Mungkinkah Ada Perdamaian Hakiki Di Dunia Ini?



Dasawarsa 90-an dimulai dengan beberapa kabar baik untuk perdamaian dunia. Memang orang mengatakan: "Damai sejahtera! Damai sejahtera!" Tetapi tidak ada damai sejahtera (Yer 6:14). Adakah Alkitab memberikan suatu gagasan untuk mendirikan masyarakat yang damai dan sejahtera? Jawabannya adalah positif, bahwa Firman Tuhan telah memberikan suatu kunci, dimana manusia secara individu dan kolektif boleh hidup secara damai dan sejahtera. Kunci ini adalah "Kristus sebagai Raja Damai" (Yes 9:5). Maka tatkala Kristus dilahirkan, berlaksa-laksa malaikat memuji Tuhan, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2:14). Alkitab menjanjikan pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali, di atas takhta-Nya dan di dalam kerajaan-Nya, "damai sejahtera tidak akan berkesudahan" (Yes 9:6).
Akhir-akhir ini kita sering melhat adegan yang sangat mengharukan di televisi, dimana serdadu-serdadu Amerika berpisah dengan keluarga mereka, dan tidak yakin apakah mereka dapat kembali ke tanah air dengan selamat? Memang hal-hal ini sangat menyedihkan.
Banyak yang bertanya: "Mengapa kita harus berperang?" Memang sejarah membuktikan bahwa manusia senantiasa membentuk dunia yang damai dan sejahtera, tetapi melalui perang dunia I dan II, terbukti bahwa usaha-usaha manusia telah gagal. Bahkan 2000 tahun yang lalu Kristus sudah menubuatkan bahwa pada akhir zaman kita akan lebih banyak
mendengarkan "deru perang atau kabar-kabar tentang perang", sebab "bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan" (Mat 24:4-7). Dunia tidak mungkin mencapai perdamaian tanpa Kristus sebagai Raja Damai. Yakobus menjelaskan bahwa sumber segala persengketaan dan pertengkaran (baik di dalam relasi, keluarga, masyarakat, ataupun internasional) datangnya dari hawa nafsu yang saling berjuang di dalam tubuh manusia. Hawa nafsu ini termasuk sifat-sifat egois, keserakahan, kecongkakan, kebencian dan lain-lain. Selama manusia masih cenderung pada sifat kedagingan, "jalan damai tidak mereka kenal" (Roma 3:17).
Maka untuk mencapai perdamaian antara manusia, mereka harus didamaikan dengan Allah terlebih dahulu. Rasul Paulus mengatakan bahwa oleh darah salib Kristus kita didamaikan dengan Allah (Kol 1:20). Kristus adalah pembawa damai, Dialah damai sejahtera kita (Ef 2:14).
Biarlah kita berdoa supaya Allah mengaruniakan damai sejahtera-Nya di dalam Kristus. Lebih daripada itu, hendaklah kita berdoa agar kerajaan Allah datang, di mana Kristus bertakhta sebagai "Raja Damai" untuk selama-lamanya. ***

Tidak ada komentar: