Alkitab dan Ilmu Pengetahuan

Oleh: Changdeb

Banyak orang berpendapat bahwa Alkitab dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang saling bertentangan. Dan karena ilmu pengetahuan sangat mengandalkan logika, maka logika pun dianggap sebagai hal yang tidak sejalan dengan Alkitab: iman pasti bertentangan dengan logika. Pikiran sampingan dari pernyataan ini adalah, orang yang percaya kepada Alkitab tidak mudah menerima ilmu pengetahuan, dan orang yang mengandalkan ilmu pengetahuan tidak bisa menerima kebenaran Alkitab.
  
Memang tak bisa dipungkiri, sepanjang sejarah umat manusia, telah terjadi banyak perdebatan dan pertentangan antara pihak “gereja” dan ilmuwan. Gereja menuduh ilmuwan menentang Tuhan dan menyebarkan ajaran “sesat” serta membuat orang tidak percaya pada Tuhan, sedangkan ilmuwan menganggap gereja percaya kepada hal-hal “mistis” yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.
    
Waktu terus berjalan, zaman terus berkembang, ilmu pengetahuan terus berubah sesuai dengan penemuan-penemuan terbaru, tetapi Alkitab tetap sama, dulu maupun sekarang. Pertentangan antara “gereja” dan ilmuwan tidak lagi setajam dahulu, tapi secara pribadi, masih banyak orang yang berpendirian serupa: memihak Alkitab dan iman, atau memihak ilmu pengetahuan dan logika.
    
Tetapi mari kita lihat permasalahan ini dari sudut pandang lain. Kalau kita pendukung Alkitab, mari kita tanyakan: apakah Tuhan Yang Maha Esa, yang kita percaya menciptakan bumi dan segala isinya, menjadikan alam semesta ini tanpa pengetahuan? Mungkinkah Sang Sumber segala ilmu, Bapa segala pengetahuan, Allah Yang Mahatahu ini menciptakan segala sesuatu tanpa perhitungan yang akurat, tanpa perencanaan yang matang?
       
Kita tahu bahwa jawabnya adalah tidak mungkin. Allah kita adalah Arsitek Agung, Ilmuwan Agung, Dokter Agung, yang kepandaian, pengetahuan, kemampuan, dan kekuasaan-Nya tak terhingga dan tiada taranya, jauh melampaui makhluk mana pun di dunia ini. Pengetahuan-Nya begitu luas tak terselami, tapi Dia tidak membuatnya sebagai rahasia yang tak mungkin dipahami oleh manusia.
      
Dia memberi manusia otak yang mampu berpikir, meneliti, menimbang, menganalisa, dan mengenali mekanisme kerja sebagian karya cipta-Nya. Mekanisme-mekanisme kerja inilah yang kemudian ditemukan dan dirumuskan oleh Einstein, Newton, Pascal, Edison, dan masih banyak lagi nama yang tak mungkin disebutkan di sini.
     
Dan kalau kita pendukung ilmu pengetahuan, pernahkah kita memikirkan, tangan siapa yang ada di balik semua hukum alam di semesta ini? Kita tahu ada hukum gravitasi, tapi bisakah kita menjawab, siapa yang menjadikan hukum itu ada, siapa yang membuat setiap benda memiliki bobotnya masing-masing? Siapa yang membuat sinar inframerah berbeda panjang gelombangnya dengan sinar ultraviolet? Apakah kita bisa jujur menjawab, dan setulus hati percaya, bahwa itu terjadi dengan sendirinya? Kalau kita yakin bahwa semua makhluk di bumi ini pada awal mulanya berasal dari satu sel yang berevolusi, bisakah kita menjawab mengapa sampai hari ini pun masih ada mahkluk bersel tunggal? Mengapa ada mahkluk yang berevolusi menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda tetapi ada yang sejak zaman purba sampai sekarang masih tetap sama? Mengapa ada makhluk yang punah?
      
Ilmu pengetahuan, dengan segala kecanggihannya menjelaskan bagaimana bumi berputar, tak akan pernah bisa menjawab pertanyaan siapa dan mengapa ini. Ilmu pengetahuan menjawab pertanyaan apa dan bagaimana isi dunia ini, sedangkan Alkitab menjawab siapa dan mengapanya. Bersama-sama, apabila diletakkan pada sudut pandang yang tepat, keduanya membawa kita lebih dekat pada pengenalan akan Sang Pencipta alam semesta.***

Tidak ada komentar: