Seorang bapak. Demi membantu
perkembangan kehidupan rohaninya, ia secara teratur mengadakan retret pribadi.
Ia akan meninggalkan lingkungan hidup hariannya yang senantiasa gaduh, dan
datang ke tempat sunyi untuk berdoa dan merenungkan derap langkah masa silamnya
serta melihat arah yang harus dijalaninya di masa datang.
Suatu saat di malam hari ketia ia sedang berdoa. Di luar gubuk retretnya terdengar suara yang begitu ramai. Ternyata sekolompok katak sedang bernyanyi ria. Ia mencoba menutup telinganya sedemikian agar suara tersebut tak kedengaran. Namun semakin dia berusaha semakin suara katak tersebut kedengaran semakin kuat. Ia menjadi semakin terganggu.
Dengan berang ia berdiri, membuka jendela kamarnya dan menjulurkan kepalanya keluar lewat jendela tersebut, dan dengan keras berteriak; "Diamlah katak bodoh! Tutup mulutmu! Tidak tahukah kamu bahwa saya sedang berdoa? Tidak tahukah kamu bahwa saya sedang membutuhkan ketenangan?"
Suatu saat di malam hari ketia ia sedang berdoa. Di luar gubuk retretnya terdengar suara yang begitu ramai. Ternyata sekolompok katak sedang bernyanyi ria. Ia mencoba menutup telinganya sedemikian agar suara tersebut tak kedengaran. Namun semakin dia berusaha semakin suara katak tersebut kedengaran semakin kuat. Ia menjadi semakin terganggu.
Dengan berang ia berdiri, membuka jendela kamarnya dan menjulurkan kepalanya keluar lewat jendela tersebut, dan dengan keras berteriak; "Diamlah katak bodoh! Tutup mulutmu! Tidak tahukah kamu bahwa saya sedang berdoa? Tidak tahukah kamu bahwa saya sedang membutuhkan ketenangan?"
Seketika sebuah mukjizat terjadi.
Katak-katak itu diam..., hening...., sepi...!! Mungkin katak-katak itu
dikagetkan oleh suara keras sang bapak tersebut. Dan dalam ketenagan tersebut
sang bapak seakan mendapat sebuah ilham dan bertanya diri; "Mungkinkah
mereka juga sedang memuji dan memuliakan Tuhan dengan cara mereka sendiri?
Siapa tahu, paduan suara katak ini justru menyenangkan hati Tuhan?"
Ia kembali membuka jendela
kamarnya memperhatikan pemandangan gelap di luar gubuk retret tersebut dan
berseru; "Wahai katak sahabatku. Bernyanyilah. Pujilah Tuhan dengan
suaramu yang merdu!" Tak berapa lama kedengaran lagi paduan suara katak
yang merdu. Dan aneh!! Saat ini ia tidak merasa terganggu oleh dendang riang
sang katak, bahkan ia merasa bahwa paduan suara tersebut justru menambah
syahdunya malam yang hening dan kudus itu.
Perubahan batinku akan menjadikan
aku bersahabat dengan dunia sekitarku. Bukan ketenangan fisik yang menjadi
prasyaratan sebuah doa, tetapi ketenangan batinlah yang dibutuhkan. "Tetapi
saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian." (Yoh 4: 23).
sumber:
budimansitohang.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar