Ada sebuah kisah tentang rabbi yang bernama Rabbi Zsuya, yang dikenal sebagai seorang yang bijaksana dan berkarya sebagai seorang ilmuwan, guru dan pemimpin. Suatu saat tiba saatnya ia harus meninggalkan dunia ini. Para muridnya yang mendengar ia akan segera meninggal, datang dan berkumpul di dekat ranjangnya. Selama sesaat, rabbi itu mulai menangis.
“Mengapa engkau menangis, Rabbi?” tanya seorang muridnya. “Jika seseorang diberikan jaminan tempat di surga, itu adalah kamu. Kamulah salah satu guru terbesar dan terhormat di dunia ini!”
Rabbi Zsuya menoleh dan menatap dalam-dalam pada murid itu, “Aku akan memberitahukan kepadamu mengapa aku menangis. Jika aku mendekati gerbang surga dan malaikat yang menemuiku bertanya, ‘Mengapa engkau bukan Musa?’ Aku akan menjawab dengan penuh keyakinan, ‘Karena aku tidak dilahirkan untuk menjadi Musa.’ Dan jika malaikat itu menantang saya, ‘Tetapi engkau juga tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang dilakukan Elia,’ Aku akan dengan tegas menjawab, ‘Misiku tidak sama dengan misi Elia.’ Namun ada satu pertanyaan yang aku takut tidak bisa menjawabnya,” rabbi itu menutup perkataannya. Dengan keletihan yang dalam rabbi tua itu berkata, “Aku takut ditanya, ‘Mengapa engkau bukan Rabbi Zsuya?’”
Cerita kiasan ini mengungkapkan tentang masalah yang paling mendalam dari kehidupan manusia. Kepedulian terbesar kita sebagai manusia seharunya bukan kenapa kita tidak menjadi seperti Ibu Teresa, Billy Graham atau Bill Gates. Kepedulian tersebesar kita seharusnya mengapa kita tidak menjadi diri kita sepenuhnya. Tuhan menciptakan kita dengan unik, diperlengkapi dengan talenta yang luar biasa dan hanya ada satu dalam sejarah kehidupan manusia, namun sayangnya seringkali kita hidup untuk menjadi seperti orang lain. Hiduplah dalam keotentikan Anda, dan maksimalkan potensi Anda. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar