” Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah" ( Galatia 6: 9 )
Pada suatu malam berangin kencang, sepasang suami istri lanjut usia datang di sebuah hotel kecil di Philadelphia, AS. Tetapi mereka kecewa, karena mendapati jika semua kamar penuh. Kebetulan, pada saat itu memang ada tiga acara besar yang di selenggarakan di kota itu, sehingga hotel-hotel pun full booked.
Mereka hampir putus asa dan pergi sebelum seorang resepsionis menawarkan mereka untuk menginap di kamarnya. ” Memang bukan kamar mewah, tetapi saya tidak dapat membiarkan tamu-tamu saya berada di tengah hujan badai pada jam satu dini hari seperti ini, katanya”. Keesokan harinya, pria tua itu memuji, ” Anda adalah karyawan yang sangat baik, sudah sepatutnya Anda menjadi direktur hotel terbaik di Amerika Serikat”
Dua tahun setelah malam itu, resepsionis tersebut menerima undangan dari pria tua itu untuk datang ke kota New York. Ketika mereka bertemu di stasiun New York, resepsionis tersebut di ajak di salah satu sudut kota dari Thirthy-fourth Street dan Fifth Avenue. Pria itu menunjuk satu bangunan besar yang sangat mewah dengan batu merah di setiap sudut bangunannya. ” Ini adalah hotel yang aku bangun untuk Anda pimpin”. Ya ternyata pria itu adalah Wiliam Waldrof Astor dan bangunan megah itu adalah hotel Wadrof- Astoria yang pertama. Sementara resepsionis muda itu tak lain adalah George C. Boldt, manajer pertama hotel yang kini di kenal dengan jaringan hotel mewah yang tersebar di seluruh penjuru dunia.
Pengalaman Boldt ini mirip dengan pengalaman perempuan Sunem yang menolong Elisa pada bacaan di hari ini. Kebaikan hati perempuan itu kemudaian berujung pada kebahagiaannya sendiri. Kebaikan kecil tetapi dilakukan dengan tulus hati akan memberi dampak yang besar, bukan saja bagi si penerima namun juga pada diri kita. Sikap Boldt yang mengaggap ” customer is the real boss ” bukanlah semata-mata slogan cantik. Tetapi cabalah kita praktekan sendiri nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perjalanan meniti karier kita.
Memang, kita tidak akan pernah tahu bagaimana bentuj buahnya, tetapi paling tidak dengan menanam benih yang baik kita bisa menduga buah apa yang akan kita petik suatu hari nanti bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar