Berikut ini disadur dari “Not a Single Christian Church
Left,” CNSNews.com, 10 Okt. 2011: “Tidak ada satupun lagi gereja Kristen yang
diketahui publik di Afghanistan, menurut Kementerian Luar Negeri AS. Ini
merefleksikan kondisi kebebasan beragama di negara tersebut sepuluh tahun
setelah Amerika Serikat pertama kali menyerangnya dan menggulingkan rezim Islam
Taliban di sana. Dalam dekade yang berlangsung setelah itu, pembayar pajak di
AS telah menghabiskan $440 milyar untuk mendukung pemerintah baru Afghanistan
dan lebih dari 1700 personel militer AS telah mati melayani di negara itu.
Gereja Kristen yang diketahui publik yang terakhir di Afghanistan dihancurkan
pada bulan Maret 2010, menurut Laporan Kebebasan Beragama Internasional oleh
Kementerian Luar Negeri. …Belakangan ini, kebebasan beragama di Afghanistan
telah memburuk, menurut Kementerian Luar Negeri. ‘Rasa hormat pemerintah
terhadap kebebasan beragama dalam hukum dan praktek telah menurun dalam periode
waktu ini, terutama untuk kelompok atau individu Kristen,’ demikian bunyi
laporan tersebut. ‘Pendapat masyarakat yang negatif dan kecurigaan terhadap
aktivitas-aktivitas Kristen menyebabkan kelompok-kelompok dan individu-individu
Kristen dibidik, termasuk orang-orang Muslim yang menjadi Kristen,’ laporan
menjelaskan. ‘Kurangnya respons dan proteksi pemerintah untuk kelompok-kelompok
dan individu-individu ini menyebabkan rusaknya kebebasan beragama.’ Kebanyakan
orang Kristen di negara itu menolak untuk ‘menyatakan iman mereka atau
berkumpul bersama secara terbuka untuk kebaktian,’ kata Kementerian Luar
Negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar