Menutup Mulut, Membuka Pelukan



(Efesus 6:4) Dan kamu, bapa bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

Betapa kagetnya saya melihat seorang ibu menampar pipi anak laki-lakinya yang masih berumur kira-kira 5 tahun. Setelah menampar pipinya ia juga memukul pantatnya sampai anak itu kelihatan pucat menahan tangisnya. Itu terjadi didalam Gereja dimana kami berkumpul mengadakan ibadah Natal. Kesalahan yang di lakukan anak tsb karena ia tidak bisa duduk dengan tenang. Ibu
 
ini mewakili sekian banyak ibu2 yang sering secara spontan memaki dan memukul anak2 ketika mereka melakukan kesalahan.

Saya pernah membaca sebuah artikel bagaimana menangani seorang anak yang sedang berada dalam kesulitan atau sedang dalam masalah. Suatu cara yang sama sekali berbeda dengan cara cara yang biasa kita terapkan kepada anak anak kita. Bukan dengan memaki atau memarahi, bukan dengan mengomel dan bukan dengan memukulinya. Tetapi dengan Menutup mulut dan Membuka pelukan.

Ketika seorang dari anak kembar saya yang masih berusia 6 tahun secara tidak sengaja menjatuhkan pajangan keramik yang sangat saya sukai, ia kelihatan sangat ketakutan. Tanpa berani berkata-kata ia berdiri terpaku dipojok ruangan dengan wajah menunduk Ia kelihatan gemetar dan pucat. Saya mengerti mengapa dia seperti itu. 

Selama ini ketika anak anak saya melakukan kesalahan atau sesuatu yang tidak saya sukai, maka dengan cepat saya memarahi mereka tanpa memberi kesempatan. Kalau merasa itu tidak cukup, tangan saya pasti meraih sesuatu yang dapat saya pukulkan kepada mereka. Namun kali ini saya teringat artikel itu: .........

Saya mendekatinya tanpa sepatah katapun keluar dari mulut saya. 

Kedua tangan saya terentang, mengangguk sambil tersenyum kepadanya. Dan dengan serta merta anak saya lari kedalam pelukan saya, membenamkan wajahnya ketubuh saya dan menangis tersedu-sedu. Saya belum sempat mengatakan sesuatu ketika kata2 ini terucap dari mulutnya " Mama maafkan David telah memcahkan keramik mama" .......... "Maafkan mama juga yang selama ini telah membuatmu ketakutan," jawab saya. Tidak pernah anak2 saya bersifat begitu sebelumnya. Biasanya ketika melakukan kesalahan mereka berusaha membela diri dengan berbagai alasan. Kini saya menyadari ketika seorang anak merasa dikasihi dan tidak didakwah, maka dengan kesadaran sendiri dan dengan penyesalan ia akan mengakui kesalahannya. Selanjutnya saya melihat mereka begitu terbuka kepada saya. Setiap kali mereka melakukan kesalahan, dengan tulus dan jujur mereka akan mengakuinya. 
Tidak ada kata2 pedas yang menyakitkan yang keluar dari mulut saya karena saya tahu omelan yang keluar dari mulut saya tidaklah menyelesaikan masalah. Cara saya mendidik, membuat anak2 menyadari kesalahan dan melepaskan mereka dari ketakutan adalah dengan Menutup mulut dan Membuka pelukan.

Saya tahu Tuhan melakukan hal yang sama terhadap anak2Nya. Ia selalu bersedia mendengar setiap pengakuan dosa kita dengan tangan terbuka.


sumber: www.eocommunity.com

Tidak ada komentar: