Pernikahan adalah ikatan hidup panjang yang paling serius yang dapat dilakukan oleh sepasang kekasih sepanjang hidup mereka. Tetapi banyak pasangan memasukinya dalam keadaan kurang dewasa dan tidak cukup pengertian. Semakin meningkatnya jumlah perceraian, menunjukkan betapa penting mempersiapkan kaum muda memasuki pernikahan mereka.
Berikut adalah prinsip-prinsip pernikahan yang akan membantu mereka yang sedang menyongsong saat pengucapan janji nikah mereka:
Suatu pernikahan yang baik bukan terjadi di surga, tetapi di bumi. Kasih adalah bagian kemanusiaan kita yang rapuh yang perlu dipelihara dan dikembangkan terus-menerus. Tentu saja, mereka yang berniat menikah harus mengharapkan pimpinan Tuhan, tetapi keberhasilan pernikahan mereka akan sangat bergantung pada usaha pasangan itu sendiri menanggapi pimpinan Tuhan.
Suatu pernikahan yang baik tidak didasarkan atas angan-angan tetapi atas kenyataan. Terlalu banyak pasangan yang karena pengaruh dongeng-dongeng cinta, menikah dengan pengharapan yang terlampau tinggi, kemudian melewati tahun-tahun penyesuaian diri yang penuh dengan penderitaan.
Suatu pernikahan yang baik didasarkan oleh adanya rasa hormat terhadap diri sendiri dan terhadap pasangannya.
Citra diri buruk yang diwarisi dari latar belakang keluarga penuh tekanan atau tidak dewasa, dapat membawa pengalaman penuh badai. Hubungan yang kokoh dengan Yesus Kristus disertai pengenalan diri yang benar akibat hubungan tadi, sangat berarti.
Pengenalan diri yang miskin pada masing-masing pasangan, dapat pula menimbulkan kesalah mengertian dan ketegangan. Tanpa perlu terlalu banyak pengamatan, sudah jelas bahwa pria dan wanita berbeda secara jasmani: Namun berapa banyak yang siap menghadapi kenyataan bahwa calon teman hidupnya memiliki perbedaan-perbedaan emosional dan mental yang berarti? Masing-masing pasangan harus menyadari ini dan bersiap melakukan kelonggaran dan penyesuaian diri yang diperlukan. "Laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Ia memberkati mereka . . . " (Kej 5:2).
Pernikahan yang pasangannya memiliki berbagai kesamaan, memiliki kesempatan lebih banyak untuk berhasil. Ini berarti perlu:
Kesamaan latar belakang agama.
Mempertimbangkan kesamaan latar belakang budaya dan sosial.
Tingkat ekonomi yang tidak terlalu jauh.
Kesempatan pendidikan yang kurang lebih tidak terlalu berbeda.
Lingkungan dan situasi kondisi rumah tangga yang mantap.
Pernikahan bukanlah tempat untuk memperbaiki diri! Seseorang yang menikah dengan tujuan memperbaiki masalah-masalah dalam kepribadiannya, sedang menuju masa depan yang penuh malapetaka. Apa yang tidak dapat dirubah sebelum menikah, tak mungkin pula akan berubah dalam pernikahan. Karena itu, bila tersangkut masalah-masalah alkohol, obat bius atau pelanggaran susila, harus dipertimbangkan secara serius sekali.
Pasangan yang menikah "dalam Tuhan" (1Kor 7:39) memiliki modal lebih besar untuk mengembangkan hubungan yang lebih baik, dari pada mereka yang di luar Kristus.
"Suatu rumah tangga hanya akan mewujudkan maksudnya yang sejati, bila ia dikontrol oleh Allah. Singkirkanlah Yesus Kristus dari rumah tangga anda, maka rumah tangga anda akan kehilangan maknanya. Tetapi tempatkanlah Yesus Kristus dalam hati anda dan dalam kehidupan keluarga anda, maka Dia akan merubah rumah tangga anda." ***
sumber: sabda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar