua orang berkata bahwa tuhan itu
Kasih. Setiap orang berkata bahwa Tuhan baik selamanya dan untuk selamanya
Tuhan baik. Tapi saya tidak bisa mengatakan itu. Saya tidak dapat melihat kasih
Tuhan dalam hidup saya karena rasa sakit dan penderitaan yang saya alami. Saya
tidak mengerti kenapa ini bisa terjadi atas diri saya. Rupanya Tuhan tahu kalau
saya akan dilahirkan seperti ini dan saya pikir kalau Dia mengasihi saya,
seperti kepada yang lainnya, kenapa Dia membiarkan saya dilahirkan seperti ini…
dan juga, kalau Dia dapat melakukan segala sesuatu, mengasihi dan memperdulikan
saya, lalu mengapa Dia tidak memberikan saya tangan dan kaki secara mujizat?
Untuk beberapa tahun saya marah pada Tuhan, tidak bicara kepadaNya
dan tidak mau melakukan apapun untukNya, sebab dalam setiap keadaan membuat
saya bertanya dimanakah Tuhan? Apakah Dia itu benar-benar ada? Apakah Dia
mendengar doa kita? Pertanyaan-pertanyaan ini yang selalu terlintas dalam benak
saya.
Host: Kapan anda bisa menerima diri anda apa adanya?
Nick: Waktu saya berusia 8 tahun, saya mengalami depresi yang
sangat berat. Dipenuhi oleh kemarahan saya terhadap Tuhan, membuat saya ingin
menyerah dari hidup ini. Saya selalu bergantung pada orang lain, bahkan untuk
mengambil segelas airpun saya tidak mampu. Jadi daripada saya membebani orang
lain, lebih baik saya akhiri saja hidup saya. Saya tidak menemukan arti dan
tujuan hidup saya…
Seperti tertulis dalam kitab suci, bahwa Tuhan memiliki harapan
dan masa depan untuk kita, tapi saya sama sekali tidak meemukan harapan dan
masa depan bagi hidup saya. Jadi seringkali saya tidak mengerti bagaimana saya
bisa menikah, berkeluarga, hidup sepeti orang normal dan yang lainnya… dan
sekalipun menikah, bagaimana saya bisa memegang tangan istri saya? Hal-hal
inilah yang terjadi atas diri saya. Namun perubaan datng saat umur saya 13
tahun.
Tadinya saya berpikir bahwa saya adalah satu-satunya orang di
dunia ini yang memiliki ketidakmampuan seperti ini. Lalu ibu saya menunjukkan
sebuah koran yang memuat artikel tentang seseorang yang mampu mengatasi
ketidakmampuannya sendiri. Dan itu membuka pikiran saya, bahwa mungkin saya
bukan satu-satunya orang yang menderita. Saya mulai melihat ini sebagai berkat,
dan saya melihat hidup saya bukan setengah kosong melainkan setengah penuh.
Saya tidak tahu berapa penuh, tapi saya melihat kekurangan ini sebagai karunia.
Host: Pernahkah anda berpikir untuk menikah?
Nick: Tentu saja
Host: Menurut anda, mengapa orang mudah menyerah? Apa harapan anda
jika mereka saat ini melihat anda?
Nick: Saya di sini bukan untuk memotivasi karena itu bersifat
sementara, saya di sini untuk memberikan inspirasi, karena inspirasi itu
bersifat kekal. Dan saya ingin orang mengingat saya waktu mereka melalui masa
yang sukar. Saya ingin orang melihat hidup saya sebagai contoh dari kasih
karunia Tuhan, supaya semua orang tahu bahwa saya memiliki harapan hanya di
dalam Yesus Kristus.
“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam
kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan
pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah
dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada
kita.” (Roma 5:3-5).
sumber:
renungan-harian-kita.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar