[by
samson h]
Doktrin akhir zaman sering dianggap sebagai ajaran yang hanya layak dibicarakan
dan dikonsumsi di sekolah teologia. Ada
suatu pemikiran keliru bahwa ajaran ini sulit dipahami kaum awam. Mungkin
inilah salah satu sebab kenapa doktrin akhir zaman sangat jarang terdengar
dalam khotbah-khotbah yang dikumandangkan dari mimbar gereja. Paling tidak
inilah yang menjadi pengalaman pribadi penulis selama mengikuti kebaktian di
gereja-gereja Indonesia. Bahkan gereja-gereja injili yang mimiliki ciri khas
kuat tentang doktrin kedatangan Yesus kedua kalinya pun sangat jarang
mengkhotbahkan doktrin akhir zaman secara sistematis. Memang tidak dipungkiri
di sana-sini sering disinggung dalam khotbah bahwa Yesus akan segera datang
tetapi penjelasan secara rinci dan sistematis sangat jarang dikumandangkan.
Jikalau ada khotbah membahas doktrin ini, sering hanya sebatas penjelasan
singkat dan tidak berkelanjutan. Bahkan teks firman Tuhan dalam 2 Tesalonika
3:13-18 sering dikhotbahkan hanya sebatas konteks ajaran doktrin kebangkitan
saja dan tidak memaparkan lebih dari itu.
Sehubungan
dengan fakta di atas, timbul beberapa pertanyaan mendasar yang perlu ditelaah.
(1) Apa yang membuat banyak hamba-hamba Tuhan tidak mengkhotbahkan doktrin
akhir zaman pada kebaktian minggu secara rinci dan sistematis? (2) Apa benar
doktrin akhir zaman hanya merupakan santapan mereka yang duduk di bangku kuliah
sekolah teologia? (3) Apa benar doktrin akhir zaman sangat sulit ditelaah dan
dimengerti umat Tuhan? (4) Apakah ada cara mudah mengerti doktrin akhir zaman?
(5) Bagaimana mempelajari Kitab Wahyu dengan mudah dan jelas? Jawaban
pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting untuk membantu mereka yang rindu
mengerti firman Allah.
Artikel
ini mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan yang diungkapkan di atas
dan menawarkan cara termudah atau pendekatan dasar untuk mempermudah kaum awam
mengerti doktrin akhir zaman. Penulis memiliki keyakinan sejati bahwa setiap
doktrin dalam Alkitab harus diberitakan dan diajarkan. Gereja tidak bisa
menonjolkan yang satu dan mengabaikan yang lain. Apapun doktrin atau ajaran
dalam Alkitab harus dijunjung tinggi dan dipahami umat Tuhan karena tidak ada
firman Allah yang tidak bermanfaat. Semua firman Allah memiliki maksud dan
tujuan yang telah direncanakan Allah sendiri. Paulus meringkas hal itu dalam
sebuah kesimpulan dengan barkata,
“Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian
tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius 3:16-17).
Pernyataan
ini mutlak dimana setiap firman Allah itu direncanakan Allah untuk memberikan
manfaat bagi umatNya termasuk hal akhir zaman.
Untuk
itu sebagai orang percaya yang menjunjung tinggi firman Allah sebagai kebenaran
yang diperuntukkan bagi umat Allah, sudah selayaknya umat Kristen tidak
mendiskriminasi suatu ajaran dalam Alkitab. Umat Kristen tidak bisa hanya
menonjolkan unsur kasih sebagai doktrin penting yang harus diajarkan gereja tetapi
mengabaikan banyak dokrin lainnya dalam Alkitab. Harus diakui, doktrin kasih
memang penting dan harus diajarkan serta diaplikasikan dalam hidup orang
percaya tetapi harus ada keseimbangan dalam menekankan dan mengajarkan suatu
doktrin dalam firman Allah karena semua firman Allah itu penting dan tak
satupun bisa dianggap kurang penting atau kurang bermanfaat. Oleh karena itu
demi mencapai tujuan ini, sangat dibutuhkan suatu pendekatan atau pengajaran
bagaimana bisa mengerti firman Allah yang dianggap sulit ditelaah dan dipahami.
Dalam
kesempatan ini, penulis merasa bahwa doktrin akhir zaman merupakan doktrin yang
sering didiskriminasikan dalam pemberitaan firman Allah karena adanya suatu
anggapan bahwa ajaran ini sangat sulit untuk dipahami. Penulis ingin
menghilangkan paradigm ini dan menawarkan pendekatan khusus yang dirasa bisa
mendobrak kebuntuan yang dianggap tembok kesulitan dalam mengerti doktrin ini.
GEREJA DAN ISRAEL
Bagaimana
seseorang bisa mengerti doktrin akhir zaman dengan mudah? Satu cara terbaik
untuk sampai pada tujuan ini adalah dengan memiliki pengertian yang baik
tentang doktrin Gereja dan Israel. Yang mendasari pemikiran ini adalah bahwa
doktrin akhir zaman tidak terlepas dari dua isu penting ini yaitu Gereja dan
Israel. Dengan demikian, siapapun yang ingin mengerti doktrin akhir zaman harus
memahami aspek-aspek dari kedua doktrin tersebut. Bahkan adanya
perbedaan-perbedaan pandangan tentang doktrin akhir zaman keseluruhannya
didasari perbedaan pandangan dalam doktrin Gereja dan Israel. Adanya kelompok paham amileniaslime,
postmilenialisme, historik pramilenialisme dan pramilenialisme, kesemuanya
mendasari perbedaannya dalam pengertian tentang doktrin Gereja dan Israel.
Perlu
diketahui bahwa keempat kelompok diatas memiliki pandangan yang bebeda tentang
doktrin akhir zaman. Namun perbedaan yang dimiliki bukan hanya pada aspek
kronologis kedatangan Yesus Kristus kembali tetapi juga perbedaan pandangan
tentang doktrin Israel dan gereja. Sehubungan dengan fakta ini,doktrin Israel dan Gereja harus dipahami terlebih dahulu sebelum
membicarakan doktrin akhir zaman. Ketidaksempurnaan pembahaman seseorang
tentang kedua ajaran ini akan sangat mempengaruhi tingkat pengertian dan
pemahamannya dalam mempelajari doktrin akhir zaman dan Kitab Wahyu.
Doktrin Gereja
Apa itu
gereja? Dan kapan gereja mulai ada? Kedua pertanyaan ini merupakan pertanyaan
penting yang harus dipahami umat percaya.
Kata “gereja” berasal dari kata Yunani “ekklesia” yang artinya “kumpulan,” “kelompok.” Dilihat dari
pembentukan kata “ekklesia”, kata ini berasal dari penggabungan dua kata yaitu “ek” yang berarti “keluar” atau “keluar dari” dan kata kerja “kaleo” yang berarti “memanggil” atau “dipanggil.” Jika kedua kata
ini digabung maka kata “ekklesia” memiliki arti
harfiah sebagai “yang
dipanggil keluar.” Jadi gereja adalah
kelompok atau kumpulan orang yang dipanggil keluar dari dunia yang penuh dosa.
Gereja berbeda dengan dunia ini karena gereja itu kumpulan orang-orang yang
telah dikuduskan Allah, mereka adalah kelompok orang kudus. Itulah sebabnya
gereja tidak sama dengan dunia ini dan tidak bisa mengikuti keinginan dunia ini
karena telah dipanggil keluar dari cara dan pola hidup dunia yang penuh dosa.
Itulah sebabnya Yesus dalam doa syafaatNya di taman Getsemane,
“Aku berdoa untuk mereka. Bukan
untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu . . . . Dan Aku tidak ada lagi di dunia
ini, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadamu . . . .
Aku telah memberitakan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka,
karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia . . . .
Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia” (Yohanes 17:9-16).
Paulus
bahkan memberitahukan bahwa gereja itu berbeda dari dunia ini dan gereja harus
memisahkan diri dari dunia ini meskipun mereka masih ada dalam dunia ini.
Gereja harus hidup kudus dan tidak sama seperti dunia ini. Paulus berkata,
“Janganlah kamu merupakan pasangan
yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya. Sebab persamaan
apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang
dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus
dengan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang
tidak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah
bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: Aku akan diam bersama-sama
dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka dan Aku akan menjadi Allah
mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah
menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi
Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan
demikianlah firman Tuhan, yang Mahakuasa. Saudara-saudara yang kekasih, karena
kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari
semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan
kekudusan kita dalam takut akan Allah” (2
Korintus 6:14-7:1).
Ayat-ayat
diatas jelas memberitahukan bahwa gereja itu berbeda dengan dunia ini meskipun
pada awalnya anggota gereja itu bagian dari dunia ini tetapi mereka telah
dipanggil keluar dari dunia menjadi kelompok orang-orang kudus yang berkenan
kepada Allah sehingga mereka bukan lagi milik dunia ini tetapi milik Allah.
Gereja adalah kumpulan orang-orang kudus yang memiliki keyakinan penuh bahwa
mereka telah percaya pada Yesus dan lahir baru.
Gereja Universal
Dari
pernyataan Yesus dalam doa syafaatNya (Yohanes 17:9-16), timbul suatu
pertanyaan penting bagi orang Kristen sekarang ini. Kapankah gereja mulai ada?
Apakah gereja sudah ada di Perjanjian Lama dan pada masa Yesus Kritus? Di
sinilah salah satu letak perbedaan pandangan kelompok Kekristenan. Ada kelompok
yang berkata, gereja sudah ada di Perjanjian Lama dan ada juga yang berkata
gereja baru berdiri setelah hari Pentakosta. Kelihatannya memang sangat
sederhana tetapi keyakinan kapan berdirinya gereja juga berkaitan erat dengan
doktrin hari zaman.
Secara
singkat jika menyimak apa yang disampaikan Yesus dalam doa syafaatNya, sangat
jelas bahwa Yesus mendoakan mereka yang telah percaya kepadaNya sebagai Tuhan
dan juruselamat, dan mereka itulah umat Allah. Namun jika kelompok umat percaya
ini dikatakan sebagai gereja, bisa dipastikan bahwa institusi gereja pada masa
itu belum berdiri (terbentuk) seperti yang ada sekarang ini. Hal ini juga
dibuktikan dengan adanya pernyataan Yesus yang memberitahukan bahwa Gereja
adalah institusi yang akan didirikan kemudian (tidak di masa hidup Yesus)
seperti yang dicatat dalam Matius 16:18,
“Dan Aku pun berkata kepadamu:
Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku
dan alam maut tidak akan menguasainya.”
Kata “jemaat” dalam ayat diatas adalah kata “ekklesia” dalam bahasa Yunani yang berarti “gereja.” Dan “batu karang” menunjuk pada
diri Yesus sendiri sebagai batu penjuru gereja. Jadi terlihat dengan jelas
bahwa institusi gereja di masa Tuhan Yesus belum berdiri. Namun jika “jemaat”
yang dimaksudkan Yesus dalam doa syafaatNya menunjuk pada umat Israel, adalah
sesuatu yang bertolakbelakang dengan fakta (kenyataan) karena orang Israel
menolak dan bahkan menyalibkan Yesus. Di samping itu, Israel sudah berdiri
sebagai satu institusi sementara Yesus menyampaikan suatu jemaat yang akan
didirikan kemduian. Jadi bisa disimpulkan bahwa umat yang didoakan Yesus pada
saat itu di taman Getsemani bukan umat Israel (sebagai suatu bangsa) dan bukan
gereja (sebagai gereja lokal seperti yang ada sekarang ini) tetapi kumpulan
umat percaya yang sungguh-sungguh mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat mereka (mereka masih menyembah Allah sesuai dengan cara ibadah
Israel dan beribadah di Bait Allah). Jika memang kelompok ini bukan umat Israel
(sebagai bangsa) dan juga bukan gereja (karena belum berdirinya gereja lokal
seperti sekarang ini), apakah nama kelompok orang percaya ini? Ini merupakan
pertanyaan penting yang menuntut suatu jawaban.
Mengingat
definisi gereja yang diberikan di atas dan mengingat bahwa Yesus adalah
satu-satunya Tuhan dan Juruselamat di sepanjang masa (Yohanes 14:6) dimana
tidak ada yang sampai ke sorga tanpa percaya pada Tuhan Yesus, baik itu di
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka bisa disimpulkan bahwa kelompok umat
percaya pada Yesus Kristus di sepanjang sejarah dunia (Perjanjian Lama dan baru
hingga sekarang ini) tergabung dalam suatu wadah yang dinamakan sebagai GEREJA
YANG TIDAK KELIHATAN ATAU GEREJA UNIVERSAL. Jemaat gereja yang tidak kelihatan
ini adalah mereka yang sungguh-sungguh percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamatnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun Allah memilih Israel sebagai
bangsa yang khusus yang dipakai Allah dalam menggenapi rencanaNya, tidak
berarti umat Israel secara keseluruhan menjadi orang-orang percaya kepada
Yesus. Umat Israel tidak otomatis sebagai umat percaya karena ada yang menolak
dan membrontak tetapi mereka yang sungguh-sungguh percaya menjadi bagian atau
anggota dari gereja universal ini. Sama seperti gereja lokal sekarang ini
dimana tidak semua yang telah menjadi anggota gereja itu benar-benar memiliki iman pada Yesus. Ada orang datang ke gereja dengan berbagai
motif dan maksud dan mereka tidak percaya. Orang-oragn sedemikian tidak
termasuk dalam keanggotaan gereja universal. Jadi gereja universal itu adalah
gereja yang tidak mengenal denominasi atau organisasi tetapi mereka adalah
orang-orang yang sungguh-sungguh percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. Penganut sistem Teologia Perjanjian (Covenant Theology) mempercayai
hal ini, namun tidak demikian bagi mereka yang menganut sistem Teologia
Dispensasional (Dispensational Theology), mereka tidak mengakui pemakaian
istilah gereja universal atau gereja tidak kelihatan ini. [Kedua sistem
teologia ini sangat bertolak belakang dalam doktrin Gereja, Israel, dan doktrin
akhir zaman].
Mengacu
pada pernyataan Yesus dalam Matius 16:18 mengindikasikan bahwa jemaat yang
dimaksud Yesus di situ bukanlah gereja universal (tidak kelihatan) ini, tetapi
institusi gereja lokal seperti yang kelihatan sekarang ini di berbagai gereja.
Di masa Tuhan Yesus, gereja seperti itu belum ada dan Yesus berkata bahwa itu
masih akan didirikan (masa setelah Yesus) karena hingga kematian Yesus gereja
seperti itu belum berdiri.
Gereja Lokal
Lalu kapankah
gereja lokal itu berdiri? Gereja lokal berdiri setelah Yesus naik ke sorga
yaitu pada hari Pentakosta. Jika sebelum kenaikan Yesus ke sorga mereka yang
percaya pada Yesus masih tetap beribadah di Bait Allah (di Yerusalem) dan rumah
ibadat Israel (sinagoge) bahkan Yesus sendiri acap kali mengikuti ibadah di
tempat-tempat tersebut. Namun setelah hari Pentakosta terlihat adanya pemisahan
antara ibadah umat Israel dan umat percaya pada Yesus Kristus. Kelompok
pengikut Kristus tidak beridah bersama-sama lagi dengan umat Israel secara
keseluruhan tetapi memiliki tempat ibadah sendiri dan bahkan cara ibadahnya
juga berbeda serta kegiatan yang dilakukan dalam setiap kegiatan rohani juga
berbeda. Gambaran perbedaan ini terlihat jelas dalam tulisan Lukas dalam Kisah
Para Rasul 2:41-47,
“Orang-orang yang menerima
perkataannya itu member diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah
kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan
dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan
berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan
banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap
bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada
dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua
orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati
mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di
rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan
dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah
jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”
Inilah
yang menjadi awal berdirinya gereja lokal.
Jadi
ketika Yesus menjanjikan pendirian institusi jemaat (gereja) yang dicatat dalam
Matius 16:18, itu merupakan pendirian jemaat lokal yang berdiri setelah pada
hari Pentakosta dan yang berlanjut hingga sekarang ini. Gereja yang kelihatan
sekarang (terdiri dari berbagai denominasi) adalah GEREJA LOKAL yang merupakan
perwujudan dari janji atau nubuat Kristus.
DOKTRIN ISRAEL
Eksistensi Israel Sebagai Bangsa
Berdirinya
gereja lokal sebagai institusi baru tentu memberikan indikasi bahwa Allah pada
mulanya telah memiliki rencana dan program khusus bagi GEREJA LOKAL ini, sama
seperti rencana dan program Allah bagi Israel. Bukan karena terdesak atau gagal
dalam programnya bagi Israel sehingga Allah harus mendirikan institusi baru
yang dikenal dengan gereja. Tuhan Pencipta langit dan bumi telah merencanakan
segala sesuatu sebelum dunia dijadikan. Dia adalah Allah yang mahatahu dan
sempurna, yang mengetahui segala sesuatu jauh sebelum segala sesuatunya
terjadi. Oleh karena itu bisa dipastikan bahwa gereja itu sudah dalam program
Allah sejak permulaan, hanya saja Allah baru menyatakan hal itu kepada manusia
di kemudian hari.
Seperti
diketahui, Allah telah menyatakan rencanaNya bagi Israel dan memakainya menjadi
alat Allah dalam menggenapi janji-janji-Nya. Israel sebagai bangsa pilihan
Allah dipakai untuk menggenapi rencanaNya bagi dunia. Meskipun Israel selalu
memberontak kepada Allah, Allah panjang sabar dalam menuntun Israel. Namun
ketidaktaatan dan pemberontakan membuat Israel mendapatkan ganjaran dan
hukuman. Punjak pemberontakan terjadi ketika Israel menyalibkan Yesus. Namun
ketidaktaan, kejahatan dan pemberontakan mereka tidak serta merta membuang
Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Justru ketidaktaatan dan pemberontakan
Israel, akhirnya Allah memberitahukan suatu misteri (rahasia) yang selama ini
tidak diketahui manusia bahwa Allah telah merencanakan berdirinya sebuah
institusi baru, gereja.
Seperti
diberitahukan sebelumnya, rencana pendirian institusi baru (gereja) ini bukan
rencana dadakan atau plan B (karena kegagalan plan A, Israel), tetapi itu sudah
dalam rencana dan program Allah sebelum dunia dijadikan. Kegagalan dan
pembrontakan Israel dengan menyalibkan Yesus merupakan suatu momen tepat dalam
program Allah untuk merealisasikan dan menggenapi janji Kristus (ref. Matius
16:18). Inilah yang diungkapkan Paulus ketika memberitahukan awal mula
berdirinya gereja lokal dalam Efesus 3:5-6,
“5Yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan
kepada anak-anak manusia, tetapi sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada
rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus.”
Apa
yang tidak diberitahukan di zaman dulu, di masa Israel? Jawabnya, ayat 6,
“6yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi (gereja lokal),
karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh
dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.”
Ayat
ini menunjukkan bahwa pada mulanya Allah memiliki dua rencana khusus dan
dinyatakan secara progresif dalam Alkitab yaitu program untuk Israel, dan
program untuk Gereja. Dengan demikian gereja itu bukan pengganti Israel atau
plan B Allah karena rencana awalnya (plan A: Israel) tidak berhasil (gagal).
Allah itu tidak seperti manusia yang selalu gagal dalam berbagai rencana dan
programnya. Allah itu merencanakan segala sesuatu dengan sempurna, jika tidak
demikian Ia bukanlah Allah.
Tidak
ada yang menyangkal fakta bahwa Israel telah melakukan berbagai kejahatan dan
pemberontakan terhadap Allah. Pembrontakan yang dilakukan itu telah diganjar
dengan berbagai jenis hukuman termasuk membuang Israel ke Babilonia. Namun,
hukuman itu pun tidak membuat Israel bertobat. Mereka justru menyalibkan Yesus,
Mesias Israel. Pembrontakan ini tentu tetap mendapatkan ganjaran dan hukuman.
Sebagian dari ganjaran itu telah disampaikan Yesus semasa hidupNya. Yesus
menyampaikan bahwa kota dan Bait Allah yang dibanggakan orang Yahudi akan
dihancurluluhkan seperti dicatat dalam Matius 24:1-2,
“Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka
datanglah murid-murid-Nya dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Ia
berkata kepada mereka, Kamu melihat semunya itu? Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya tidak satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu
yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
Artinya
kota Yerusalem dan bait Allah akan dihancurkan dan bangsa Israel akan bercerai
berai dan tersebar ke berbagai belahan dunia.
Kapankah
nubuat Yesus ini terjadi? Fakta sejarah menunjukan bahwa nubuat ini tidak
langsung digenapi Yesus semasa hiduNya. Tidak juga setelah kebangkitanNya atau
sebelum kenaikanNya ke surge. Nubuat ini baru digenapi setelah hampir 40 tahun
setelah kenaikan Yesus ke surga yaitu pada tahun 70 Masehi. Pada tahun ini,
dibawah pimpinan Jenderal Titus, Yerusalem dan bait Allah dihancurkan luluhkan.
Kejadian itu memaksa orang-orang Israel melarikan diri ke berbagai penjuru
dunia dalam penyelamatan diri. Israel terpencar ke seluruh belahan dunia hingga
Negara Israel itu sendiri hampir tak berpenghuni. Mulai masa inilah
bangsa-bangsa Arab memasuki tanah Israel dan menetap di di sana. Sedangkan
orang-orang Israel tersebar ke berbagai Negara Eropa, Afrika, Amerika bahkan
Asia dan Australia. Sejak tahun 70 Masehi itu tidak ada lagi Negara yang
bernama Israel.
Yang
menjadi pertanyaan, apakah Allah telah membuang Israel karena menyalibkan
Yesus? Hingga pada awal abad ke 20 atau hingga tahun 1900 an, jawaban para
teolog pada umumnya adalah Israel telah dibuang dan Allah tidak tertarik lagi
dengan Israel. Namun pandangan ini sebenarnya merupakan pandangan yang tidak
didasarkan pada Firman Allah. Hanya karena bangsa Israel tidak berdiri lagi
sebagai suatu bangsa dan Negara, maka Israel dianggap telah dibuang Allah.
Namun apakah Alkitab mencatat bahwa Israel telah dibuang Allah? Jawaban yang
pasti adalah bahwa tidak ada ayat firman Allah yang menyatakan secara eksplisit
bahwa Israel telah dibuang untuk selamanya. Tetapi Paulus dalam kitab Roma
menjelaskan bahwa Allah tidak pernah berencana membuang Israel. Allah memang
menghukum siapa saja yang telah melakukan kesalahan dan dosa termasuk Israel.
Tetapi rencana Allah yang agung tidak akan pernah gagal. Allah akan menggenapi
janji-janjiNya dengan sempurna.
Perhatikan
perkataan Paulus tentang Israel dalam Roma 11:11-12,
“Maka aku bertanya: Adakah mereka
tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka
cemburu. 12Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan
kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi
kesempurnaan mereka.”
Paulus
bertanya, “Adakah
mereka (Israel) tersandung dan harus jatuh”?
Kata “tersundung” dan “jatuh” di sini bukan seperti
yang diartikan sehari-hari tetapi ini adalah istilah yang diperhalus dan
sebenarnya pernyataan ini memiliki arti, “apakah Allah akan membuang Israel dan tidak dipulihkan lagi
karena perbuatan dosa dan pembrontakan mereka? Kalimat ini juga merupakan suatu pernyataan keberatan
(objection – instruksi dalam sebuah pengadilan). Dengan menyadari bahwa Israel
telah menolak Mesias dan tersandung, apakah Allah merencanakan Israel dibuang
dari kasih karunia dan program Allah? Paulus menjawab, sekali-kali tidak.
Kelompok
tertentu beranggapan bahwa Israel yang dimaksud dalam ayat ini bukan bangsa
Israel tetapi gereja karena anggapan Israel telah digantikan gereja. Namun
konteks ayat tersebut tidak mengindikasikan arti sedemikian karena frase
selanjutnya tidak menunjukkan hal itu, “Tetapi oleh pelanggaran mereka (Israel), keselamatan telah
sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya mereka (Israel) cemburu.” Jika Israel memang benar-benar sudah digantikan gereja,
dan Israel sudah tidak ada lagi dalam rencana Allah, untuk apalagi membuat
Israel cemburu? Tetapi justru sebaliknya, ayat ini memberikan pengukuhan bahwa
Israel itu sedang berada dalam penghukuman Allah. Namun dalam ayat yang sama
juga terdapat suatu petunjuk akan rencana Allah untuk bangsa-bangsa lain selain
dari bangsa Israel yang dikenal dengan gereja (terdiri dari berbagai suku-suku
bangsa dan bahasa).
Lalu
perhatikan ayat 11b,
“Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai
kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu.”
Oleh
karena Israel telah melakukan kesalahan dan pelanggaran, maka Allah menyatakan
rencana keselamatan bagi bangsa-bangsa lain, suatu rencana yang telah Allah
tetap sebelum dunia dijadikan. Kenapa Allah harus menyatakan rencana dan
program ini bertepatan dengan kegagalan dan pelanggaran Israel menyalibkan
Mesias mereka? Paulus memberitahukan tujuannya, agar bangsa Israel menjadi
CEMBURU. Roma 11:11b memberikan indikasi kuat bahwa eksistensi gereja tidak
menggantikan eksistensi Israel sebagai bangsa. Justru sebaliknya, bahwa kedua
institusi gereja dan Israel harus berdiri bersama-sama baru ayat Roma 11:11b
memiliki arti yang sesungguhnya.
Perhatikan
frase “supaya
membuat mereka (Israel) cemburu.” Jika
seandainya Israel telah digantikan gereja, atau Israel sudah tidak ada lagi
dalam program Allah, untuk apa lagi membuat Israel cemburu karena eksistensinya
sudah tidak ada? Tetapi justru sebaliknya, karena Israel dan gereja adalah dua
institusi yang berdiri bersama-sama dalam program Allah, maka ketika gereja
mendapakat perhatian khusus dari Allah, Israel akan cemburu. Dengan pemberontakan
Israel terhadap Allah dan penyaliban Kristus di kayu salib, maka Allah
memberitahukan rencana keselamatan bagi bangsa-bangsa lain. Paulus
memberitahukan awal mula dari gereja lokal dalam Efesus 3:5-6,
“5Yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan
kepada anak-anak manusia, tetapi sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada
rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, 6yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi
(gereja), karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan
anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus
Yesus.”
Allah
tidak membuat rencana baru di sini karena Ia telah merencanakan segala sesuatu
sebelum dunia dijadikan. Namun Allah merahasikannya dan tidak memberitahukan
hal itu kepada siappun di Perjanjian Lama dan hanya Yesus kemudian
memberitahukan hal itu dalam Matius 16:18,
“Dan Aku pun berkata kepadamu:
Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku
dan alam maut tidak akan menguasainya.”
Namun
demikian Efesus 3:5-6 tidak juga memberitahukan bahwa Allah hanya memperdulikan
Israel sementara bangsa-bangsa lain tidak memiliki keselamatan di Perjanjian
Lama. Fakta dalam Alkitab mencatat bahwa Allah menunjukkan belas kasihan dan
menyelamatkan orang-orang bukan Yahudi. Ada dua nama perempuan bukan Yahudi
yang dicatat dalam silsilah Tuhan Yesus dalam Matius 1:1-17 yaitu “Rahab” perempuan sundal dan “Rut” perempuan Moab.
Mereka merupakan contoh dalam catatan Alkitab bahwa Allah memberikan
keselamatan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Namun harus diketahui
bangsa-bangsa lain yang percaya kepada Tuhan itu harus menjadi bangsa Yahudi
(Israel) dalam aspek-aspek tertentu seperti mengikuti cara ibadah Israel,
ritual Israel, di sunat dan menyembah di bait Allah orang Israel. Inilah pola
yang diatur dalam Perjanjian Lama, tetapi sekarang apa yang dicatat dalam kitab
Efesus benar-benar memberitahukan sesuatu yang belum pernah terjadi bahwa
bangsa-bangsa lain menjadi (1) turut ahli-ahli waris, (2)
anggota-anggota tubuh, (3) peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus
Yesus. Inilah gereja, tubuh Kristus itu.
Hari
Pentakosta adalah hari turunnya Roh Kudus dan juga merupakan lahirnya gereja
lokal. Hari itu menjadi awal mula dimana orang-orang dari berbagai suku bangsa
mengakui Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat mereka. Ribuan orang memberi
diri dibaptis dan tiap-tiap hari mereka berkumpul memuji Allah, mempelajari
firman Allah dan memecah-mecahkan roti (perjamuan kudus). Kegiatan
ini menjadi suatu kegiatan baru bagi orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi yang
percaya pada Yesus. Dengan kegagalan dan kekurangan atau dosa Israel, Allah
memberitahukan kepenuhan rencanaNya bagi bangsa-bangsa lain sehingga mereka
(bukan Yahudi) dapat mencicipi anugerah Allah dan memperoleh keselamatan.
Untuk
memperjelas argumentasi Paulus dalam penegasannya bahwa Israel tidak dibuang
Allah atau Israel tidak digantikan gereja, Paulus memberikan ilustrasi pohon
zaitun menggambarkan Israel dan hubungannya dengan gereja dalam program Allah
(Roma 11:16-26).
“16Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan
juga kudus, dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus.
17Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas
liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon
zaitun yang penuh getah, 18janganlah kamu berbegah terhadap cabang-cabang itu!
Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu
melainkan akar itu yang menopang kamu. 19Mungkin kamu akan berkata: ada
cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai
tunas. 20Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu
tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! 21Sebab
kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan
menyayangkan kamu. 22Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga
kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yagn telah jatuh, tetapi atas
kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu
pun akan dipotong juga. 23Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali, jika
mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk
mencangkokkan mereka kembali. 24Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang
dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah
dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, menurut asal
mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri. 25Sebab,
saudara-saudara, supaya kamu jangan mengganggap dirimu pandai, aku mau agar
kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai
jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. 26Dengan jalan demikian
seluruh Israel akan diselamatan . . . .” (Roma 11:16-26).
Dalam
Yeremiah 11:6 bangsa Israel dikatakan sebagai Pohon Zaitun dan kiasan ini juga
diungkapkan Paulus di sini. Jikalau akar pohon ziatun itu adalah kudus
(kemungkinan besar ini menunjuk pada Abraham sebagai orang yang dipilih Allah
dan Israel adalah keturunannya) maka sepatutnyalah seluruh cabang-cabangnya
yaitu keturunan Abraham menghasilkan buah-buah dalam kekudusan. Namun jika
cabang-cabang pohon zaitun kudus itu sendiri tidak menghasilkan buah, maka
mereka dipotong dan dibuang dan itulah yang terjadi terhadap Israel.
Sedangkan bangsa-bangsa lain (bangsa
bukan Israel) diilustrasikan sebagai pohon zaitun liar atau “tunas liar.” Tunas liar ini tidak akan pernah menghasilkan buah-buah
dalam kekudusan tetapi dosa dan kekejian. Namun cabang pohon zaitun liar ini
dicangkokkan pada pohon zaitun kudus itu. Dengan demikian cabang pohon zaitun
liar yang dicangkokkan itu mendapatkan makanan dan kehidupan dari akar pohon
zaitun kudus itu. Inilah gambaran bangsa-bangsa lain (gereja) yang mendapatkan
kehidupan dan keselamatan yang dinyatakan Allah. Gereja adalah tunas liar yang
dicangkokkan pada pohon zaitun kudus sehingga memperoleh keselamatan. Tetapi
Paulus memberikan peringatan kepada tunas liar yang dicangkokkan ini demikian,
“Janganlah kamu
bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa
bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itulah yang menopang kamu”
(ayat. 18). Artinya gereja tidak boleh bermegah dan meremehkan Israel
(cabang-cabang asli) tetapi seharusnya gereja harus merasa takut. Paulus
melanjutkan,
“Mereka (Israel) dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka,
dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah!” (Roma 11:20).
Yang
menjadi pertanyaan sekarang, kenapa gereja harus merasa takut? Paulus
memberikan jawabannya,
“Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli
(Israel), Ia juga tidak akan menyayangkan kamu (gereja). Sebab itu
perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas
orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu
tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga” (Roma 11:21-22).
Bahkan
Paulus mencatat bahwa Allah akan mencangkokkan cabang-cabang asli (Israel) itu
kembali jika mereka tidak tetap pada ketidakpercayaan mereka.
“Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali, jika mereka
tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk
mencangkokkan mereka kembali” (Roma 11:23).
Ayat-ayat
ini memberikan petunjuk bahwa Israel memang telah dipotong dan dipisahkan dari
akar pohon zaitun kudus selama tetap pada ketidakpercayaan mereka. Bukankah
mereka sudah dipotong dan dibuang? Benar! Mereka dibuang dan dipisahkan dari
akar pohon zaitun kudus itu untuk beberapa waktu. Bagaimana mungkin hal itu
terjadi? Paulus menjawab, Allah memiliki kuasa untuk mencangkokkan mereka
kembali. Jika cabang pohon zaitun liar bisa dicangkokkan ke pohon zaitun kudus
itu maka akan lebih mudah mencangkokkan kembali cabang-cabang pohon zaitun
aslinya (Roma 11:24). Kapanpun itu bisa dilakukan Allah karena Ia memiliki
kuasa melakukan hal itu.
Satu hal penting yang ditemukan di sini bahwa Allah
mengabaikan atau mengesampingkan Israel untuk sementara waktu dan jika mereka
bertobat, Allah akan mengampuni dan memulihkannya kembali. Itu berarti Allah tidak membuang Israel selamanya. Lalu
sampaikan cabang pohon zaitun liar itu dicangkokkan pada pohon zaitun kudus
itu? Dan kapankah cabang pohon zaitun asli akan dicangkokkan kembali? Tidak ada
yang tahu jawabannya tetapi satu hal yang pasti, program Allah sekarang befokus
pada gereja sebagai alat Tuhan dalam memberitakan kebenaran Kristus ke seluruh
bangsa dan suku bangsa di dunia. Sejak Israel menolak Kristus sebagai Mesias
dan menyalibkan-Nya, saat itulah Israel dipotong dari pohon zaitun kudus itu.
Israel berada dalam penghukuman Allah. Israel masih tetap dalam rencana dan
program Allah tetapi untuk semantara Allah membiarkannya mengalami berbagai
macam ganjaran seperti membuang mereka dari Negara Israel dan tersebar ke
seluruh dunia, dianiaya dan dibunuh oleh Hitler, dibenci dan dikucilkan
berbagai bangsa di dunia dan banyak lagi. Inilah hukuman Allah. Tetapi hukuman
itu suatu saat akan berakhir. Kapan itu terjadi? Paulus memberitahukan rahasia
penting bagi umat manusia,
“Sebab, saudara-saudara, supaya
kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai
jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk” (Roma 11:25).
Roma
11:25 ini memberikan petunjuk bahwa Tuhan telah menetapkan jumlah bangsa-bangsa
lain (gereja yaitu orang-orang percaya). Tak seorangpun yang tahu jumlah
keseluruhan orang percaya itu. Jika jumlah itu sudah terpenuhi maka rencana
Allah terhadap bangsa-bangsa lain (gereja) akan berakhir karena orang-orang
percaya akan diangkat Tuhan ke sorga. Itu berarti gereja memiliki waktu yang
terbatas di bumi ini dan setelah jumlah yang direncanakan Allah terpenuhi, maka
Israel akan dicangkokkan kembali. Program Allah bagi Israel akan berlanjut.
Namun salama masa-masa gereja, Israel akan tetap menjadi bangsa yang tegar dan
memberontak kepada Allah. Mereka akan tetap menolak Yesus sebagai Mesias yang
dijanjikan Allah.
Lalu
kapankah masa gereja berakhir? Pertanyaan ini tidak akan dijawab di sini.
Pembaca bisa melihatnya pada topik lain yang berhubungan dengan judul ini atau
melihat bagian kedua dari artikel ini. Namun untuk saat ini, cukup dimengerti
bahwa Allah dari kekekalan memiliki dua program bagi umatNya: satu untuk Israel
dan satu lagi untuk Gereja. Gereja tidak menggantikan Israel dan Israel tidak
dibuang untuk selamanya. Dua program Allah ini berjalan bersama-sama sesuai
dengan yang direncanakan Allah dan dibawah pengontrolan Allah sendiri. Sekarang
ini masa gereja dimana Allah memfokuskan programnya bagi gereja. Ketika program
bagi gereja itu sudah berakhir, maka program Allah bagi Israel akan berlanjut.
Paulus berkata, “Dengan
jalan demikian seluruh Israel akan diselamatan . . . .” (Roma 11:26).
sumber: teologia.mystudylight.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar