Joel Osteen, gembala sidang dari
gereja terbesar di Amerika, mengatakan bahwa orang Mormon adalah Kristen. Dalam
sebuah wawancara dengan The Washington Post, Osteen
mengatakan: “Saya tidak tahu apakah ia [mormon] bentuk kekristenan yang paling
murni, seperti yang saya tahu sejak kecil. Tetapi anda tahu, saya mengenal
orang-orang Mormon. Saya mendengar Mitt Romney – dan saya belum pernah bertemu
dia – tetapi saya mendengar dia berkata, ‘Saya percaya Yesus adalah anak Allah,
saya percaya Dia juruselamatku,’ dan itu adalah salah satu isu inti” (Washington Post,
26 Okt. 2011). Osteen sama sekali tidak mengenal Alkitab dan naif rohani sampai
tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Alkitab memperingatkan akan
kristus-kristus palsu dan injil-injil palsu (2 Kor. 11:1-4). Guru-guru palsu
memakai bahasa yang sama dengan guru-guru Alkitabiah tetapi mereka memiliki
kamus (maksud) yang berbeda. Yesus memperingatkan tentang banyak orang yang
akan memanggil Dia Tuhan dan bahkan melakukan banyak pekerjaan yang luar biasa,
tetapi mereka tidak diselamatkan (Mat. 7:21-23). Gereja Yesus Kristus
Orang-Orang Kudus Akhir Zaman, yaitu Mormon, meninggikan tulisan mereka sendiri
sebagai otoritas di samping Kitab Suci, dan mengajarkan bahwa keselamatan itu
adalah oleh iman plus usaha, menyangkal doktrin Tritunggal, mengklaim bahwa
Allah suatu ketika adalah manusia [sebelum menjadi Allah], bahwa Yesus Kristus
adalah makhluk yang diciptakan, bahwa Ia memiliki banyak istri, bahwa Ia adalah
saudaranya Iblis, bahwa manusia memiliki jiwa yang sudah eksis jauh sebelumnya,
bahwa orang-orang hidup dapat dibaptis untuk keselamatan orang yang telah
meninggal, bahwa mereka yang dengan tekun beriman di hidup ini akan menjadi
allah di kehidupan berikutnya. Faktanya, Mormonisme menyangkal atau
mengkorupkan semua doktrin-doktrin penting iman Perjanjian Baru. Pada tahun
1997, Jimmy Carter berkata bahaw Mormon adalah Kristen dan tidak boleh
dijadikan target “penginjilan” (Carrie Moore, “Are Mormons Christians,”Deseret News,
15 Nov. 1997). Dalam wawancara tersebut, Carter menyamakan orang-orang yang
menolak Mormon sebagai “Farisi.” Carter mendefinisikan filosofi pribadinya
sebagai “kerohanian yang tidak menghakimi, dan rekonsiliatif.” Dia bersaksi
bahwa “orang-orang di gereja lokal saya sendiri tidak tertarik mempersalahkan
Mormon atau mencoba menobatkan Mormon.” Betapa
sesat!
sumber: graphe-ministry.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar