Kawasan Kuningan, Jakarta (VIVAnews/Tri Saputro)
Potensi Gempa Besar Jakarta Sedang Diriset
Jepang sudah punya badan riset gempa sejak tahun 1925. Indonesia baru tahun ini
Sepuluh tahun terakhir, Indonesia dilanda oleh berbagai macam bencana alam yang menelan ratusan ribu korban jiwa dan kerugian material yang sangat banyak. Belajar dari berbagai pengalaman yang ada, Indonesia tahun ini akhirnya memiliki pusat riset gempa bumi.
Namun, menurut Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, ternyata Indonesia tertinggal cukup jauh dari Jepang yang sudah memiliki pusat riset ini sejak 86 tahun lalu.
"Jepang membuat semacam pusat penelitian gempa pada 1925 setelah pada 1924 terjadi gempa besar di sana. Kita baru tahun ini punya pusat riset gempa dan S2 tentang gempa," ujar Andi Arief dalam diskusi Trijaya FM tentang "Bencana dan Sejarah Indonesia" di Cikini, Jakarta, Minggu, 15 Mei 2011.
Bukan hanya Jepang, beberapa negara lainnya seperti Jerman pun puluhan tahun lebih tanggap dari Indonesia terkait pembangunan pusat riset gempa ini. Akan tetapi, Andi mengaku optimistis, meski tertinggal cukup jauh, Indonesia bisa mengembangkan pusat riset ini dengan baik.
"Kita coba beradaptasi mengejar ketertinggalan yang ada," katanya.
Selain itu, dikatakan oleh Andi, saat ini pusat riset gempa tengah mengumpulkan data mengenai kemungkinan adanya gempa besar yang mungkin melanda ibu kota Jakarta. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan yang ada karena pemerintah tak ingin kembali kecolongan seperti kejadian bencana tsunami di Aceh.
"Jakarta menyimpan potensi, berpusat di Selat Sunda. Pada tahun 1700-an ada pelepasan energi yang sangat besar di sana, sehingga diprediksi akan ada gempa 8,7 skala richter di Jakarta. Saat ini kita sedang buat modellingnya," kata Andi.
Namun, menurut Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, ternyata Indonesia tertinggal cukup jauh dari Jepang yang sudah memiliki pusat riset ini sejak 86 tahun lalu.
"Jepang membuat semacam pusat penelitian gempa pada 1925 setelah pada 1924 terjadi gempa besar di sana. Kita baru tahun ini punya pusat riset gempa dan S2 tentang gempa," ujar Andi Arief dalam diskusi Trijaya FM tentang "Bencana dan Sejarah Indonesia" di Cikini, Jakarta, Minggu, 15 Mei 2011.
Bukan hanya Jepang, beberapa negara lainnya seperti Jerman pun puluhan tahun lebih tanggap dari Indonesia terkait pembangunan pusat riset gempa ini. Akan tetapi, Andi mengaku optimistis, meski tertinggal cukup jauh, Indonesia bisa mengembangkan pusat riset ini dengan baik.
"Kita coba beradaptasi mengejar ketertinggalan yang ada," katanya.
Selain itu, dikatakan oleh Andi, saat ini pusat riset gempa tengah mengumpulkan data mengenai kemungkinan adanya gempa besar yang mungkin melanda ibu kota Jakarta. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan yang ada karena pemerintah tak ingin kembali kecolongan seperti kejadian bencana tsunami di Aceh.
"Jakarta menyimpan potensi, berpusat di Selat Sunda. Pada tahun 1700-an ada pelepasan energi yang sangat besar di sana, sehingga diprediksi akan ada gempa 8,7 skala richter di Jakarta. Saat ini kita sedang buat modellingnya," kata Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar