Orang yang tertarik secara seksual kepada sesama jenis seksnya, biasa disebut homoseks. Bila itu terjadi pada wanita, disebut lesbian.
Masalah ini sangat rumit dan sangat disalah mengerti oleh sebagian besar anggota masyarakat. Sifat masalahnya yang sangat rumit itu menolak penyamarataan, seolah lelaki yang mirip wanita atau wanita yang bersifat jantan, otomatis adalah homoseks (walaupun memang beberapa di antaranya menunjukkan ciri-ciri demikian). Celakanya, homoseksual sudah menjadi semacam gaya hidup yang dijalankan oleh banyak orang dan sedang menyerbu ke segala lapisan masyarakat. Bahkan, cukup banyak dari mereka yang berpendidikan, terhormat dan maju, yang memiliki kedudukan-kedudukan penting dalam dunia usaha dan industri, para ahli dan para pejabat, yang melakukannya.
Walaupun di antara kaum homoseks terjadi upaya gigih untuk membela gaya hidup mereka dan memperjuangkan hak mereka dengan membentuk organisasi golongan homoseks, namun banyak di antara mereka yang hidup dalam dua dunia sebagai akibat tekanan-tekanan masyarakat yang tidak bisa menerima.
Karena usaha untuk menutupi kelakuan dan hubungan-hubungan mereka, banyak dari mereka yang hidup bersandiwara. Rasa takut ketahuan menghantui mereka dan tekanan berat rasa bersalah harus terus mereka pikul, disebabkan oleh kesadaran tentang dampak moral dari kebiasaan mereka.
Kelakuan sedemikian tidak bisa dihentikan sekedar dengan menganggapnya sebagai gaya hidup atau kecenderungan seksual yang berbeda. Juga bukan alasan mengatakan bahwa itu adalah "kelainan bawaan". Segala usaha untuk menjelaskan kelakuan tadi sebagai semacam penyakit, menghindari masalah intinya.
Allah tidak mengasihi para homoseks kurang dari kasih-Nya pada yang lain. Namun demikian, kelakuan semacam itu adalah penyimpangan dari aturan yang Allah nyatakan. Walaupun banyak orang yang homoseksual merasa bahwa mereka tidak memilih kecenderungan seksual mereka itu, tetapi setidaknya mereka telah memberi respon kurang tepat pada kecenderungan tersebut. "Respon" inilah yang harus diselesaikan dalam terang Firman Tuhan.
Tidak sedikit pun keraguan ditimbulkan Alkitab tentang hubungan seksual yang patut:
"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." (Kej 2:24)
"Dan kamu, beranakcuculah dan bertambah banyak, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambah banyaklah di atasnya." (Kej 9:7).
Gereja harus memeriksa ulang sikap dan perlakuannya terhadap homoseks dan lesbian, di masa lampau. Tentu saja gereja tidak dapat membiarkan atau menganjurkan mereka yang tidak bertobat untuk terus terlibat dalam kehidupan bergereja. Namun demikian, gereja harus memperhatikan masalah ini secara jujur dan realistik dalam kasih dan pengertian. Allah tidak
menginginkan seorang pun terikat oleh homoseksualitas. Kasih karunia-Nya cukup untuk memberikan kemenangan bagi mereka yang sedia menaklukkan masalah ini kepada-Nya. Gereja perlu mengambil prakarsa memberitakan pesan yang menimbulkan harapan ini kepada para homoseks.
Para homoseks yang mengalami kelepasan melalui kuasa Injil, akan menjadi sumber kekuatan bagi orang lain, walaupun mungkin mereka tidak akan bebas sepenuhnya dari kecenderungan-kecenderungan homoseksual dan pencobaan.
Rasul Paulus menulis kepada mereka yang dulunya pernah terlibat dalam homoseksualitas dan dosa-dosa lainnya, sebagai berikut: "Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita." (1Kor 6:11).
Hal ini memantapkan kita untuk menyaksikan kuasa pembaharuan yang terdapat di dalam Pribadi dan karya Yesus Kristus. Satu-satunya penawar masalah ini, seperti juga untuk semua jenis kelakuan dosa lainnya, ialah hubungan pribadi yang intim dan terus-menerus dengan Yesus Kristus.
Hubungan ini merupakan suatu proses pertumbuhan dan perubahan yang berlangsung terus. Kadang-kadang proses ini menyakitkan, diselingi oleh kegagalan dan ketawaran hati. Tetapi hambatan-hambatan tadi tidak perlu menimbulkan keputusasaan atau pemikiran bahwa semua usaha tadi tak perlu dilakukan sebab kelak akan buyar kembali. Persekutuan Kristen dengan Kristus, diperoleh berdasarkan 1Yohanes 1:9; pengakuan dosa mengakibatkan pemulihan kembali hubungan kita dengan Yesus Kristus.
sumber: sabda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar