Banyak orang Kristen bertanya: "Kalau kita menjumpai konflik dalam kehidupan kita, apakah hal itu merupakan dosa?" Jawabannya: "Tidak." Tetapi untuk mencapai kehidupan yang normal dan serasi, kita harus sanggup mencari "jalan keluarnya."
Saya akan mengambil sebuah contoh yang lazim terjadi di kalangan pemuda/i sekalian: Pada suatu hari Andi telah jatuh cinta pada Debora, teman sekelasnya. Tetapi pada semester berikutnya Andi diharuskan ke Denver, sehingga ia jauh dari Debora. Di kota besar Denver, Andi merasa kesepian, sehingga ia tiap hari menelpon Debora. Tetapi tak lama kemudian, Andi jatuh cinta kepada Lydia. Hal ini menyebabkan konflik dalam hatinya, sehingga setiap kali ia menelpon Debora, ada suatu suara dalam hatinya yang terus menegur perbuatannya.
Pada suatu hari Debora mengatakan, bahwa ia berencana untuk berkunjung ke Denver pada liburan Summer yang akan datang. Mendengar hal ini, Andi merasa senang sekali. Ia berjanji tidak akan mengambil Summer class, dan akan membawa Debora untuk bertamsya di Colorado. Tetapi kegembiraan ini segera diliputi oleh kerisauan, sebab ia teringat akan Lydia dimana hatinya masih terpikat olehnya.
Hari semakin mendekati Summer, konflik dalam hati Andi semakin mendalam, sehingga ia tidak mempunyai semangat untuk belajar bahkan tidak bisa tidur nyenyak. Pendeta tersebut menjawab: "Berdoalah." Namun, setelah Andi berdoa siang dan malam, keadaanya tetap seperti sediakala; tidak bisa tidur dan tidak bisa belajar.
Seminggu kemudian, Andi berkesempatan bercakap-cakap dengan pendeta tersebut, dan Ia mengutarakan persoalan-persoalan yang sedang ia hadapi. Pendeta menjelaskan, bahwa tidak ada seorang yang dapat membantu Andi menyelesaikan konflik itu, kalau Andi tidak sanggup memilih salah satu di antara kedua gadis tersebut. Sebab tidak mungkin bagi Andi untuk sekaligus mencintai kedua-duanya. Maka Allah dianjurkan untuk mengubah cara berdoanya, bukan berdoa supaya Tuhan memberikan Andi tidur nyenyak dan semangat untuk belajar, tetapi berdoa supaya Andi mengetahui kehendak dan pimpinan Tuhan: gadis mana yang harus ia pilih.
Mungkin para pemcira ingin segera mengetahui, bagaimana hasil dari doanya; apakah yang dipilih Debora atau Lydia? Maaf, di sini tidak akan saya ukirkan, siapa yang dipilih Anda. Namun setelah Andi sanggup "make a final decision", konflik tersebut lambat laun telah diselesaikan, dan Andi kembali belajar dengan penuh semangat dan bisa tidur nyenyak. Selain itu ia telah mendapat suatu pelajaran yang untuk waspada dalam asrama.
Konflik semacam ini dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan kita. Misalnya dalam memilih pelajaran, pekerjaan, menentukan hari depan dan lain-lain. Di teman Getsemani, Tuhan Yesus juga mengalami konflik dalam hati-Nya: menderita atau melarikan diri dari penderitaan kayu salib. Maka Tuhan Yesus berdoa tiga kali dengan doa yang hampir sama. Akhirnya Ia sanggup memilih kehendak Allah Bapa atas diri-Nya, yaitu menderita dan mati di atas kayu salib (Mat 26:36-46).
Dalam kitab Kejadian pasal 22, mungkin Abraham juga mengalami konflik dalam hatinya, tatkala Tuhan menguji imannya. Kalau Tuhan mengetahu Ishak adalah anak tunggal Abraham yang dikasihinya, mengapa Tuhan sampai hati menyuruh Abraham mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran? Saya yakin konflik timbul antara rasio dan iman percaya Abraham terhadap Tuhan. Akhirnya Abraham sanggup taat dan memilih kehendak Tuhan atas dirinya, sehingga Abraham layak disebut sebagai "bapa segala orang yang beriman."
Konflik yang terus menerus terjadi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kegelisahan dan kecemasan dalam kehidupan kita. Apalagi kalau suatu konflik sudah masuk di dalam "alam bawah sadar", maka hal itu akan menyebabkan perkembangan jiwa yang abnormal.
Sebagai konklusi, sekali lagi saya tegaskan bahwa konflik bukan suatu dosa, tetapi objek keinginan kita mungkin tidak diperkenankan Tuhan, bahkan merupakan hal yang berdosa. Prinsip Alkitab sangat mementingkan kelakuan seseorang, tapi tidak juga mengabaikan pemikirannya, sebab pemikiran merupakan induk perbuatan seseorang. Tuhan tidak menuntut pemikiran kita selal "Holy, Holy, Holy" (100% suci), tetapi Tuhan menuntut supaya kita dengan sadar mengontrol motivasi pemikiran kita, dengan prinsip Alkitab untuk menyelesaikan konflik dalam kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar