Perusakan yang dilakukan sejumlah
orang tak dikenal terhadap Gua Maria Sendang Pawitra Sinar Surya, Tawangmangu,
Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (14/12) mengundang keprihatinan banyak pihak.
Tidak hanya melukai perasaan umat Katolik itu, tindakan itu juga menodai
kerukunan antaragama di daerah ini.
Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, Mgr Johanes Pujasumarta Pr kepada SP Jumat (16/12) mengatakan, peristiwa perusakan patung tersebut melukai perasaan umat Katolik dan menodai kerukunan. “Kita upayakan supaya pihak keamanan mengusut peristiwa tersebut dan menemukan pelaku perusakan, dan menindaknya selaras dengan hukum negara Pancasila,” ujarnya.
Louhgi Tri Amboro, Ketua Lingkungan Santa Maria Bunda Allah Paroki Karanganyar, yang juga Pengurus Gua Maria Sendang Pawitra kepada SP, Jumat (16/12) pagi menuturkan, peristiwa itu pertama kali diketahui oleh Narto (50), penjaga Gua Maria Sendang Pawitra saat hendak mencari rumput. Perusakan dilakukan oleh lebih dari satu orang itu diperkirakan terjadi antara pukul 22.00 hingga 04.00 WIB.
”Pelakunya memenggal kepala patung Bunda Maria, melepas dan merusak Salib dari kayu setinggi 1,5 meter yang ada di altar di dalam gua, patung keluarga kudus hilang, memecahkan meja kaca di bawah altar, serta menghancurkan dua patung malaikat, dan bejana air suci,” ujar Tri Amboro.
Kejadian itu telah dilaporkan ke Polsek Tawangmangu, Kamis (15/12). Polisi dari polsek dan Polres Karanganyar langsung datang ke lokasi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Menurut Tri Amboro, kejadian itu merupakan yang pertama kalinya sejak Gua Maria Sendang Pawitra itu berdiri pada tahun 1976. Tempat berziarah umat Katolik itu berada di Dusun Sendang, Desa Sepanjang, Kecamatan Tawangmangu. Pada tahun 1981-1982, Gua Maria seluas 2.600 meter per segi itu direnovasi.
Meninggal
”Pada sekitar 1986, sempat ada seorang warga yang merusak hidung patung Bunda Maria. Seminggu setelah itu, yang bersangkutan meninggal dunia, setelah itu tak pernah ada masalah,” ujarnya.
Dikatakan, selama ini, mayoritas warga setempat sama sekali tak mempermasalahkan keberadaan Gua Maria. Warga menurutnya justru senang, karena keberadaan Gua Maria mendatangkan rezeki bagi mereka. Warga setempat berdagang lilin untuk keperluan para peziarah, dan menjual makanan-minuman bagi peziarah yang datang.
Menurut Tri, nyaris siapapun bisa masuk ke kompleks Gua Maria Sendang Pawitra, karena lokasinya hanya dipagari bambu setinggi 1 meter dan tetean (tanaman yang dibentuk menyerupai pagar). Sebab itu, pelaku yang datang bisa masuk dengan cara melompat, lagi pula kondisinya yang malam hari serta lokasinya yang jauh dari permukiman penduduk.
Bagi desainer kenamaan asal Semarang, Anne Avantie, keberadaan Gua Maria Sendang Pawitra memiliki arti tersendiri dalam hidupnya. "Gua Maria Sendang Pawitra adalah bagian dari hidup saya, dan warga di sekitar sana adalah muara cinta kami,” ujar Anne.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar