Dukacita adalah derita emosional yang; menusuk dalam disebabkan oleh kematian orang yang dikasihi. Orang akan mengalami kesedihan yang dalam dan menusuk, penderitaan dan kepedihan. Meninggalnya salah seorang yang dikasihi, dapat menyebabkan suasana sedih dan sepi.
Masa sedemikian adalah masa sulit. Orang yang ditinggal sering merasa bahwa pengalamannya unik, tak seorang pun menanggung kehilangan seperti yang dideritanya. Berangsur-angsur melalui proses waktu, biasanya orang akan pulih ke keadaan semula. Tetapi orang-orang tertentu terus mengalami kedukaan berkepanjangan. Dalam arti tertentu, tak seorang pun dapat bebas sempurna dari merasa kehilangan kekasihnya.
Proses penyembuhan yang disebut di atas, biasanya sebagai berikut:
1. Kejutan awal akibat kematian: dampak emosi yang dalam itu kadang-kadang melumpuhkan seseorang.
2. Pelepasan emosi: masa menangis.
3. Kesepian dan kemuraman: Perasaan kehilangan sering berkaitan dengan derajat ketergantungannya pada orang yang meninggal. Depresi bisa memiliki berbagai gejala.
4. Rasa bersalah: "Seharusnya aku bertindak lain," atau "Seharusnya aku bertindak lebih . . . " dan sebagainya.
5. Marah dan berontak: "Mengapa Allah bertindak seperti ini terhadapku?"
6. Tahap kehilangan gairah: "Aku tak tahan," atau "Masa bodohlah."
7. Berangsur-angsur kembali pada pengharapan: "Hidup harus berjalan terus." "Aku akan sanggup menanggungnya." "Allah akan membantu mengatasi semua ini."
8. Kembali pada kenyataan dan kewajaran: menerima fakta kehilangan dan menyesuaikan diri dengannya.
Harus kita ingat, bahwa dukacita tidak teramalkan dan tak pula dapat diurut tahapannya. Kadang-kadang tahap-tahap duka muncul bersama dan saling tumpang tindih. Ada kalanya orang yang berduka merasa lepas sementara dari tahap sedih tertentu, untuk kemudian kembali terulang.
Untuk membimbing orang yang berduka, diperlukan keikhlasan, kepekaan dan kelembutan khusus, simpati dan empati. Kita perlu bergantung pada pimpinan Roh Kudus. Terlalu gampang dan banyak bicara menyatakan jawab, adalah bertindak lancang. Ucapan-ucapan kita harus tulus dan bermakna, peka dan tepat dengan situasi tersebut, sebab hiburan sejati bagi orang yang berduka tergantung di mana sesungguhnya dia berada dalam proses dukanya.
Jangan menganggap anda memiliki jawab untuk segala hal. Akui bahwa anda tidak mengerti mengapa atau bagaimana sampai Allah melakukan itu.
Jangan ucapkan hal-hal klise dan basi tentang kematian dan penderitaan.
Jangan katakan bahwa kalau yang berduka lebih rohani atau lebih akrab dengan Allah, kedukaannya akan lebih ringan.
Ingat bahwa satu kesempatan singkat melayani, akan tidak memadai untuk menolong yang berduka. Namun kita layani semampu kita, membagikan Yesus Kristus dan berita Firman Tuhan, sambil percaya bahwa Allah akan melakukan bagian-Nya.
Jangan memompakan padanya usaha untuk membuatnya riang dan senang. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar