"Hidup penuh berkat" ? Hmm... rasanya sering kita mendengar tentang kalimat itu. Tapi kenapa tidak semua orang bisa mengalaminya ? Kenapa sulit sekali untuk bisa melihat perkara tersebut di dalam hidup kita sendiri ? Apakah itu cuma dongeng belaka ? Hanya kata-kata indah agar kita termotivasi ? Ah, mungkin itu hanya terjadi buat orang-orang tertentu saja.
Yang saya alami dahulu adalah, saya harus bekerja keras untuk bisa hanya sekedar survive dari waktu ke waktu. Tidak ada yang spesial dari kehidupan saya dahulu. Seringkali saya dengar tentang “Hidup berkelimpahan” atau “Hidup Penuh Berkat”, tapi hal itu sepertinya tidak pernah mampir dalam hidup saya. Mungkin itu cuma buat orang-orang tertentu saja, bukan buat semua orang. Mungkin Tuhan memang cuma memberi berkat hanya untuk orang-orang tertentu, tidak semua orang. Tapi apakah Saudara tahu ? ITU SALAH !
Tuhan tidak pernah memilih-milih untuk siapa berkat-Nya diberikan. Dia bukan Allah yang pilih kasih. Dia Allah yang mengasihi semua anak-anak-Nya. Bahkan orang berdosa sekalipun. (Anda bisa lihat betapa baiknya Allah kita?)
Saya tidak tahu pemikiran itu datang dari mana, mungkin dari si jahat, mungkin juga dari otak kita yang kecil ini, yang tidak akan pernah bisa memahami kebenaran Allah secara penuh. Jadi, apa yang bisa kita lakukan ? Kembali ke Firman Allah. Itulah pegangan kita yang paling tepat untuk bisa mengerti maksud Allah dalam hidup kita.
Ada beberapa prinsip yang Tuhan buat saya mengerti setelah beberapa waktu :
1. Berhenti berusaha dengan kekuatan sendiri dan hiduplah di dalam kasih Allah.
Apakah Saudara ingat tentang perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:11-32) ? Di situ diceritakan bagaimana si anak bungsu meminta bagian hartanya dari bapanya dan pergi dari rumah itu. Di luar rumah itu pada akhirnya ia kehabisan harta dan hidupnya sengsara, dan akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah bapanya dengan harapan bahwa minimal ia bisa jadi hamba di situ, tapi tidak hidup sengsara.
Dari perumpamaan ini, kita bisa belajar bahwa kesalahan si anak bungsu ini bukan karena ia meminta bagian hartanya dari bapanya, karena itu memang adalah bagian miliknya yang sudah bapanya sediakan bagi dia. Tetapi yang menjadi kesalahan si anak bungsu adalah dia MENINGGALKAN rumah bapanya. Di situ dia dengan kata lain menyatakan pada bapanya bahwa dia tidak membutuhkan lagi bapanya. Dia menyatakan bahwa dia tidak butuh lagi kasih bapanya. Itulah kesalahan si anak bungsu.
Dan Saudara tentu tahu kelanjutan dari kisah tersebut. Ketika si anak bungsu kembali ke rumah bapanya, dia menemukan kembali kasih dari bapanya. Ternyata dia tidak bisa hidup tanpa kasih dari bapanya.
Dari pelajaran ini kita bisa belajar bahwa kita haruslah tetap hidup di dalam kasih Allah, jangan pernah menyatakan (baik dengan perkataan atau perbuatan) bahwa kita tidak membutuhkan Allah, atau bahwa kita bisa hidup dengan kekuatan kita sendiri. Karena apa ? Karena Allah MEMBENCI orang yang hidup mengandalkan kekuatan manusia (Yeremia 17:5), tetapi Allah mengasihi dan memberkati orang yang mengandalkan Allah dalam hidupnya (Yeremia 17:7)
2. Kita adalah anak-anak Allah.
Jadi apakah kita harus hidup seperti si anak sulung di dalam perumpamaan tersebut di atas ? Itu juga bukan pilihan. Diceritakan di situ bagaimana si anak sulung marah ketika si anak bungsu pulang, si bapa menerimanya dengan penuh sukacita, sampai malah disembelihnya seekor anak lembu tambun (menggambarkan betapa bersukanya sang bapa). Sedangkan selama si anak sulung tinggal di situ dan bekerja di situ, bahkan dia tidak pernah diberikan seekor kambing sekalipun oleh bapanya. Hmm… apa yang salah ? Apakah sang bapa pilih kasih ? Apakah sang bapa hanya mengasihi anaknya yang bungsu ? Sekali-kali tidak! Sang bapa mengasihi keduanya, makanya sang bapa menjawab kegelisahan si anak sulung demikian, “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.” (Lukas 15:31)
Jadi Saudaraku, yang salah bukan sang bapa, tetapi si anak sulung lah yang salah melihat posisinya di dalam rumah itu. Dia tidak melihat posisinya sebagai anak, tetapi hanya sebagai pekerja disitu, yang tugasnya hanya bekerja dan melayani bapanya. Dia lupa akan posisinya sebagai anak, yang sebetulnya dia memiliki seluruh harta kepunyaan bapanya.
Jadi ingatlah posisi kita sebagai apa di hadapan Tuhan: Sebagai ANAK-ANAK ALLAH !
“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;” (Yohanes 1:12 )
Artinya apa ? Itu artinya adalah bahwa Allah mengasihi kita sebagai anak, bukan sebagai hamba atau budak, tetapi sebagai ANAK. Itu mengapa Allah tidak akan pernah menahan berkat-Nya buat kita yang adalah anak-anak-Nya. Malahan Allah RINDU dan MAU untuk memberkati kita dengan limpah. Nah, sekarang setelah kita tahu bahwa kita adalah anak-anak Allah, bertindaklah juga sebagai seorang anak Allah. Kita punya kuasa untuk menolak kemiskinan. Kita punya kuasa untuk mendapatkan berkat melimpah. Amin !
3. Stop Robbing Your God! (Berhentilah MERAMPOK Allahmu !) (Maleakhi 3:8)
Sepertinya ini klise. Banyak pendeta atau hamba Tuhan sudah membagikan hal ini, yaitu tentang PERPULUHAN. Mungkin kita bosan mendengarnya, dan tetap tidak percaya akan hal tersebut. Dulu saya juga sempat tidak mau lagi memberikan perpuluhan. Alasannya ? Klise, … ya.. dengan segini aja udah kurang, apalagi kalo dikurangin perpuluhan, mau makan apa saya ? ….
Tapi Saudaraku, matematika manusia sama sekali berbeda dengan matematika nya Tuhan. Mungkin menurut matematika manusia, 10 – 1 = 9, tetapi menurut Tuhan, sepuluh dikurang satu, bisa berarti berkali-kali lipat ganda dari apa yang tadinya engkau miliki.
Tuhan akhirnya membukakan mata saya mengenai perkara perpuluhan ini.
Allah TIDAK PERNAH BUTUH uang kita. Dia maha kaya, Dia tidak butuh sedikitpun uang kita, yang Dia rindukan cuman HATI kita. Saudara, apakah Saudara tahu, bahwa ketika Saudara memberikan persembahan perpuluhan, sebetulnya yang sedang Saudara lakukan adalah, Saudara sedang memberikan pernyataan pada Tuhan : “Tuhan, aku tahu dalam mata manusia, mustahil aku bertahan dengan kekuranganku, aku tidak sanggup dengan kekuatanku sendiri, tetapi aku PERCAYA bahwa Tuhan SANGGUP, dan MAU untuk menjaga dan memberikan padaku segala berkat yang ada di langit dan di bumi agar aku tidak menjadi kekurangan.”
Dan Tuhan kita, sangat senang ketika kita menyatakan betapa kita membutuhkan Dia dalam hidup kita. Lakukan kembali hal tersebut, dan Saudara akan lihat betapa Tuhan akan memulihkan hidup Saudara seperti dalam Maleakhi 3:10-12.
4. Kembangkan terus kapasitas karaktermu
Allah sudah menyediakan berkat yang melimpah buat semua orang. Sekarang tinggal seberapa besar daya tampung kita untuk berkat tersebut. Apakah yang digunakan untuk menampung berkat Allah tersebut ? KARAKTER !
Karakter Anda lah yang menentukan besarnya daya tampung Anda terhadap berkat Allah tersebut. Berkat Allah seperti layaknya hujan deras yang sudah Tuhan curahkan di depan rumah Anda, sekarang tinggal apakah Anda akan keluar dengan membawa piring ceper ataukah membawa ember ? Semuanya tergantung kapasitas karakter Anda.
Apakah karakter bisa dikembangkan ? BISA.
Seperti seorang olahragawan, mereka harus berlatih untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berolahraga, dan latihan tidak boleh seenaknya jika ingin mendapatkan hasil yang sempurna. Latihan haruslah teratur dan disiplin. Harus berani membayar harga dalam berlatih.
Sama halnya dengan karakter, kita bisa melatih karakter kita agar menjadi semakin baik. Dan memang pada awalnya kita akan mengalami yang namanya ‘sakit-sakit’ pada saat karakter kita di-stretch, tapi Anda tidak boleh berhenti jika ingin berhasil, Anda perlu terus berlatih dan berlatih sampai karakter Anda berkembang. Karakter seperti apa yang harus kita latih ? Karakter Ilahi, karakter yang dimiliki Allah, itulah yang harus kita kembangkan. Contohnya ? Rajin, Ulet, Tekun, Sabar, Teliti, Stabil, Tenang, Tulus, dll.
Dan sama seperti seorang olahragawan, jika latihannya berhenti, maka kemampuan tubuhnya pun akan menurun kembali dengan berjalannya waktu. Jadi disamping kita mengembangkan karakter, kita pun perlu untuk mempertahankan kapasitas karakter kita, jangan sampai menjadi turun kembali ke bentuk awalnya lagi, yaitu tubuh yang malas, tidak ulet, tidak teliti, dsb.
5. Hiduplah di dalam Aliran-Nya
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5)
Jadilah seperti ranting-ranting anggur, yang menempel pada pokok anggurnya dan mengalirkan kehidupan yang didapatnya dari sang pokok anggur menuju buah-buah yang bisa dinikmati oleh orang banyak.
Maksudnya adalah, ketika kita mendapatkan berkat dari Allah, JANGAN DISIMPAN SENDIRI, tetapi alirkanlah lagi supaya menjadi berkat juga buat banyak orang.
“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Lukas 6:38)
(Sang Juruslamat Dunia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar