2 Korintus 2:4
Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.
Kisah Titanic telah memikat hati banyak orang bahkan sebelum kisah tersebut difilmkan pada tahun 1997. Jelas, banyak kesalahan terjadi yang membuat kapal tersebut tenggelam. Sekalipun kapal tersebut dinyatakan sebagai kapal yang tidak mungkin tenggelam, kapal itu tenggelam. Bahkan tenggelamnya relatif mudah.
Kita tahu bahwa ada 1500 orang yang tewas dan terkubur di bawah es. Kita tahu bahwa saat itu tidak ada cukup ruang di sekoci penyelamat. Namun tahukah Anda bahwa banyak sekoci itu yang terisi setengah, beberapa hanya berisi empat atau lima orang dari kapasitas yang seharusnya bisa menampung 60 orang.
Jadi salah satu tragedy terbesar dari Titanic adalah fakta bahwa masih banyak tempat di sekoci penyelamat namun tidak ada satupun yang mau kembali untuk menyelematkan orang lain. Mereka mengayuh sekoci menjauhi kapal yang mulai tenggelam karena mereka takut terhisap. Mereka yang selamat mengatakan bahwa mereka bisa mendengar jeritan orang-orang ketika akhirnya Titanic menghilang ke dasar laut.
Disana, dimana masih ada tempat di sekoci penyelamat, mereka bisa mengayuh perahu tersebut kembali dan menolong orang-orang. Tetapi mereka tidak melakukan sesuatu. Mereka menunggu sekitar satu jam, baru mereka kembali. Namun saat itu, mereka hanya dapat menyelamatkan sedikit orang saja. Mereka menunggu hingga terlalu terlambat untuk menolong.
Saat ini, ada banyak orang yang belum selamat dilingkungan sekitar kita. Banyak mereka binasa padahal masih banyak tempat di sekoci kehidupan kita. Namun apakah kita cukup peduli untuk memberitakan kabar keselamatan di dalam Yesus Kristus, atau kita hanya nyaman dengan keselamatan kita sendiri? Mari kita ulurkan tangan kepada sekeliling kita dan katakan, “Marilah masuk ke dalam perahu kehidupan kekal yang ada di dalam Yesus Kristus.”
Banyak tragedy dalam kehidupan terjadi seringkali karena ketidak pedulian kepada sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar