IMAN
KRISTEN
(by
samson h)
Setiap
orang percaya pasti pernah mendengar ayat ini, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh
firman Kristus” (Roma 10:17).
Ayat
ini menegaskan bahwa hanya melalui pendengaran akan firman Allah, seorang
berdosa bisa memiliki iman kepada Yesus Kristus. Mandat ayat ini mengharuskan
firman Kristus diberitakan agar manusia berdosa mendengarkan Injil dan percaya.
Analisa penting lainnya dari ayat diatas bahwa mendengarkan firman Kristus
bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sekali saja tetapi suatu tuntutan untuk
terus mendengarkan firman Allah agar iman seorang percaya semakin bertumbuh dan
meningkat.
Memang
harus diakui bahwa ada banyak orang percaya pada Yesus Kristus ketika
mendengarkan Injil untuk pertama kalinya. Roh Kudus menuntunnya untuk percaya
dan mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Namun
sebaliknya ada banyak orang juga yang telah sering mendengarkan firman Allah
namun tidak pernah berubah dan tetap menolak Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya. Namun harus diakui juga bahwa ada banyak orang Kristen yang
sungguh-sungguh percaya namun memiliki iman dan kerohanian yang tidak
bertumbuh. Bertahun-tahun kehidupankekristenan dijalani namun imannya tidak mengalami pertumbuhan.
Artikel
ini berfokus pada tanggungjawab mereka yang telah sungguh-sungguh percaya pada
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Apa yang harus dilakukan
orang-orang percaya untuk mencapai pertumbuhan dan kedewasaan iman dan kerohaniaan mereka? Cukupkah hanya mengakui Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya untuk memberikan pertumbuhan iman dan kerohanian? Hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan
mereka yang percaya pada Kristus agar iman dan kerohanian mereka dapat
bertumbuh bagi kemuliaan Kristus? Ada empat pilar utama penting dalam
pertumbuhan kerohanian dan iman seorang Kristen, namun pilar-pilar ini juga
sekaligus menjadi penentu untuk mengetahui apa seseorang itu sungguh-sungguh
percaya pada Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
PILAR #1: MEMBACA ALKITAB DAN SAAT TEDUH
Seorang
yang benar-benar percaya pada Yesus akan memiliki suatu kesukaan baru yang
tidak dimiliki sebelumnya. Kesukaan ini merupakan suatu bukti perubahan dalam
dirinya bahwa ia ingin mendekatkan diri kepada Allah dan mendengarkan suara
Allah, dan hal ini memberikan kebahagiaan dan kedamaian dalam hatinya. Apa
kesukaan baru tersebut? Membaca Alkitab dan Bersaat Teduh (Merenungkan Firman
Allah). Ia tidak tahu kenapa itu bisa terjadi tetapi yang jelas membaca Alkitab
memberikan suatu penyegaran dan gairah baru dalam menjalani hidupnya. Inilah
perubahan yang dikerjakan oleh Allah dalam diri seorang percaya.
Pertimbangkan
apa yang Allah katakan dalam Mazmur 1:1-2 berikut ini, “Berbahagialah orang yang tidak
berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang
berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannyaialah ialah Taurat TUHAN, dan yang
merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Maz 1:1-2). Dalam kesempatan lain pemazmur berkata, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku
merenungkannya sepanjang hari” (Maz 119:97). “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku
dan terang bagi jalanku” (Maz 119:105). Berdasarkan ayat-ayat ini, ada dua hal
penting yang perlu diketahui setiap orang percaya. Pertama, seorang Kristen memiliki kesukaan akan Taurat TUHAN yaitu
membaca firman Allah. Kedua, seorang Kristen akan merenungkan firman Allah siang dan
malam yang bisa diartikan sebagai SAAT TEDUH pribadi. Kedua hal ini memiliki
perbedaan-perbedaan dalam prakteknya tetapi bertujuan untuk mencapai kedewasaan
kerohanian dan iman.
Membaca
bagian firman Allah
Seorang
percaya harus menyisihkan dan menyediakan waktu untuk membaca firman Allah
setiap hari. Biasanya orang Kristen yang sadar akan perintah Allah dan ingin
bertumbuh semakin dewasa dalam kerohanian dan imannya akan mengikuti program
pembacaan Alkitab per tahun. Artinya ia berkomitmen ingin menyelesaikan
pembacaan Alkitab mulai dari Kitab Kejadian hingga Wahyu dalam kurun waktu 365
hari (satu tahun). Dengan demkian ia akan mengikuti jadwal yang telah disusun
sedemikian rupa sehingga bisa menyelesaikannya dengan sukses. Biasanya
pembacaan Alkitab untuk tujuan ini hanya membutuhkan sekitar 20-30 menit per
hari atau sekitar 3-4 pasal per hari. Jadwal pembacaan seperti ini biasanya
bisa didapatkan dari buku panduan saat teduh yang dijual bebas di toko buku
Kristen. Jika dirasa tidak perlu mengikuti jadwal yang disusun orang lain, dan
ingin membuat jadwal sendiri, itu boleh dilakukan asal bisa konsisten dan
berkomitmen mengikutinya.
Apa
tujuan pembacaan Alkitab sepert ini? Disamping pembacaan itu merupakan suatu
kesukaan seorang percaya, pembacaan ini juga bermanfaat untuk menambah
pengetahuan sehingga ia bisa memiliki pengertian yang luas dan mengetahui
bagaimana Allah berhubungan dengan manusia berdosa dalam Alkitab, dan dengan
sendirinya terbentuk suatu pengetahuan Alktiab atau memiliki pengertian
teologis.
Disamping
itu, pembacaan Alkitab akan memberikan wawasan dan pandangan yang luas serta
prinsip yang berkenan kepada Allah tentang kehidupan. Ia bisa melihat
contoh-contoh dalam Alkitab sebagai pelajaran penting dalam hidup. Diatas semua
itu, pembacaan Alkitab akan menolongnya semakin dewasa dalam kerohanian dan
iman. Paulus menegaskan demikian, “Semua tulisan yang diilhamkan
Allah (Alkitab) memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan
demkian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan
baik” (2 Tim
3:16-17). Membaca Alkitab merupakan perintah Allah yang harus dilakukan setiap
orang percaya.
Merenungkan
Firman Allah (Saat Teduh)
Pembacaan
Alkitab berbeda dengan SAAT TEDUH (istilah yang dipakai untuk merenungkan
firman Allah). Saat teduh merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dimana
seorang percaya merenungkan satu bagian firman Allah. Berdasarkan Mazmur 1:2
ada suatu perbedaan antara kesukaan Taurat TUHAN dan merenungkan Taurat itu
siang dan malam. Membaca Alkitab itu bisa dilakukan seperti membaca sebuah buku
dimana ia mencoba mengerti apa isi dan alur cerita yang dibaca tetapi dengan
rasa hormat karena buku yang dibaca bukan buku manusia tetapi buku Tuhan.
Sedangkan
merenungkan firman Allah lebih dari pada membaca Alkitab. Dalam renungan
seperti ini bisa saja hanya memakai satu ayat saja atau mungkin hanya satu anak
kalimat atau memakai dua atau tiga ayat atau lebih tergantung pada topik yang
direnungkan. Namun demikian akan lebih disarankan membaca bagian firman Allah
tersebut dalam konteks atau paragrafnya atau bahkan lebih dari itu, agar lebih
mengerti apa yang dibaca karena pembacaan sepotong firman Allah tidak
memberikan gambaran lengkap akan apa yang dibicarakan dan dibahas dalam perikop
tersebut. Dalam prakteknya seseorang itu bisa saja membaca bagian firman Allah
itu berkali-kali hingga benar-benar mengerti apa yang dibaca. Dan setelah
mengerti apa yang dibaca, kemudian langkah selanjutnya, merenungkan bagian
firman Allah itu dan menghubungkannya pada kehidupan sehari-hari.
Biasanya,
Lembaga Alkitab Indonesia menempelkan secarik kertas kecil pada sampul dalam
Alkitab baru dimana terdapat panduan merenungkan Alkitab. Singkatnya demikian,
(1) Apa yang Tuhan perintahkan dalam bagian firman Allah itu yang bersifat
kekal? (2) Apa yang dilarang Tuhan dalam bagian firman Allah itu? (3) Apa
pelajaran penting yang bisa diambil dan diterapkan dari renungan itu? (4) Apa
pelajaran penting dari renungan itu yang merupakan kegagalan anda? (5) Apa-apa
saja yang diperintahkan dalam renungan itu yang merupakan hal-hal yang perlu
anda tinggalkan atau tingkatkan sebagai orang Kristen? (6) Apa-apa saja yang
menjadi aplikasi penting dalam hidup, keluarga, pekerjaan, pelayanan dan
kerohanian anda? Perlu diketahui bahwa pembacaan Alkitab dan Saat Teduh harus
melibatkan unsur doa dimana setiap orang Kristen yang melakukan kegiatan rohani
seperti ini harus mendedikasikan waktu untuk berdoa sebelum dan sesudahnya.
Miminta hikmat dari Tuhan untuk mengerti firman Allah adalah mutlak bagi
seorang percaya.
Dengan
melaksanakan Saat Teduh yang teratur tiap-tiap hari akan menolong pertumbuhan
iman dan kerohanian seorang Kristen serta memiliki perspektif yang benar akan
hidup. Kegiatan ini merupakan kunci utama dalam kehidupan kerohanian. Jika
gagal dalam Saat Teduh akan berdampak pada kehidupan sehari-hari. Biasanya
mereka yang gagal melakukan kegiatan rohani ini akan mudah tergoda untuk tidak
setia kepada Tuhan dan mudah melakukan dosa di tempat kerja, usaha dan
kehidupan.
Namun
yang paling dirasakan orang tersebut adalah ia akan kehilangan kesensitifan
rohani sebagai orang Kristen. Kegagalan saat teduh juga akan berdampak pada
kegagalan pada pembacaan Alkitab, doa, dan ibadah. Jika seandainya kegiatan
gereja seperti persekutuan dan ibadah masih diikuti, besar kemungkinan hal itu
telah menjadi suatu rutinitas, dengan tanpa adanya sentuhan rohani atau faedah
yang bisa dirasakan. Sebagai akibatnya, seandainya tidak beribadah atau tidak
berdoa sekalipun, ia tidak merasakan suatu perbedaan yang berarti. Inilah
gejala kemurtadan. Biasanya orang Kristen seperti ini harus digoncang suatu
malapetaka, kesulitan dan berbagai pergumulan hidup, baru kemudian akan kembali
merenungkan kasih dan kemurahan Allah.
PILAR #2: BERDOA SETIAP HARI
Kegiatan
paling penting dalam kehidupan orang Kristen di sepanjang masa adalah berdoa.
Berdoa merupakan suatu kegiatan rohani yang bisa dilakukan siapa saja, dan doa
sering diartikan sebagai nafas kehidupan rohani orang percaya. Jika orang-orang
Kristen banyak gagal membaca Alkitab dan menghadiri kebakatian dan persekutuan
di gereja karena berbagai alasan, tetapi tidak ada alasan apapun untuk bisa
berkata “saya tidak sempat berdoa.” Terkadang orang-orang Kristen memberikan
alasan untuk tidak mengikuti program gereja karena kegiatan yang sangat padat,
tetapi keyataannya mereka bisa menyisihkan waktu untuk menonton program TV
favorit atau pergi ke mall jalan-jalan. Dalam hal berdoa, tidak ada alasan yang
dapat diterima sehingga tidak sempat/bisa berdoa kecuali dengan satu alasan
penting yaitu “dia
bukan seorang percaya.” Dengan alasan
ini, siapapun bisa untuk tidak berdoa.
Ada
yang berpikir, ia sangat sibuk dan stres sehingga tidak sempat berdoa serta
tidak bergairah untuk berdoa. Orang seperti ini beranggapan doa itu merupakan
suatu beban atau salah satu kegiatan tambahan yang melelahkan. Ia tidak bisa
merasakan manfaat doa (Mat 11:28-30). Martin Luther ketika memulai reformasi
mengalami suatu kesulitan dan tekanan yang begitu besar serta penuh kesibukan
dan permasalahan, namun ia berkata semakin besar masalah yang ia hadapi semakin
ia berdoa. Ia bahkan berdoa 5 jam setiap harinya. Orang yang tidak merasakan
manfaat doa tidak akan berdoa dan tidak merasa perlu berdoa. Mereka yang
beralasan tidak sempat berdoa adalah mereka yang tidak mengerti apa itu doa.
Nabi Daniel dengan segala tuduhan yang diberikan kepadanya, justru ia terus
berdoa. Tidak ada yang bisa menghalangi orang percaya berdoa. Jika berhenti
berdoa sebagai orang Kristen maka sesungguhnya ia sudah menjadi orang Kristen
yang tidak memiliki nafas rohani (I Tes 5:17).
Jika
kehidupan doa seorang Kristen berlajan dengan lancar dan bukan suatu rutinitas,
akan tercipta suatu hubungan intim dengan Tuhan dimana ia merasakan suatu
kehangatan ketika berdoa atau manfaat doa itu begitu luar biasa dalam
kehidupannya. Ia akan merasa tidak bisa berbuat apa-apa jika tidak doa. Ia
merasakan sesuatu yang hilang dan kosong dalam dirinya ketika tidak berdoa.
Jika hal seperti ini terjadi, maka tetaplah berdoa dan menjalinlah hubungan
dengan Yesus dalam doa. Namun sebaliknya, ada banyak orang Kristen berdoa dan
berdoa tetapi kehilangan rasa keintiman dengan Tuhan, mereka tidak merasakan
apa-apa dalam hidup mereka sehingga doa menjadi suatu formalitas atau ritual
agama yang harus dilakukan.
Ingatlah,
ketika orang percaya berdoa kepada Kristus Yesus, ada suatu ekspresi perasaan,
keinginan, hasrat, kerinduan, kehausan dan emosi ketika menyampaikan doa. Jika
doa tidak mengandung hal-hal ini, maka doa itu tidak jauh berbeda dengan suatu
ucapan-ucapan ritual yang telah dihafalkan hingga selesai, dan sesudahnya orang
itu tidak merasakan kehangatan, gugahan atau keyakinan yang mendalam akan apa
yang didoakan. Orang Kristen seperti ini sering tertidur ketika berdoa.
Kapan
berdoa?
Bagi
orang Israel di zaman dulu, mereka memiliki waktu tertentu yang ditetapkan
untuk berdoa dalam sehari. Namun dalam Perjanjian Baru, berdoa itu tidak
dibatasi waktu. Memang ada saat-saat tertentu dimana ditentukan saat berdoa
khususnya ketika dalam suatu kebaktian dan persekutuan. Urutan dalam suatu
ibadah dan persekutuan itu penting untuk menciptakan suatu keteraturan.
Bayangkan jika tidak ada aturan, saat sebagian bernyanyi, ada yang tiba-tiba
berdoa dengan suara keras, atau saat mendengarkan khotbah, ada yang tiba-tiba
bernyanyi, maka yang timbul adalah kekacauan (1 Kor 12:31). Di luar dari suatu
program yang tersusun rapi, doa pribadi bisa dilakukan kapan saja sesuai dengan
gerakan Roh Kudus dalam diri setiap seorang percaya. Ketika seseorang ingin
pergi ke suatu tempat, ia bisa berdoa sebelum berangkat, ia bisa berdoa disaat
dalam perjalanan dan bisa berdoa ketika sudah tiba di tempat tujuan. Kapan pun
itu, ia bisa berdoa.
Doa
dalam hal ini tidak harus menutup mata dan melipat tangan serta mencari tempat
yang tenang, jauh dari keributan dan sebagainya. Ia cukup menenangkan hati,
memfokuskan diri pada Tuhan dan berdoa dalam hati. Semakin tinggi kerohanian
seseorang maka semakin tinggi keinginan dan dedikasinya untuk berdoa. Berdoa
tidak ada hubungannya dengan pendidikan teologia seseorang atau jabatan yang dipangku dalam gereja. Jika
anda ingin melihat tingkat kerohanian seseorang, maka lihatlah dari kehidupan
doa dan dedikasinya untuk berdoa dan bukan keterlibatan seseorang dalam
kegiatan-kegiatan gereja, meskipun sesungguhnya keduanya akan saling berkaitan.
Orang yang memiliki kehidupan doa yang sehat akan mau terlibat dalam berbagai
kegiatan gereja.
Dimana
harus berdoa?
Tuhan
Yesus berkata, “Tetapi
jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah
kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu”
(Mat 6:6). Perlu diketahui bahwa ayat ini tidak mengajarkan bahwa doa yang
berkenan kepada Tuhan adalah doa yang disampaikan dari kamar yang tertutup.
Coba pertimbangkan! Kanapa Yesus harus mengatakan ayat 6 tersebut? Karena
orang-orang Farisi suka berdoa di tempat-tempat terbuka agar orang lain melihat
mereka sebagai orang rohani (Mat 6:5). Tuhan Yesus ingin menghapus kesalahan
ini dengan mengatakan, jika berdoa jangan pamer tapi berdoalah kepada Tuhan di
tempat tersembunyi, di kamar tertutup. Harus diakui bahwa setiap orang percaya
memerlukan waktu khusus untuk berdoa. Khususnya para hamba-hamba Tuhan harus
mengkhususkan waktu untuk berdoa, berada di ruang doa atau di kamar khusus
untuk berdoa, atau di kamar sendiri.
Orang
Kristen terkadang harus menyendiri, menjauhkan diri dari kebisingan termasuk
dari keributan anak-anak mereka agar bisa berdoa. Menutup kamar untuk berdoa
merupakan salah satu yang bisa dilakukan dan memberitahukan kepada anggota
keluarga serta anak-anak mereka agar tidak ribut karena ada yang sedang berdoa
di kamar. Seorang ayah dan ibu yang ingin berdoa di kamar dan meminta anak-anaknya
untuk diam dan tenang, bukanlah suatu sikap pamer kerohanian, justru hal itu
akan mendidik anak-anaknya untuk menghargai mereka yang berdoa dan mengerti
bahwa ketika berdoa tidak bisa membuat keributan. Saat-saat menyepi untuk
berdoa sangat dibutuhkan khususnya ketika sedang berpuasa. Mereka yang
mengemban tugas rohani di gereja sebagai pendeta, guru injil, majelis gereja
dan lain-lain, waktu menyepi di kamar untuk berdoa merupakan sesuatu yang
mutlak dilakukan.
Namun
harus digarisbawahi bahwa berdoa dikamar bukanlah suatu ajaran satu-satunya
dalam Alkitab. Paulus berkata, “Tetaplah berdoa” (1 Tes 5:17). Ayat ini memberikan suatu perintah bahwa
berdoa harus dilakukan terus menerus (sesering mungkin). Ayat ini juga
memberikan penegasan bahwa berdoa itu bisa dilakukan dimana saja meskipun tidak
harus pamer kepada orang lain. Berdoa dengan menenangkan hati bisa dilakukan
meskipun sedang berada dalam mobil, bus, pesawat dan lain-lain. Berdoa bisa
dilakukan meskipun tidak menutup mata atau tidak berada dalam sebuah kamar
khusus karena berdoa bisa dilakukan dalam hati. Berdoalah selalu karena itulah
perintah.
PILAR #3: IBADAH DAN PERSEKUTUAN
Keberhasilan
seorang atau keluarga Kristen dalam kehidupan doa akan membawa pengaruh yang
luar biasa dalam kehidupannya. Satu hal yang pasti adalah IA AKAN MENGIKUTI
IBADAH DAN PERSEKUTUAN di rumah Tuhan (Ibr 10:24-25). Mereka yang memiliki
hubungan yang baik dengan Tuhan akan menyadari tanggungjawabnya untuk menyembah
Tuhan di rumah Tuhan pada hari Tuhan. Kebaktian Minggu akan menjadi suatu hari
yang ditunggu-tunggu orang yang suka berdoa. Ia akan senang datang ke gereja
untuk beribadah dan menyembah Allah. Ia memiliki suatu kehausan untuk
beribadah. Ia merasa damai dan tenang ketika menyembah Allah karena ia tahu telah
melakukan apa yang dikehendaki Allah. Orang percaya sedemikian tidak akan
pernah meninggalkan KEBAKTIAN Minggu.
Apapun
yang terjadi dalam hidupnya, selagi ia bisa berjalan dan berdiri menuju rumah
Tuhan, ia akan bangkit untuk beribadah. Hujan dan guntur yang menyambar
sekalipun tidak akan pernah menghalanginya untuk mencari wajah Tuhan di rumah
Tuhan. Namun sebaliknya, mereka yang gagal dalam kehidupan doa akan sering
meninggalkan Kebaktian Minggu. Orang-orang seperti ini hanya akan mencari Tuhan
ketika mereka dalam keadaan sakit, bahaya, malapetaka, berduka dan lain-lain.
Orang-orang seperti inilah yang dikatakan sebagai orang-orang yang tidak
bertumbuh meskipun sudah lama menjadi orang Kristen tetapi hanya bisa memakan
susu firman Allah dan bukan daging keras firman Allah. Melihat lamanya menjadi
orang Kristen, sudah sepatutnya menjadi pengajar dalam perkumpulan orang-orang
Kristen tetapi itu tidak pernah terjadi karena mereka tidak bertumbuh (Ibr
6:11-14).
Setelah
menyadari tanggungjawabnya sebagai orang Kristen dengan mengikuti Kebaktian
Minggu dengan penuh dedikasi dan komitmen maka ia akan memiliki komitmen untuk
mengikuti persekutuan-persekutuan yang diselenggarakan gereja seperti
persekutuan doa, persekutuan keluarga, persekutuan wanita, persekutuan-persekutuan
lainnya. Namun sebaliknya mereka yang gagal berdedikasi menghadiri Kebaktian
Minggu, akan tidak berkomitmen untuk mengikuti persekutuan-persekutuan lain
yang diselenggarakan gereja. Meskipun sesekali hadir pada persekutuan tertentu,
hal itu bukanlah karena keinginannya sendiri tetapi mungkin karena desakan
teman-temannya yang secara terpaksa harus dihadiri.
Ada
juga orang yang rajin mengikuti berbagai persekutuan dan program gereja bukan
karena merasakan manfaatnya tetapi karena sebagai anggota majelis gereja atau
pengurus dalam persekutuan sehingga harus menjaga reputasinya sebagai salah
satu pemimpin, tetapi jauh dalam hatinya yang paling dalam, jika ada pilihan ia
akan mimilih tidak menghadiri program tersebut. Di pihak lain, ada juga orang yang
begitu giat dalam berbagai program gereja, hampir menghadiri semua program
gereja setiap minggunya, namun ia melakukannya karena ingin menghindar dari
permasalahan dan pergumulan yang ia miliki di rumahnya seperti masalah
keluarga, suami isteri, perusahaan, pribadi dan lain-lain. Ia menemukan gereja
itu bisa menjadi tempatnya untuk melupakan sejenak semua permasalahannya. Dari
semua permasalahan diatas, dasar kegagalan seperti ini terletak pada kegagalan
dalam kehidupan doa orang tersebut. Jadi yang harus diperbaiki bukanlah
menghadiri berbagai persekutuan tetapi kehidupan doanya sehari-hari.
Kebaktian
Keluarga
Keluarga
Kristen yang mencintai Tuhan dan berkomitmen untuk bertumbuh biasanya bukan
hanya membaca firman Allah, melakukan renungan saat teduh, menghadiri kebaktian
minggu, dan mengikuti persekutuan-persekutuan di gereja, tetapi juga
berkeinginan lebih dekat kepada Tuhan sebagai satu keluarga dan melakukan yang
dinamakan dengan “kebaktian
keluarga setiap hari.” Kebaktian keluarga ini sangat populer di masa Puritan dan
hasilnya, masa itulah puncak keberjayaan kekristenan dalam hal pembinaan
keluarga Kristen. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum
anak-anak pergi sekolah, dan ada juga yang melakukannya di malam hari sebelum
mereka tidur. Mereka bernyanyi, berdoa bersama, membaca Alkitab dan merenungkan
firman Allah.
Jika
saat teduh dan membaca Alkitab dilakukan orang per orang, suami bersaat teduh
sendiri, isteri melakukannya sendiri, anak-anak melakukannya sendiri, maka
kebaktian keluarga merupakan kebaktian yang dilakukan oleh satu keluarga itu
dan dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang sekaligus sebagai
pemimpin rohani keluarga itu. Pada kesempatan seperti ini, si ayah akan
menuntun anak-anaknya untuk hidup dengan benar sebagai orang Kristen yang
percaya pada Yesus. Suami dan isteri bukan hanya memperhatikan pendidikan
formal anak-anaknya tetapi juga kerohanian mereka melalui kebakdwtian seperti
ini. Kesempatan seperti ini juga menjadi masa yang baik untuk mengamati apakah
anak-anak mereka sudah sungguh-sungguh percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat mereka. Jika suami dan isteri di sini menjadi pemimpin untuk
anak-anak mereka, sudah seharusnya mereka memiliki kerohanian dan pengetahuan
firman Allah yang lebih tinggi dari anak-anak mereka.
Dalam
hal ini, suami juga berperan sebagai pemimpin rohani bagi isterinya dimana ia
harus memperhatikan kerohanian isterinya agar tetap bertumbuh dalam Tuhan. Bagi
para isteri yang memiliki suami yang belum percaya pada Kristus akan memiliki
pergumulan dan permasalahan untuk melakukan kegiatan ini karena belum tentu
bisa melakukan kebaktian keluarga seperti ini, bahkan sekalipun suaminya
mengizinkannya, sang isteri akan berperan sebagai pemimpin rohani untuk
anak-anaknya. Kebaktian keluarga merupakan waktu yang khusus bagi setiap
keluarga untuk bersama-sama bertumbuh dalam Tuhan dan saat yang baik untuk
memantau pertumbuhan iman dan kerohanian anggota keluarga. Sangat disayangkan
kegiatan ini sudah jarang ditemukan dalam keluarga Kristen sekarang ini bahkan
dalam keluarga pendeta, guru injil dan majelis gereja.
PILAR #4: PEMAHAMAN ALKITAB SECARA PRIBADI
Setelah
seseorang berkomitmen dan berdedikasi untuk membaca Alkitab dan saat teduh (Maz
1:2) dan teruji paling sedikitnya telah berlangsung satu tahun penuh, baru
kemudian ia akan berdedikasi untuk melaksanakan pemahaman Alkitab (PA) pribadi.
Jika pada pilar pertama diatas saja ia masih gagal, ia tidak akan mungkin bisa
melakukan pilar keempat ini.
Pemahaman
Alkitab pribadi ini biasanya dilakukan mereka yang ingin benar-benar bertumbuh
dalam iman dan kerohanian (2 Tim 2:15). Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh
mereka yang berkomitmen sebagai satu keluarga dimana suami, isteri dan
anak-anak mereka ikut berdiskusi dalam merenungkan dan mendiskusikan bagian
firman Allah. Biasanya kegiatan ini bisa dilakukan pada malam hari atau setelah
kebaktian keluarga. Pelaksanaan kegiatan ini biasanya mengikuti buku panduan
jika masih pemula dalam hal kekeristenan atau dalam melaksanakan kegiatan ini.
Tetapi jika sudah semakin dewasa, mereka bisa memilih bagian firman Allah
tertentu untuk dipelajari bersama-sama. Dalam hal ini suami sebagai pemimpin
keluarga dan sekaligus pemimpin rohani dalam rumah tangga akan bertanggungjawab
dalam pelaksanaannya. Kegiatan ini tidak harus dilakukan setiap hari tetapi
bisa memilih hari-hari tertentu sebagai hari pendalaman Alkitab pribadi. Jika
hal ini terlaksana dengan baik maka kegiatan ini juga akan sangat bermanfaat
dalam pembinaan kerohanian setiap anggota keluarga.
Membaca
buku rohani
Hal
yang tidak kalah pentingnya dalam membangun iman dan kerohanian seseorang
adalah membaca buku-buku rohani. Namun tidak semua buku-buku rohani Kristen itu
baik. Ada buku-buku yang bisa merusak iman dan kerohanian karena isi buku-buku
itu bertentangan dengan apa yang diajarkan Alkitab. Untuk itu dibutuhkan
petunjuk dan panduan buku-buku apa saja yang boleh dibaca. Membeli
buku-buku rohani di toko buku memang sangat mudah tetapi mendapatkan buku yang
berbobot dan bagus tidak semudah yang dibayangkan. Judul dan sampul yang
menarik belum tentu mencerminkan ajaran Alkitabiah yang benar. Oleh karena itu
barangsiapa yang ingin membaca buku-buku rohani harus berhati-hati dan memiliki
prasupposisi bahwa hanya ALKITAB yang benar dan setiap buku yang tidak sejalan
dan harmonis dengan ajaran Alkitab harus ditolak (ref. Rom 3:4).
Ketika
membaca buku-buku rohani, seseorang itu dituntut memiliki suatu fondasi yang
kuat. Jika ia seorang Kristen baru, seharusnya jangan membaca sembarang
buku-buku rohani karena itu bisa merusak pertumbuhan imannya. Namun jika sudah
semakin dewasa dan memiliki fondasi pengertian teologis yang sudah semakin kuat
melalui pembacaan Alkitab dan saat teduh yang teratur, ia bisa membaca
buku-buku rohani yang lebih bersifat isu-isu gerejawi sehingga ia tahu apa yang
sedang terjadi dalam kekristenan sekarang ini. Tetapi jika ada keraguan akan
buku apa saja yang bisa/perlu dibaca, akan lebih berhikmat jika meminta
petunjuk dari hamba Tuhan atau pendetanya demi tercapainya kerohanian yang
dewasa. Seorang yang telah memiliki fondasi teologis yang kuat, bisa membaca
buku rohani apa saja dengan pendekatan kritis dimana Alkitab adalah
satu-satunya kebenaran mutlak dan segala sesuatu yang bertentangan dan
kontradiksi dengan Alkitab harus tolak. Ajaran yang merendahkan dan meremehkan
Alkitab harus dibuang dan ditolak.
KESIMPULAN
Apakah
anda sudah lebih mengerti kondisi keadaan iman dan kerohanian anda saat ini?
Apa yang harus anda lakukan untuk memperbaiki kelemahan dan kegagalan anda?
Kiranya pembaca mau mendedikasikan diri dan membenahi kehidupan kerohaniannya
dengan mengikuti pilar-pilar utama pertumbuhan kerohanian dan iman ini.
sumber: teologia.mystudylight.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar