Tepat setahun yang lalu, seorang bocah berusia sembilan tahun menjadi satu-satunya penumpang yang selamat dari kecelakaan pesawat di Libya, yang menewaskan 103 penumpang dan awak. Bocah asal Belanda itu bernama Ruben van Assouw.
Pesawat milik maskapai Afriqiyah Airways itu terbang dari Johannesburg (Afrika Selatan) menuju Tripoli (Libya), namun jatuh saat akan mendarat pada Rabu 12 Mei 2010. Para penumpang berasal dari berbagai negara, termasuk Inggris dan Afrika Selatan.
Menurut stasiun televisi Sky News, dengan kondisi tubuh yang lemah dan kedua kaki yang masih remuk, Ruben sudah mengetahui dari paman dan bibinya, yang sudah tiba di rumah sakit di Tripoli, bahwa dia kini yatim piatu. Papa Patrick (40 tahun), Mama Trudy, (41), serta kakak Enzo (11) sudah lebih dulu meninggalkan dia.
Ruben tampaknya anak yang cerdas dan memiliki mental baja . Menurut seorang diplomat Belanda, ketika pertama kali ditemukan oleh tim penyelamat di tengah puing-puing pesawat, Ruben tidak menangis. Kepada petugas yang menemukannya, Ruben justru berkata, "Holland! Holland!" Kemungkinan dia memberi tahu bahwa dirinya berasal dari Belanda.
Perkataan serupa juga disampaikan Ruben ketika menjawab pertanyaan pertama dari seorang wartawan harian Telegraaf. "Nama saya Ruben dan saya dari Belanda," kata dia seperti yang diungkap laman harian itu, Jumat 14 Mei 2010.
"Saya baik-baik saja, namun kedua kaki saya sangat sakit," lanjut Ruben dari ranjang rumah sakit. "Saya tidak tahu bagaimana sampai di sini dan saya tidak tahu apa-apa lagi. Saya benar-benar mau pulang," ujar Ruben, yang masih berusia sembilan tahun (bukan 10 tahun seperti yang diberitakan kalangan media sebelumnya).
Dalam beberapa hari terakhir kondisi cuaca di Tripoli cerah dan tidak berawan. Afriqiyah Airways merupakan maskapai Libya yang didirikan pada 2001.
Pesawat milik maskapai Afriqiyah Airways itu terbang dari Johannesburg (Afrika Selatan) menuju Tripoli (Libya), namun jatuh saat akan mendarat pada Rabu 12 Mei 2010. Para penumpang berasal dari berbagai negara, termasuk Inggris dan Afrika Selatan.
Menurut stasiun televisi Sky News, dengan kondisi tubuh yang lemah dan kedua kaki yang masih remuk, Ruben sudah mengetahui dari paman dan bibinya, yang sudah tiba di rumah sakit di Tripoli, bahwa dia kini yatim piatu. Papa Patrick (40 tahun), Mama Trudy, (41), serta kakak Enzo (11) sudah lebih dulu meninggalkan dia.
Ruben tampaknya anak yang cerdas dan memiliki mental baja . Menurut seorang diplomat Belanda, ketika pertama kali ditemukan oleh tim penyelamat di tengah puing-puing pesawat, Ruben tidak menangis. Kepada petugas yang menemukannya, Ruben justru berkata, "Holland! Holland!" Kemungkinan dia memberi tahu bahwa dirinya berasal dari Belanda.
Perkataan serupa juga disampaikan Ruben ketika menjawab pertanyaan pertama dari seorang wartawan harian Telegraaf. "Nama saya Ruben dan saya dari Belanda," kata dia seperti yang diungkap laman harian itu, Jumat 14 Mei 2010.
"Saya baik-baik saja, namun kedua kaki saya sangat sakit," lanjut Ruben dari ranjang rumah sakit. "Saya tidak tahu bagaimana sampai di sini dan saya tidak tahu apa-apa lagi. Saya benar-benar mau pulang," ujar Ruben, yang masih berusia sembilan tahun (bukan 10 tahun seperti yang diberitakan kalangan media sebelumnya).
Dalam beberapa hari terakhir kondisi cuaca di Tripoli cerah dan tidak berawan. Afriqiyah Airways merupakan maskapai Libya yang didirikan pada 2001.
(VIVAnews)
Hidup manusia di tangan Tuhan. Sekali pun musibah dahsyat terjadi, kalau Tuhan belum menghendaki maut merenggutnya; ia akan tetap selamat. Sebagai umat Tuhan hendaknya kita jangan kuatir menghadapi apa pun juga. Allah sangat mengetahui apa yang sedang kita hadapi dan yang akan terjadi. Yakinlah Dia tidak pernah merancangkan sesuatu bahaya atau kecelakaan tehadap kehidupan umat-Nya.
Dan jika itu harus terjadi, berarti memang Tuhan izinkan kita mengalaminya, dan tentu Tuhan memiliki alasan untuk itu. Musibah yang terjadi di dunia paling banter hanya akan merusak dan menghancurkan tubuh kita, tetapi tidak dengan jiwa. Artinya, jiwa kita diangkat Tuhan, tetapi tubuh tetap dibiarkan di dunia ini, karena yang namanya tubuh harus kembali ke asalnya yaitu debu tanah. Hanya saja pertanyaannya apakah jiwa kita sudah selamat? bagaimana hubungan kita dengan Allah? apakah kita tetap memelihara hidup benar sesuai Firman Tuhan? hanya Anda yang bisa menjawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar