Siang ini, saya tidak sengaja
membaca isi sebuah website yang sangat menyentuh hatisaya.
Website ini berisi kesaksian dari
seseorang yang bernama Idawati. Dia menceritakan pengalaman hidupnya dari yang
awalnya sangat membenci orang Kristen,
sampai akhirnya hidupnya diubahkan oleh Tuhan. Idawati harus mengalami proses
yang tidak mudah saat dia dibentuk oleh Tuhan, namun semua yang dia alami tidak
sia-sia dan sekarang dia menjadi seseorang yang
hidupnya tak lepas dari tuntunan Tuhan. Berikut adalah tulisan yang berisi
pengalaman hidupnya :
Padahal
sejak TK, SD, SMP, SMA, saya sekolah di sekolah Khatolik dan Kristen. Jadi saya
sangat familiar dengan nama Yesus, Alkitab,
Natal, Paskah, dan hal-hal berbau Kristen Khatolik.
Latar
belakang keluarga saya adalah penganut aliran Buddhis, atau Kong Hu Chu,
pokoknya tradisi cina. Buat keluarga saya, nama Yesus itu nggak ada arti
apa-apanya. Bahkan cenderung mengganggu.
Satu-satunya
alasan ortu saya sekolahin saya di situ adalah karena mutu sekolah Kristen
Khatolik lebih bagus (katanya). Well, ini relatif. Yang pasti sih uang sekolah
lebih mahal.
Waktu SMP, saya ingat teman akrab saya mulai mengajak
saya sekolah minggu di sebuah gereja di ketapang. Saya tidak menolak karena:
1. Dia teman baik saya
2. Saya berpikir ke gereja menyenangkan karena bisa belajar nyanyi dan dapat banyak teman. Bagaimanapun saya sendirian di rumah (adik masih kecil) dan tidak ada teman.
Jadilah setiap hari minggu pagi, teman baik saya itu (dengan papa dan mama dan adiknya) menjemput saya dan mengantar saya pulang. Luar biasa bukan?
Tapi
pada kenyataannya saya jadi membenci gereja dan isinya karena:
Anak
sekolah minggu tidak ada ramah-ramahnya sama sekali sama saya. Mereka sudah “nge-gank” sendiri dan tidak peduli ada satu “new-comer” yang
kebingungan. Saya lebih dikenal sebagai “buntut” nya temen saya. Sungguh tidak
menyenangkan! Menurut mereka adalah hal yang “tabu” mendengar ortu saya masih
buddha, dan saya merasa terhakimi dengan pandangan mata mereka. (Seolah-olah
memiliki ortu bukan kristen itu suatu dosa besar dan memalukan. Hmmm….)
Saya
bingung melihat anak sekolah minggu yang katanya belajar firman Tuhan tapi kok
malah ngecengin cewek, berisik saat guru sekolah minggu nerangin sesuatu, cuek,
berantakan…. (image saya tentang gereja cukup tinggi saat itu. Bukankah justru
orang di luar gereja punya image lebih tinggi dari penghuninya?). Jadi saya
berpikir untuk apa ke gereja kalau bukan jadi makin baik malah jadi kayak
mereka! No way! Mereka tidak lebih baik daripada saya! Ada hak apa mereka
berbicara tentang bagaimana seharusnya kita hidup kalau hidup mereka sendiri lebih tidak karuan
dibanding saya? (Saya selalu juara kelas dan anak teladan di sekolah. Jadi bisa
dimengerti kan standar hidup saya saat itu?
Pada
suatu hari teman saya berkata:”Mengapa ortu mu menyembah patung? Itu kan
perbuatan bodoh!” dan untuk suatu alasan yang tidak jelas, saya sangat-sangat
tersinggung mendengar ortu saya dikatakan bodoh. Padahal biasanya juga saya
tidak perduli dengan patung-patung mereka. Hehehe…
Semenjak
itu saya berhenti sekolah minggu dan saya benci orang kristen. Oh, saya tetap
bersahabat dengan teman saya itu, tapi saya tidak pernah lagi mau menginjakkan
kaki saya di gereja! Gereja menjadi tempat yang paling menyebalkan buat saya!
SMA YANG PENUH DENGAN
ORANG KRISTEN
Kalau semenjak TK sampai SMP saya ikut sekolah Khatolik, maka SMA saya memutuskan untuk berganti suasana dengan Protestan. Paling tidak saya tidak harus berdoa rosario, begitu pikir saya.
Meskipun
banyak orang kristen (80%), tetapi herannya tidak ada satu orangpun yang pernah
mengabarkan injil kepada saya. Hebat yah? Hehehe… semua penuh toleransi
terhadap agama lain, dan paling-paling ada sedikit perdebatan (yang tidak
pernah ada konklusi) ttg Kristen dan Khatolik kalau sedang pelajaran agama.
Tapi di luar itu, aman. Tidak ada yang pernah memberi tahu saya bahwa hidup adalah bukan hidup tanpa Tuhan
Yesus.
Benar-benar
tiga tahun saya sekolah, sungguh tidak ada satu orangpun yang mengabari saya
injil! Dan saya tidak pernah ke gereja lagi kecuali acara sekolah mengharuskan
saya ke gereja. Saya punya alkitab hasil dari dulu sekolah minggu. Itupun saya
beli yang paling kecil. Dan penuh dengan coretan bukan karena saya rajin baca
allkitab, karena ada ulangan agama! Hahaha…
Saya
benci masa SMA saya. Banyak masalah di sini. Persahabatan yang retak karena
cowok, tidak ada teman karena untuk mereka saya terlalu “kolot” dan “aneh” dan
“kuper” (thanks untuk didikan keluarga cina yang lumayan tertutup), hidup yang
penuh rutinitas,… aduh, nggak ada enak-enaknya deh. Mana ortu saya sangat
menjunjung tinggi pendidikan (seperti orang tua chinese pada umumnya) dan
menaruh harapan tinggi pada saya. Saya sangat sayang ortu, saya tahu hidup
mereka dulu sangat susah, dan mereka selalu memberikan yang terbaik untuk anak.
Akibatnya saya jadi stress dan berusaha tidak mengecewakan mereka dengan
belajar segiat-giatnya…. Saya selalu ranking satu, tapi somehow itu tidak
pernah cukup untuk orangtua saya… atau saya sendiri. Somehow, saya sungguh
tidak tahu untuk apa saya hidup.
“SAULUS” MUDA
Waktu
kuliah, sikap ekstrim saya mulai keluar. Pokoknya setiap ada orang kristen yang
cukup “akitf” ngomongin Tuhan, langsung saya babat habis dengan
pertanyaan-pertanyaan aneh bin ajaib yang mereka tidak bisa jawab. Bahkan terkadang
mereka sampai-sampai ikutan bingung dan jadi meragukan kepercayaan mereka.
Hehehe… atau saya akan super kritis sama tindakan mereka sehari-hari. Karena
menurut saya kalau kamu berani ngomongin kasih,
kejujuran, dll itu, kamu juga harus bisa donk hidup seperti yang kamu omongin.
Munafik namanya kalo nggak.
Orang kristen takut
sama saya.
Belakangan
saya baru tahu pertanyaan-pertanyaan ekstrim tersebut
muncul dari kerinduan hati saya yang ingin tahu: Tuhan yang mana sih yang
bener? Kalo Tuhan-nya orang Kristen yang paling bener (seperti yang mereka
bilang), kenapa mereka ditanyain gitu aja nggak bisa jawab? Atau kenapa sikap
dan tingkah laku mereka malah lebih bobrok dari kita-kita yang nggak Kristen?
Sama aja bohong donk? Ortu saya juga nyembah Buddha, tapi ditanyain apa2 nggak
pernah ngerti! Hahahaha…. Malah mereka lebih punya kasih dan jujur daripada
mereka yang ngakunya Kristen (banyak pedagang kristen yang suka nipu ortu
saya). Apa bedanya jadi Buddha sama jadi Kristen kalo gitu?
Malah
ada satu teman saya yang Kristen dari lahir dan aktif di gereja tapi malah
ikut-ikutan nanya-nanya tentang kekristenan dengan nada menuduh dan menghakimi
bareng-bareng saya! Hahaha… kocak banget deh. Image saya tentang kristen jadi
makin jelek aja. Well, teman-teman sepermainan saya kebanyakan Kristen dan
Khatolik. Tapi mereka juga cukup cinta damai. Yah, ada beberapa Kristen KTP di situ,
jadi tidak heranlah. Yang bikin saya protes di kemudian hari adalah keberadaan
temen saya yang lahir baru tapi tidak pernah menginjili saya! Wah, saya
marah-marah sama dia belakangan,”Tega lo ya tahu gue mau ke neraka tapi nggak pernah ngomongin Yesus?” (padahal
kalo diomongin marah-marah waktu itu. Hehehe….)
Tapi jalan Tuhan
memang unik.
Ada
satu cowok naksir saya dan dia Kristen. Dia tahu saya bukan Kristen jadi demi
boleh berpacaran dengan saya, dia jadi rajin ngasih traktat, menjawab
pertanyaan-pertanyaan saya yang ekstrim-ekstrim dengan sabar,
dan kalaupun dia tidak bisa menjawab, saya sangat jengkel dengan ucapannya,”Aku
nggak bisa ngejelasin, tapi yang penting aku percayanya seperti itu.”
Benar-benar menyebalkan. Ego saya membuat saya pingin dia menyerah atas
pertanyaan saya, tapi dia nggak tuh! Tapi paling tidak traktat-traktat yang dia
kasih saya bacain semuanya. Sampai sekarang masih saya simpan meskipun banyak
yang sudah saya kasih orang. Bukan untuk mengigat cowok itu, tapi mengingat
jalan Tuhan yang unik dan lucu.
Saat
saya kuliah tingkat pertama, ada pelajaran agama. Dan saya memilih Kristen
karena orang-orang berkata itu mata pelajaran paling gampang lulus, dan
dosen-dosennya murah nilai. Guess what, tugas pertama adalah kami harus
mencatat kotbah pak pendeta dari gereja anda masing-masing selama sebulan dan
menyerahkannya kepada dosen kami sebagai tugas kulikuler. Tentu saja saya
kalang kabut karena saya adalah “penyeludup” dan boro-boro punya gereja! Saya
benci gereja! Untunglah teman dekat saya yang kristen mau mengajak saya ke
gereja bersama dia. Jadi setiap minggu, papa saya harus saya paksa bangun pagi (karena saya tidak bisa nyetir) untuk mengantar
saya ke rumah teman saya itu, dan dari sana kami ke gereja,… dan kudhu harus,
tidak bisa tidak: mendengarkan dengan teliti karena kita harus mencata kotbah!
Hah! Take that! Apakah menurut teman-teman Tuhan kita itu tidak iseng?
Suatu
kali ada dosen yang dengan ramahnya minta sogokan, kalau tidak sekelas tidak
lulus! Jadilah kami mengumpulkan uang untuk dosen itu… kecuali beberapa orang
kristen “fanatik” dari teman sepermainan saya: cowok yang naksir saya, koko
angkat saya, dan satu cewek yang lahir baru (tapi nggak pernah nginjilin saya)!
Wah, saya jengkel sekali sama mereka waktu itu! Padahal orang kristen di kelas
bukan cuman mereka, kenapa harus mereka yang cari perkara sih? Karena mereka
temen sepermainan kami, teman-teman sekelas yang lain juga banyak curhat dan
protes sama kita! Apa susahnya bayar Rp 35.000,- doank? Tapi yang jelas mereka
tidak mau nyogok meskipun diancam tidak lulus, diancam mencelakakan teman
sekelas, meskipun dikucilkan semua orang…. termasuk orang kristen lainnya…
Pendek kata mereka tidak mau nyogok! Dan saya menemukan mereka
berdoa bersama di suatu sudut ruangan, dan saat itu entah kenapa saya benci
melihat sikap mereka, plus iri karena ada orang kok yang bisa begitu kepala
batu akan sesuatu. Saat itu saya mulai berpikir: apakah sungugh-sungguh ada
sesuatu yang istimewa dari Yesus ini, ataukah mereka hanya sok jadi pahlawan?
…… tapi jujur saya tidak suka dikucilkan satu kelas dan dicemooh dikatakan
munafik dst. Saya tidak yakin saya bisa berpegang pada moral saya dan tidak
ikutan nyogok……. Mengapa mereka bisa? (Dan pada akhirnya dosen yang minta
sogokan itu dipecat sebelum dia sempat memberikan nilai pada kelas kami. Dosen
lain ditugaskan memeriksa ulang ulangan kami, dan bukan saja mereka lulus, tapi
nilai mereka malah lebih tinggi dari kami semua yang menyogok!)
Mama
saya terkena tumor payudara. Meskipun tidak berat, saya waktu itu cukup
ketakutan dan entah karena sudah terbiasa berdoa ala Kristen Khatolik atau
karena alasan lain, yang jelas saya berdoa pada Tuhan Yesus sepanjang malam…dan
operasinya berhasil. Tetapi seperti kebanyakan orang, saya dengan cepat
melupakan “jasa” Tuhan dan kembali pada jalan saya semula.
Adik
saya yang cewek mulai les fisika, kimia, dsb. Dan berhubung cicinya adalah anak
sos yang meskipun dapat 9 untuk biologi tapi sangat benci fisika dan hampir
meledakkan lab kimia karena salah mencampur cairan, maka dia mulai les. …. Dan
guru les nya adalah orang kristen yang sangat-sangat-sangat gemar bersaksi
tentang Tuhan Yesus. Bisa dibayangkan? Setiap pulang les, dia dengan semangat
bercerita ttg keajaiban yang Tuhan buat dalam hidup guru les-nya, yang Tuhan begini lah Tuhan
begitulah… anak ABG sangat mudah terpengaruh orang yang dikaguminya, dan nampak
jelas dia mengagumi guru les nya itu. Mulailah telinga saya gatal mendengar cerita “kebesaran Tuhan” setiap kali dia pulang les.
Anehnya, meskipun saya selalu mencibir dan membantah dan balas mencuci otak
adik saya dengan filsafat dunia, diam-diam saya menyimpan dalam hati semua
cerita ttg Yesus. Saya mulai tertarik. Sungguh.
SAYA BENCI NATAL
Karena
saya selalu kesepian di rumah. Semua teman saya pergi dengan keluarga ke
gereja, paling tidak setahun sekali lah bagi mereka yang tidak sungguh-sungguh
dalam Tuhan. Termasuk pacar saya. (Oh, bukan dia yang dengan gencar menginjili
saya. Saya tidak suka kristen fanatik, yang berusaha mengubah saya jadi kristen
sebelum bisa pacarn dengan saya. Jadi saya memilih jadian dengan kristen yang
biasa-biasa saja, yang ke gereja setahun sekali, yang tidak punya masalah untuk
pacaran dengan orang yang tidak seiman.).
Dan
saya harus tinggal sendiri di rumah. Menyebalkan!!
Saya
selalu merasa terkucil dari lingkungan orang-orang kristen. Terutama hari
Natal. Sepertinya ada spanduk besar-besar tertulis:”Khusus untuk orang Kristen!
Non Kristen dilarang mendekat!” Saya benci sekali Natal.
IS THERE REALLY GOD
UP THERE?
Sebenarnya
sejak SMA saya diam-diam suka menangis di ranjang saya tiap tengah malam. Ada
satu rasa kosong di hati saya yang sudah tidak bisa saya tahan lagi. Saya tidak
tahu siapa saya, saya tidak tahu bagaimana cara menyenangkan hati ortu saya
karena nampaknya tidak peduli sekuat apapun usaha saya, mereka tidak pernah
puas…. Saya tidak tahu mengapa meskipun saya mengasihi adik-adik saya tapi seringkali kata makian lah
yang keluar dari mulut saya….
Apakah
benar ada reinkarnasi, apakah benar orang baik pergi ke surga dan orang jahat
pergi ke neraka…
Saya
seharusnya termasuk orang baik. Saya tidak mencuri, tidak membunuh… yah paling
bohong kecil-kecilan tapi itu kan wajar? Bohong putih toh tidak melukai orang….
Tapi mengapa saya merasa tersiksa dan kesepian?
Tiap
malam saya menjerit dan bertanya: Mana sih Tuhan yang bener?? Jawab kek! Berdoa
pada Kwan Im, Buddha, bahkan kecil pernah belajar ngaji sama pembantu saya
(yang langsung dipecat saat itu juga.. hehehe…), doa rosario, Bapa Kami, berusaha baca Alkitab….
Semua
saya kerjakan demi mencari “sesuatu”
yang hilang dari hati saya itu… tapi tetap dan tetap hati ini kosong. Dan saya
putus asa! Dan perasaan putus asa ini keluar menjadi sikap yang skeptis dan
menolak kebenaran. Saya membenci apa yang sebenarnya paling saya butuhkan saat
itu: Tuhan Yesus.
ALLAH MULAI MENEBAR
JARINGNYA!
“Ci,
kalau kita bisa mengerti semua pikiran Tuhan, ya kita aja yang jadi Tuhan! Ivon
rasa ada beberapa hal yang memang nggak bisa dijelasin pake kata-kata deh….”
Perkataan adik saya itu sungguh menusuk dan membuat saya berpikir. Hmmm.. masuk
akal. Logika saya termasuk kuat untuk seorang cewek. Heheh.. saya tidak akan menerima
sesuatu yang tidak masuk di akal saya. (Meskipun di sekolah saya terkenal
sebagai “Asisten Dukun” karena kemampuan saya meramal dengan kartu, astrologi,
dll.) Sekali lihat orang, saya bisa tahu zodiak dia apa, saya bisa tahu cowok
atau cewek yang cocok sama dia yang gimana….. Oh, saya tidak punya ilmu. Hanya
sedikit memakai akal dan banyak membaca buku untuk “menipu” dan “mempermainkan”
temen-teman yang girang sekali kalau saya mulai “menggelar acara meramal”!
Dengan begitu saya bisa sedikit populer. Dan ajaibnya banyak orang kristen
datang minta diramal sama saya! (Saya waktu itu mencibir dalam hati. Kalian
bilang percaya Tuhan tapi percaya juga pada omong kosong saya?) Dan Allah tahu
masalah logika saya ini. Dan Dia membuktikan bahwa diriNya bukan sekedar ilusi,
mistis, atau kepercayaan. God does exist. Dan Dia mulai berbicara.
SESUATU TENTANG
ALKITAB YANG TIDAK PERNAH SAYA TAHU
Suatu
hari adik membawa pulang sebuah buku dengan judul: “Nubuatan Akhir Jaman”. Sudah jelas guru les nya yang meminjamkan. Dan
beberapa buku lain, tetapi buku itu paling menarik perhatian saya.
Seperti
layaknya manusia, kita tertarik dengan hal-hal penuh sensasi. Dan meskipun adik
saya belum kristen waktu itu, dia suka mendengar cerita ttg kiamat, akhir
jaman, mukjizat, dll.
Saya
tentu saja pernah mendengar tentang kiamat. Tetapi tidak pernah sungguh-sungguh
mengerti karena kalo kiamat bagaimana ada reinkarnasi dan sebangsanya? Pada
akhirnya adik saya tidak pernah membaca buku itu. Dia terlalu malas untuk
membacanya….Sayalah yang membacanya. Atau lebih tepatnya mengupasnya dan
menyelidikinya. Dan saya mulai takjub.
Tidak
pernah saya lihat satu buku yang bisa menjelaskan fenomena di dunia ini…
kecuali buku yang saya baca itu, dengan sumbernya: Alkitab.
Segala
tentang perang, penyakit, bencana alam, pecahnya negara-negara, terbentuknya
PBB, rencana terbentuknya
MEE (oh, saya langsung teringat guru ekonomi SMA saya, orang Batak, pernah berkata
bahwa akan tiba saatnya dunia bersatu dan antikris akan muncul,… tentu saja
waktu itu saya mendengarnya sambil setengah tidur karena saya tidak perduli
dengan semua itu!), dst dst.
Sore
itu juga saya pergi ke toko buku kristen dan membeli alkitab yang paling besar,
dan mulai menyelidiki buku tersebut dengan seksama. Buku itu ekstrim. Sungguh.
Bagi para pecinta damai, tidak akan suka membaca buku ini. Dengan
terang-terangan dan tidak sopannya si pengarang membeberkan perbedaan kristen
dengan agama lain. Dia menunjukkan persamaan yang terdapat dalanm seluruh agama
di dunia, kecuali satu yang tampil beda: Kristen. Sombong sekali bukan?
Anehnya
saat itu saya tidak lagi tersinggung. Saya tidak lagi peduli. Saya terlalu haus
akan kebenaran untuk tersinggung. Saya terlalu takjub melihat nubuatan dalam
Alkitab yang satu demi satu tidak pernah gagal terpenuhi… saya mulai melihat kalau Alkitab pun
penuh dengan logika, fakta… Alkitab ternyata berhubungan dengan dunia yang
sekarnag saya tinggali! Mulai saat itu, pandangan saya ttg kristen berubah.
TINDAKAN YANG SAYA
TIDAK PERNAH PIKIR AKAN SAYA LAKUKAN
Saya
memborong buku renungan!
Mulai dari Renungan Harian, Dian Kampus, Imamat Rajani, Rajawali… hampir semua
renungan yang ada di toko buku kristen itu saya beli! Dan satu hari saya bisa
melahap berlembar-lembar renungan. Saya harus tahu lebih tentang Yesus! Dan
saya mulai melahap Alkitab. (Peduli saya mengerti atau tidak, saya hanya merasa
dorongan bahwa saya harus membacanya!). Empat pasal sehari. Itu wajib. Ditambah
buku renungan yang seabrek-abrek.
Dan
sungguh, untuk pertama kalinya, saat saya membaca Alkitab dan firman Tuhan di
dalamnya, itu bukan lagi tulisan-tulisan mati yang tidak ada arti untuk saya.
Pertama kali saya merasakan ditegur, dinasihati, dihibur, dikuatkan (meskipun
saya tidak begitu yakin itu Tuhan atau hanya imajinasi saya)…. dan terlebih
tidak pernah seumur hidup saya, saya menjadi begitu mengerti kakater saya,
kejelekan saya, rasa malu saya…. Saya mulai mengenal diri sendiri. Saya mulai
merasa Tuhan itu benar-benar ada… Dan saya mulai ingin lebih.
Percaya
atau tidak, setelah bertahun-tahun, saya akhirnya dengan keinginan sendiri
menginjakkan kaki saya ke sebuah gereja di daerah senen. Tidak ada alasan
khusus saya memilih gereja itu. Hanya karena “kebetulan” itulah satu-satunya
gereja yang saya tahu karena secara “kebetulan” juga selama sebulan saya pergi
ke sana untuk mencatat kotbah. Allah dahsyat bukan?
Dan
demi bisa ke gereja itu, (karena papa saya terlalu malas untuk bangun pagi),
saya memberanikan diri untuk menyetir kembali! Dulu saya pernah tabrakan dan
sempat trauma sehingga tidak pernah lagi semenjak kecelakaan itu saya pegang
setir mobil. Kali ini, demi sesuatu yang pernah saya benci sedemikian rupa,
saya duduk di belakang setir mobil dan sepanjang jalan berkomat-kamit meminta
perlindungan untuk sampai tujuan dengan selamat! (Adik perempuan saya masih
bisa tidur dengan santainya di mobil, sampai mama saya dgn terkejut
berseru:”Kamu bisa tidur dalam mobil yang disetir cicimu?” Wah, thanks mam
untuk kepercayaanmu! Hahaha….) Oh, tidak pernah saya menyetir sampai daerah
senen. Hanya sampai rumah teman saya di sunter, dan dari sana kami naik
mobilnya ke senen.
Saya
bahkan mulai memaksa teman saya yang suka terlambat itu untuk
tidak lagi terlambat. Bahkan kalau dia mulai malas ke gereja, saya yang ngeyel
supaya dia pergi… masalahnya dia tumpangan saya. Hehehe…. Teman-teman sekelas
bingung karena saya yang dulu suka mengkritik Yesus, mulai dengan semangat (dan
dengan pengetahuan ala kadarnya) bercerita ttg Yesus. Paling tidak bercerita
ttg apa yang saya dapatkan dari buku renungan yang saya baca. Dan koko angkat
saya yang cukup kristen dan cinta Tuhan meskipun juga cinta damai menjadi teman
sharing saya.
Adik
cowok saya ikut heran, mengapa cicinya jadi sibuk mengurusi Yesus? (Tidak yang
cewek. Yang cewek ikut saya ke gereja. Seharusnya sih dia menjadi ko-pilot saya
selama menyetir… tetapi sepeti yang sudah kita lihat… dia tidur dengan
pulasnya. Hmmmm…). Dia nampaknya mewarisi “ilmu antikris dan anti Tuhan” hasil
cuci-otak dari saya. Hmmm.. hal yang cukup saya sesalkan kemudian. (Pada
akhirnya, setelah 6 bulan penuh doa tangis dan puasa, dia bertobat. Puji Tuhan!
Mulai sejak itu saya berhati-hati kalau sharing sama orang, terutama hal yang saya
sendiri kurang jelas dan kurang mengerti.)
Orang
tua mulai cemas karena nampaknya anak sulungnya ini serius dengan gerejanya.
Wah, bagaimana kalau nanti kita mati dan tidak ada yang sembahyangin kita? Tapi
merekapun tidak bisa mencegah saya ke gereja!
…… Saya masih belum percaya saya melakukan semua itu untuk Yesus!
ALLAH MENGGUNCANG:
MEI 1998
Semua
masih ingat tentunya bulan tragis ini. Saya tidak akan pernah lupa. 12 Mei
1998, saya terkurung di kampus Untar, dan menyaksikan dengan mata sendiri tentara
kita baku hantam dengan mahasiswa Trisakti. Bahkan banyak mahasiswa Trisakti
yang berilndung di kampus Untar.
Saya
melihat seseorang yang nampaknya tertembak dan dibawa masuk klinik Untar. Saya
merasakan pedihnya gas air mata (padahal itu asli hanya sisa-sisa gas air mata)
dan tidak bisa membayangkan bagaimana pedihnya kalau itu bukan sisa-sisa! Untuk
pertama kalinya saya, di lantai 8 kampus saya, berdoa dengan orang-orang
kristen yang lain. Tentu saja saya paling bodoh sendiri karena tidak tahu apa yang
harus saya doakan di sana. Yang saya tahu saya tidak terlalu takut karena pikir
saya: mati toh barengan. Hehehe…
Waktu
itu koko angkat saya memberi saya mazmur 91. “Kalau kamu takut, baca saja pasal ini.” Pacar
saya tidak banyak berbicara. Dan dia juga nampaknya tidak terlalu tahu
bagaimana harus berdoa.
(belakangan
saya tahu meskipun dia kristen sejak lahir tapi tidak pernah sungguh-sungguh
mengenal Tuhan). Dan pada akhirnya, tgl 15 Mei… kekacauan massal. Toko orang
tua saya di daerah mangga dua dibakar massa. Tidak ada yang tersisa. Dan untuk
pertama kalinya saya melihat orangtua saya menangis di depan anak-anak. Saat
itu, baru saya mulai takut.
Terlebih
dengan adanya berita-berita pemerkosaan, pembunuhan, perampokan… Orangtua saya
dan kakek nenek saya nampaknya punya trauma yang lebih lagi karena mereka
melewati cukup banyak waktu di mana peristiwa seperti ini bahkan mereka alami
secara pribadi. Karena itu mereka mulai bersiap-siap mengungsi. Kami tidur satu
kamar bertumpuk-tumpuk… saya tidur membawa gunting (yang saya pikir-pikir lagi
agak-agak bodoh karena apa gunanya gunting kecil dibanding massa kalau mereka
menyerbu masuk rumah coba?)…
Keluarga
kami mengungsi dari Kelapa Gading ke Pulo Mas (sementara orang-orang Pulo Mas
mengungsi ke Kelapa Gading! Hahaha….)
Untuk
pertama kalinya saya sadar: tidak ada tempat yang aman. Yang bikin saya sangat
stress adalah saat mama saya setengah menangis menjejalkan segepok uang ke
dalam kantung baju saya dan memerintahkan saya membawa kedua adik saya
mengungsi ke Singapur besok, dengan pesan:”Kalau sampai terjadi apa-apa dengan
papi dan mami, kamu jaga adik-adik kamu yah?” Betapa saya benci jadi anak
sulung! Bagaimana mungkin saya bisa menjaga kedua adik saya? Saya belum lulus
kuliah! Apa yang bisa saya lakukan untuk menjaga mereka? Tapi saya tidak ingin
menambah stress mama saya sehingga saya hanya mengangguk. Mereka menolak pergi
ke Singapore. Mereka menyuruh kakek nenek saya yang menemani kami.
Saat
itu dunia benar-benar gelap dan error. Saya dan kedua adik saya membaca Mazmur
91 setiap malam dan meskipun itu menenangkan tapi tetap saya cuku stress dengan
tanggung jawab yang tiba-tiba saja harus saya emban. Dan saya tidak suka
menerima kenyataan bahwa ortu saya tidak akan pergi bersama saya! Sampai satu
hari sebelum ke Singapore, entah bagaimana kakek saya nyolong-nyolong keluar
dengan mobilnya dan melihat-lihat daerah kelapa gading. Dan pulang-pulang dia
membawa sepucuk surat untuk saya.
Saya
lupa itu kartu ucapan apa, tapi yang saya ingat, teman yang mengirimkannya
menyelipkan satu pembatas buku dengan ayat alkitab yang menjadi salah satu
favorit saya sampai sekarang:
“I can do all things
through Him who strengthen me.” (Phil 4:13):”Pergilah ke Singapur. Aku menyertaimu. Jangan takut.” Dan segera perasaan tenang menguasai saya. Saya
masih cemas, tapi saya tidak lagi stress. Dan tidak pernah lagi saya meragukan
bahwa Tuhan itu hidup! Dan saat itu
untuk pertama kalinya saya mendengar suara Tuhan (bukan audible) dalam hati
DIKURUNG DI S’PORE
Kami
berangkat. Bawaan saya yang terpenting adalah alkitab, dan sebuah buku renungan
inggris dgn judul: Everyday with Jesus 365 days. Dan di flat yang disewakan
dengan murah oleh teman papa kami di s’pore, saya setiap hari mulai belajar
berdoa dan membaca renungan tsb. Saat itu pikiran saya kacau. Saya tidak
mengerti bagaimana Tuhan yang mulai saya percayai adalah Tuhan yang baik, yang
adil, dst bisa-bisanya membiarkan perkara ini terjadi. Saya punya banyak
pertanyaan yang bahkan saya sendiri tidak tahu bagaimana harus menanyakannya!
Dan Allah berbicara lewat buku renungan itu.
Buku
renungan yang saya beli hanya karena gambar depannya bagus dan terhitung murah
untuk buku import, dan tidak pernah saya baca sebelumnya. Dan saya, entah
bagaimana, mulai melihat kasih dan keadilan Allah, bahkan leawt peristiwa yang
mengerikan itu. Saya mulai mengenal Tuhan dengan lebih dalam. Dan saat itu saya
sepenuhnya yakin, tidak ada jalan di luar Yesus. Tidak ada hidup di luar Yesus.
Tidak ada pengharapan di luar Yesus. Tidak ada sukacita di luar Yesus. Tidak
ada damai di luar Yesus. Di luar Yesus, tidak ada apapun. Di sana, di
singapura, di sebuah kamar flat yang sempit, saat kedua adik saya tertidur
dengan pulas… saya menemukan Kekasih Jiwa saya. Jaring Allah mendapatkan
ikanNya.
IMAN COBA-COBA
Tiba
saatnya untuk pulang! Tapi masalahnya sekarang, bukan hanya kami berlima yang
ingin pulang. Begitu banyak orang indo yang ngungsi yang juga ingin pulang! Dan
kami harus menunggu.
Dan adik-adik mulai ribut karena mereka akan ketinggalan ujian kalau tidak
pulang! Hari itu, kakek saya menolak untuk ke airport. Toh kita juga waiting
list. Tidak akan dapat tiket lah! Saya dengan sebal memandang dia karena dia
naik pesawat lain dengan kita, dan tiket dia sudah konfirm. Akhirnya kami
berhasil memaksa dia untuk mengantar kami ke airport. Dan 60 orang lebih
menunggu di waiting list untuk mendapatkan kursi. Astaga!
Kami
telah berdoa dengan iman ala kadarnya supaya Tuhan memberi kami tiket. Hei,
bagiamanapun Alkitab mengatakan iman sebiji sesawi sudah cukup! (Saat di ruang
tunggu itu saya mulai ragu apakah iman saya lebih kecil dari biji sesawi!
Hahhaa….) Saat pengurus loket memanggil nama-nama yang berhasil mendapatkan
tiket, dengan kecewa kami harus mendapati kenyataan bahwa kami tidak pulang
hari itu. Kakek nenek saya dengan segera memberesi koper-koper dan bersiap
pulang. Adik cowok saya mencibir dan meskipun dia cukup sopan untuk tidak
menghina terang-terangan, saya tahu dia merasa bodoh telah berdoa beberapa hari
ini. (Dia ikut berdoa juga. Belakangan setelah bertobat saya baru tahu bahwa
saat dia mencibir itu dia menguji Tuhan: “Kalau Engkau beneran ada, kalau kita dapet
tiket, aku bakal jadi kristen!” Tentu saja, dia segera lupa akan “jasa” Tuhan
itu. ) Tinggal saya dan adik perempuan saya, yang tidak rela meninggalkanlapangan. Saat itu adik saya menggenggam tangan
saya erat-erat dan berkata:”Berdoa lagi ci!” Oh? Oke. Toh tidak ada ruginya.
Dan dengan takjub saya mendengar petugas loket memanggil nama nenek saya! (yang
pada saat itu sudah mencapai pintu keluar) “Maaf, ada kekeliruan. Empat tiket terakhir ini untuk
kalian.” Can you believe that? Adik saya melompat dan berseru memanggil nenek
saya yang dengan tergopoh-gopoh kembali dengan kopornya. Empat tiket terakhir….
Dan entah kekeliruan apa yang dia maksud, tapi yang jelas nama kami tadinya
tidak tercantum di sana. Kami semua pulang hari itu!
“SAULUS” ITU TELAH
MENJADI PAULUS
Oh,
jangan salah sangka. Saya tidak sedang mencoba membandingkan diri saya dengan
Paulus. Tapi beberapa teman saya terkadang bergurau dengan mengatakan,”Dulu lu
kayak Saulus, kok sekarang jadi Paulus sih?”… dan Puji Tuhan, mereka benar.
Saya melihat hidup saya diubahkan Tuhan. Sama seperti Ia mengubah hidup Saulus
menjadi Paulus.
Kekosongan
di hati saya telah lenyap. Ada Tuhan Yesus di sana. Tidak ada keraguan bahwa Ia
lah Tuhan. Dan semenjak dari S’pore, tidak ada satu hari saya tidak bercerita
ttg Yesus pada teman-teman saya di kampus dan bahkan dgn berani sedikit memaksa
mereka yang beragama lain untuk percaya pada Tuhan saya! Saya mulai mengerti
meskipun orang kristen tidak sempurna,
mengecewakan, terkadang lebih parah daripada orang yang tidak kenal Tuhan…
tetapi Allah nya orang Kristen itu sempurna. Tuhan Yesus sempurna.
Dan
orang-orang kristen tidak lebih dari para pembunuh, pemerkosa, pencuri, anak
bandel, broken home, dan bandit-bandit dan pendosa-pendosa lain yang menerima
kasih karunia Allah. Saya belajar butuh waktu bagi seseorang untuk berubah,
termasuk saya. Saya belajar untuk mengasihi dan mengampuni. Saya mulai mengerti
kerinduan yang membakar orang-orang kristen “fanatik” yang dulu mencekoki saya
dengan injil meskipun sudah saya usir-usir, dan saya lebih berterimakasih pada
mereka sekarang. Bahkan saya telah menjadi jenis orang yang dulu paling saya
benci! Hahhaa… Pacar saya protes karena pembicaraan saya sangat-sangat “tidak
duniawi” dan dia berkata dia lebih suka saya yang dulu. Dia tidak bisa mengerti
mengapa dia kristen dan saya kristen tapi dia tidak se”fanatik” saya? Well,
saya juga tidak mengerti. Singkat cerita saja, kita bubar.
Saya
percaya manusia lama saya sudah berlalu, dan yang baru di dalam Yesus telah
datang. Kalau dia lebih menyukai manusia lama saya, sayang sekali. Manusia lama
saya tidak akan bangkit lagi! Jadi sebaiknya dia mencari cewek lain saja.
Bubarnya tidak setega dan semudah kalimat saya di sini. Tapi kita akan bersaksi
masalah “pacar VS pasangan hidup” di lain kesempatan.
Saat
ini saya hanya hendak mengakhiri kesaksian saya dengan mengucap syukur, bahwa
Tuhan tidak pernah berhenti membentuk saya semenjak saya lahir baru. Saya dan
adik saya yang perempuan dibabtis selam berbarengan. Dan meskipun saat saya
melihat kolam pembabtisan yang terpikirkan hanyalah jangan sampai menelan air
(dan sama sekali bukan hal-hal rohani seperti rasa terharu diselamatkan, dst),
tapi saya tidak akan lupa hari itu.
Saya bersyukur bahwa di
sejelek apapun saya, kasih Tuhan sanggup menerima saya. Saya, yang ditolak
manusia, diterima oleh Allah!! Saya, yang sering minder dan berpikir diri tidak
ada harganya, dihargai seharga nyawa Tuhan sendiri! What an amazing grace, huh?
Saya
bisa melihat diri saya 2 tahun lalu dan berkata:”Astaga Tuhan! Bagaimana Kau
bisa sabar menghadapi karakter saya?” Bahkan jika dibandingkan dengan saya 2
bulan lalu, saya tetap akan mengatakan hal yang sama.
Allah
terus berkarya dalam hidup saya. Dia sungguh tidak pernah melepaskan mataNya
dari kita. Bahkan saat saya ke gereja, tanganNya lah yang menuntut dan
memilihkan untuk saya. Juga kepergian saya ke Taiwan. Dan banyak hal lainnya.
Saya akan menghabiskan lebih banyak waktu kalian kalau saya menceritakan bukti
kasihNya dalam hidup saya! (tapi saya yakin kalian punya pengalaman berharga
sendiri dengan Tuhan kita.
Saya
ada sekarang ini, dan saya hidup, karena Yesus hidup. And hallelujah to that.
sumber:www.sumbercerita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar