Terkadang memang agak aneh sifat manusia itu. Jauh-jauh hari merencanakan mendapatkan seseorang yang baik, pintar dan rajin untuk mendampingi hidupnya. Namun, setelah cita-citanya tercapai, malahan menjadi minder karena merasa terkalahkan dalam kemampuan mengelola rumah tangga. Pemicu perceraian terkadang disebabkan bukan hanya karena hal penyelewengan saja melainkan bisa juga karena "ego"nya terlecehkan. Padahal, belum tentu pasangannya bermaksud melecehkannya, bisa juga karena ingin menunjukkan bahwa ia mampu melakukan hal itu demi kebanggaan dan kebahagiaan keluarganya. Seringkali emosi tinggi yang tidak disertai rasio positif yang menciptakan keretakan-keretakan sebuah rumah-tangga. Padahal sebuah keluarga itu merupakan kesatuan yang saling mengisi satu dengan yang lainnya dan bukan untuk saling menjatuhkan atau bersaing dalam kecerdasan, melainkan menjadikan perbedaan sebuah kekayaan keluarga yang memiliki "nilai" untuk membina kebahagiaan selamanya. baru-baru ini seorang wanita asal Mesir meminta perceraian setelah dirinya sadar suaminya lebih lihai dalam hal memasak daripada dirinya.
Mohammed Said, seorang koki di Hotel Kairo, mengejutkan keluarganya ketika dirinya memasak untuk makan malam pada awal bulan Ramadan. Saat itu, seluruh anggota keluarganya tengah berkumpul untuk menunggu waktu berbuka puasa.
Said menunjukkan bakat memasaknya yang didapatkan lewat pelatihan memasak di hotel. Dirinya pun terlihat dapat mengalahkan istrinya, Nahal, dalam hal memasak. Demikian seperti dilansir RIA.
Nahal pun akhirnya meminta cerai kepada suaminya setelah kedua putranya meminta ayahnya terus memasak untuk keluarga. Anak-anaknya pun menyatakan lebih menyukai masakan yang dimasak ayahnya daripada ibunya.
Meski demikian, pengadilan di Mesir terpaksa menunda proses pengadilan kedua pasangan suami istri tersebut sampai akhir bulan Ramadan. Pengadilan berharap Nahal akan mempertimbangkan pilihannya, karena tanpa perceraian keharmonisian di keluarga Said akan tercipta.
Sebuah keluarga bukan merupakan arena untuk saling beradu kepandaian, melainkan ciptakanlah kelebihan masing-masing sebagai suatu "kekayaan" yang memiliki nilai plus bagi kelangsungan keluarga yang memiliki masa depan yang cerah dan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar