"Kemudian Iblis pergi dari hadapan Tuhan, lalu
ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu
kepalanya. Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya,
sambil duduk di tengah-tengah abu." (Ayub 2:7-8)
Kesetiaan kepada Allah tidaklah menjamin kebebasan
dari kesulitan penyakit, dan penderitaan dalam kehidupan orang percaya
Sebenarnya, Yesus mengajarkan bahwa kita harus menantikannya. Alkitab
memberikan banyak contoh dari orang saleh yang mengalami
penderitaan cukup hebat karena berbagai alasan,
misalnya: Yusuf, Daud, Ayub, Yeremia, dan Paulus.
BERBAGAI ALASAN ORANG PERCAYA MENDERITA.
Ada berbagai alasan mengapa orang percaya menderita.
1) Orang percaya mengalami penderitaan sebagai
kelanjutan dampak kejatuhan Adam dan Hawa. Ketika dosa memasuki dunia,
penyakit, kesusahan, pertikaian, dan akhirnya kematian memasuki kehidupan semua
manusia (Kej 3:16-19). Paulus menegaskan hal ini, "Sebab itu, sama seperti
dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut,
demikianlah maut itu menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah
berbuat dosa"
Sebenarnya, seluruh alam ciptaan mengeluh akibat
dampak dosa dan mendambakan saat tibanya langit baru dan bumi baru (Roma
8:20-23; 2 Pet 3:10-13). Tanggapan: kita harus senantiasa menyerahkan diri
kepada kasih karunia, kekuatan, dan penghiburan Allah (bd. 1 Kor 10:13).
2) Beberapa orang percaya menderita karena alasan
yang sama dengan orang yang tidak percaya, yaitu sebagai akibat perbuatan
mereka sendiri. Prinsip "orang menuai apa yang ditaburnya" (Galatia
6:7) secara umum berlaku untuk semua orang. Jikalau kita mengemudikan mobil
dengan sembarangan, kita bisa terkena kecelakaan hebat. Jikalau kita tidak
berdisiplin dalam kebiasaan makan, kita mungkin sekali akan mengalami masalah
kesehatan yang serius. Allah mungkin mempergunakan penderitaan semacam ini
sebagai sarana mendisiplin sehingga kita dapat menghasilkan "buah
kebenaran yang memberikan damai" (Ibr 12:3-11).
Tanggapan: kita harus senantiasa bertindak dengan
bijaksana dan sesuai dengan Firman Allah. Kita juga harus menghindari segala
hal yang akan menggeser kita dari pemeliharaan Allah yang bersifat melindungi.
3) Orang percaya juga menderita, setidak-tidaknya
batin mereka, karena mereka hidup di dalam dunia yang berdosa dan jahat. Di
sekeliling kita terdapat dampak dosa: kita mengalami kesusahan dan kesedihan
ketika menyaksikan kejahatan menguasai kehidupan begitu banyak orang (Yehezkiel
9:4; Kis 17:16).
Tanggapan: kita harus berdoa agar Allah berkenan
menunjukkan kemenangan-Nya atas kuasa dosa.
4) Orang percaya menderita oleh Iblis.
(a) Alkitab menjelaskan bahwa Iblis, selaku
"ilah zaman ini" (2 Kor 4:4), menguasai dunia jahat ini (Gal 1:4; Ibr
2:14). Ia telah diberikan kuasa untuk menyiksa kita dengan berbagai cara (1Pet
5:8-9). Kisah Ayub bercerita tentang seorang yang jujur dan takut akan Allah.
Allah mengizinkan Iblis menyiksanya dengan penderitaan yang tak terkatakan
(Ayub 1:1-2:13). Yesus mengatakan bahwa salah seorang wanita yang disembuhkan
oleh-Nya telah dibelenggu oleh Iblis selama delapan belas tahun (Luk 13:11,16).
Paulus menyadari bahwa duri di dalam dagingnya adalah "utusan Iblis untuk
menggocoh aku" (2 Kor 12:7). Pada saat kita terlibat dalam pertempuran
rohani melawan "penghulu-penghulu dunia yang gelap ini" (Efesus
6:12), kita pasti akan menderita kesengsaraan. Allah telah memperlengkapi kit
dengan persenjataan rohani (Efesus 6:10-18) dan senjata-senjata rohani (2 Kor
10:3-6) agar sanggup menghadapi serangan semacam itu. Tanggapan: kita harus
memakai seluruh perlengkapan senjata Allah dan berdoa (Efesus 6:10-18), serta
bertekad untuk bertekun dengan setia di dalam kekuatan-Nya.
(b) Iblis dan sekutunya senang menganiaya orang
percaya. Orang yang mengasihi Tuhan Yesus dan menaati prinsip-prinsip kebenaran
dan keadilan-Nya akan dianiaya karena iman mereka. Sebenarnya, penderitaan
semacam itu karena kebenaran bisa menunjukkan pengabdian sejati kita kepada
Kristus.
Tanggapan: karena semua orang yang sungguh percaya
dipanggil untuk menderita penganiayaan dan celaan karena kebenaran, kita harus
berdiri teguh dan tetap percaya kepada Dia yang menghakimi dengan adil (Mat
5:10-11; 1 Kor 15:58; 1 Pet 2:23).
5) Secara lebih positif, alasan lain orang percaya
menderita ialah karena "kami memiliki pikiran Kristus".
Menjadi orang Kristen berarti berada di dalam
Kristus, manunggal dengan Dia; karena itu kita mengambil bagian dalam
penderitaan-Nya.
Misalnya, sama seperti Kristus dengan sedih
menangisi atas kota Yerusalem yang jahat dan penolakan mereka untuk bertobat
dan menerima keselamatan demikian pula kita seharusnya menangisi keberdosaan
dan keterhilangan umat manusia. Pada daftar penderitaan Paulus demi Kristus (2
Kor 11:23-32) tercantum perhatiannya setiap hari bagi gereja-gereja yang
didirikan olehnya, "Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa
lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkan hatiku hancur oleh dukacita?"
(2 Kor 11:29). Penderitaan mental karena mereka yang kita kasihi di dalam
Kristus seharusnya menjadi bagian yang wajar dari kehidupan kita:
"menangislah dengan orang yang menangis" (Roma 12:15). Sebenarnya,
mengambil bagian dalam penderitaan Kristus adalah prasyarat untuk dimuliakan dengan
Kristus (Roma 8:17). Tanggapan: kita harus bersyukur kepada Allah bahwa sama
seperti penderitaan Kristus adalah penderitaan kita, demikian pula hiburan-Nya
(2 Kor 1:5).
6) Allah sendiri dapat memakai penderitaan dalam
kehidupan kita sebagai perangsang pertumbuhan atau perubahan rohani.
(a) Sering kali Ia menggunakan penderitaan untuk
memanggil umat-Nya yang sedang menyimpang untuk bertobat dari dosa mereka dan
memperbaharui iman serta kepercayaan mereka kepada-Nya.
Tanggapan: kita harus mengakui dosa yang kita sadari
dan memeriksa kehidupan kita untuk mengetahui apakah ada sesuatu yang tidak
berkenan pada Roh Kudus.
(b) Allah kadang-kadang menggunakan penderitaan
untuk menguji iman kita, untuk melihat apakah kita akan tetap setia kepada-Nya.
Menguji iman Ayub merupakan alasan Allah untuk mengizinkan Iblis menyiksa Ayub
(Ayub 1:6-12; 2:1-6): apakah Ayub akan tetap mengabdi kepada Tuhan ataukah dia
akan langsung mengutuk Allah? Yakobus menyebutkan berbagai pencobaan yang kita
alami "ujian terhadap imanmu" (Yakobus 1:3) melalui pencobaan itulah
iman kita di dalam Kristus menjadi lebih dewasa.
Tanggapan: kita harus sadar bahwa kesungguhan iman
kita akan menghasilkan "puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari
Yesus Kristus menyatakan diri-Nya" (1 Pet 1:7).
(c) Allah menggunakan penderitaan bukan hanya untuk
menguatkan iman kita, tetapi juga untuk menolong kita bertumbuh dalam sifat
Kristiani dan kebenaran. Menurut Paulus dan Yakobus, Allah ingin bkita belajar
sabar melalui penderitaan (Roma 5:3-5; Yakobus 1:3). Dalam penderitaan kita
belajar untuk kurang bersandar pada diri sendiri dan lebih bersandar kepada
Allah dan kasih karunia-Nya.
Tanggapan: kita harus menyesuaikan diri dengan apa
yang sekiranya dikehendaki Allah untuk kita pelajari dari penderitaan kita.
(d) Allah mungkin juga mengirim kepedihan dan
penderitaan agar kita lebih dapat menghibur dan memberikan semangat kepada
penderita lainnya, jadi keefektifan pelayanan kita makin mendalam dan meningkat
(2 Kor 4:7-12).
Tanggapan: kita harus menggunakan pengalaman
penderitaan kita untuk mendorong semangat dan menguatkan orang percaya lainnya.
7) Akhirnya, Allah dapat dan memang menggunakan
penderitaan orang benar untuk membantu kepentingan kerajaan-Nya dan rencana penebusan-Nya.
Misalnya, semua ketidakadilan yang dialami Yusuf dari saudara-saudaranya dan
orang Mesir menjadi bagian dari rencana Allah "untuk menjamin kelanjutan
keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar
daripadamu tertolong" (Kej 45:7).
Teladan utama prinsip ini ialah penderitaan Kristus,
"Yang Kudus dan Benar" (Kis 3:14), yang mengalami penganiayaan,
siksaan yang mendalam, dan kematian supaya rencana penyelamatan Allah dapat
tercapai sepenuhnya. Hal ini tidak mengurangi kejahatan mereka yang menyalibkan
Dia (Kis 2:23), tetapi menunjukkan bagaimana Allah dapat memakai penderitaan
orang benar oleh orang berdosa bagi perwujudan maksud-maksud dan kemuliaan-Nya
sendiri.
HUBUNGAN ALLAH DENGAN PENDERITAAN ORANG PERCAYA.
1) Yang harus diingat pertama-tama ialah: Allah ikut
terlibat dalam penderitaan kita. Sekalipun Iblis merupakan ilah zaman ini, dia
hanya dapat menyiksa hidup kita apabila Allah mengizinkannya (Ayub 1:1-2:13).
Allah telah berjanji di dalam Firman-Nya bahwa Ia tidak akan membiarkan kita
dicobai melampaui kekuatan kita (1 Kor 10:13).
2) Allah
juga berjanji untuk mendatangkan kebaikan dari semua penderitaan dan
penganiayaan orang-orang yang mengasihi Dia dan menaati perintah-perintah-Nya.
Yusuf menyadari kebenaran ini di dalam hidupnya sendiri yang penuh penderitaan
(Kej 50:20). Penulis surat Ibrani menunjukkan bagaimana Allah menggunakan
bagian-bagian hidup yang menyakitkan untuk pertumbuhan dan keuntungan kita
3) Lagi pula, Allah telah berjanji untuk mendampingi
kita ketika menderita, berjalan bersama kita "melalui lembah
kekelaman" (Mazm 23:4; Yes 43:2). Hal ini dilaksanakan-Nya melalui Roh
Kudus-Nya, yang menghibur kita dalam semua kesusahan kita. Ia mengaruniakan
kasih karunia yang cukup kepada setiap anak-Nya supaya mereka sanggup
menanggung berbagai pencobaan hidup ini (1 Kor 10:13).
4) Akhirnya,
jangan lupa bahwa Tuhan Yesus ikut menanggung penderitaan kita. Ketika kita
berdoa kepada-Nya, kita memiliki Imam Besar yang turut merasakan penderitaan kita
karena Dia sendiri pernah merasakan berbagai dimensi pencobaan dan penderitaan
kita (Ibr 4:15). Sesungguhnya, "penyakit kitalah yang ditanggung-Nya dan
kesengsaraan kita yang dipikul-Nya" (Yes 53:4); ada kesembuhan bagi semua
penderitaan kita melalui penderitaan yang ditanggung-Nya karena kita (Yes
53:5).
KEMENANGAN ATAS PENDERITAAN PRIBADI.
Kini kita harus membahas suatu pokok yang penting:
ketika mengalami pencobaan dan penderitaan, langkah-langkah apakah yang dapat
diambil untuk menang di atasnya?
1) Pertama, pertimbangkan berbagai alasan yang
menyebabkan umat manusia menderita (lih. bagian pertama di depan) dan bagaimana
alasan-alasan itu dapat diterapkan kepada saudara. Jikalau saudara dapat
menemukan alasan khusus, ikutilah tanggapan yang cocok.
2) Percayalah bahwa Allah sangat mengasihi saudara,
kendatipun penderitaan saudara sangat berat. Jangan sekali-kali menyangkal
kasih Allah atau menolak Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat oleh karena
penderitaan yang saudara alami.
3) Berpaling kepada Allah dengan doa yang
sungguh-sungguh dan carilah wajah-Nya. Nantikanlah sehingga Dia membebaskan
saudara dari penderitaan (Mazm 27:8-14; 40:2-4; 130:1-8).
4) Harapkan Allah akan memberikan kasih karunia yang
diperlukan untuk menanggung penderitaan saudara hingga pembebasan datang (1 Kor
10:13; 2 Kor 12:7-10). Ingatlah senantiasa bahwa "kita lebih daripada
orang-orang yang menang" (Roma 8:37; Yoh 16:33). Iman Kristen tidak
terdiri atas penghapusan kelemahan dan penderitaan, tetapi dalam manifestasi kuasa
ilahi melalui kelemahan manusia.
5) Bacalah Firman Allah, khususnya mazmur-mazmur
yang memberikan hiburan pada saat-saat kesukaran (Mazm 11:1-7; 16:1-11; 23:1-6;
Mazm 27:1-14; 40:1-17; 46:1-11; 61:1-8; 91:1-16; 121:1-8; 125:1-5; Mazm
138:1-8).
6) Carilah penyataan dan pemahaman dari Allah
mengenai situasi khusus yang saudara alami -- melalui doa, Alkitab, petunjuk
Roh Kudus atau nasihat orang percaya saleh yang sudah dewasa.
7) Sepanjang masa penderitaan saudara, ingatlah
nubuat Kristus bahwa sebagai orang percaya saudara akan mengalami kesulitan di
dalam hidup ini (Yoh 16:33). Nantikanlah dengan penuh harap saat itu ketika
Allah akan "menghapus segala air mata dari mata mereka; dan maut tidak
akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau
dukacita" (Wahyu 21:4). *** (sabda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar