Vertigo atau
kehilangan keseimbangan akan sangat mengganggu aktivitas walaupun tidak
menimbulkan rasa sakit pada organ tubuh lainnya. Ketika kambuh, penderita
vertigo akan mengalami kesulitan berdiri dan bergerak karena merasa sakit kepala
luar biasa hingga dunia tampak berputar, bahkan kerap kali disertai dengan rasa
mual dan muntah.
Menurut peneliti
masalah vertigo, dr. Entjep Hadjar, Sp. THT, penyebab vertigo dapat berasal
dari gangguan syaraf, penyakit dalam atau masalah seputar THT (telinga, hidung
dan tenggorokan).
Beberapa faktor yang
menyebabkan vertigo antara lain karena serangan migren, radang pada leher,
mabuk kendaraan, infeksi bakteri pada alat pendengaran dan kekurangan asupan
oksigen ke otak.
Kelainan pada telinga
juga sering menjadi penyebab. Termasuk pula kelainan pengelihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba, gangguan di dalam saraf
yang menghubungkan telinga dengan otak, maupun di dalam otaknya sendiri.
Penelitian yang
dilakukan Entjep menunjukkan, sebagian besar pengidap vertigo mengalami
gangguan pada ruang otak yang mengatur keseimbangan. Dari sebanyak 781
penderita vertigo yang pernah diteliti, 219 orang (28,3 persen) di antaranya
mengalami penyakit batuan kecil (debris) pada alat keseimbangannya.
"Dari data
penelitian saya lima tahun lalu menunjukkan, penyakit debris pada ruang otak
yang berfungsi menjaga keseimbangan tubuh manusia atau yang disebut dengan
vertigo debris menjadi penyebab utama vertigo," paparnya saat acara
Seminar Vertigo "Re-Balance Your Life" di RS Asri.
Vertigo debris terjadi
karena terdapat gangguan debris pada ruang berbentuk setengah lingkaran yang
berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Hal tersebut dikarenakan sensor
keseimbangan memiliki berat jenis yang lebih besar dari cairan endolymph.
Menurut Entjep, alat
keseimbangan manusia bersifat dinamis sehingga sangat mudah terangsang oleh
gerakan putaran kepala. Bila terdapat debris (batuan kecil) pada alat
keseimbangan, maka cairanendolymph akan
mengalami gaya dorong yang lebih besar dari yang seharusnya, dan merangsang
alat keseimbangan.
Kondisi ini biasa
disebut dengan vertigo posisi atau dalam istilah kedokteran disebut dengan BPPV
(Benign Paroxysmal Position Vertigo) atau vertigo paroksimal jinak.
Entjep menuturkan,
dahulu, solusi untuk mengatasi pasien vertigo BPPV dilakukan dengan operasi
pengeluaran batu endapan. Namun, justru sering terjadi kegagalan karena batuan
tersebut berada pada tulang temporal (terkeras) pada manusia.
"Tapi sekarang
telah ditemukan cara non bedah yang lebih praktis yakni dengan vibrator,"
katanya.
Vibrator tersebut
nantinya akan menghancurkan debris (batuan kecil), dengan menempelkannya pada
kepala penderita. Selain menghancurkan debris, vibrator juga digunakan untuk
melepaskan debris yang sudah terlanjur melekat.
"Pengobatan
vertigo debris ini sangat praktis, aman dan dapat hilang dalam beberapa menit,
dan tanpa obat. Pengobatannya disebut dengan Canalith
Repositioning Therapy (CRT),
disertai dengan vibrasi, yang berfungsi mengurangi rasa pusing," katanya.
Terapi dianjurkan
dilakukan 2 (dua) kali seminggu, walau pada kenyataannya, banyak pasien sudah
merasa sembuh dengan hanya dua kali terapi.
sumber:health.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar