Oleh: Simon Gunawan
Ester 1:1-22
Raja Persia, Ahasyweros (485-465) putera Darius I dengan kebesarannya menguasai 127 daerah (propinsi) mulai dari India hingga Ethiopia (Afrika).
Diceritakan, setelah 3 tahun pemerintahannya ia mengadakan perjamuan; tepatnya pameran kekayaan dan kekuasaan secara besar-besaran selama 180 hari plus 7 hari.
Namun yang menarik untuk direnungkan adalah, cara hidup istri Ahasyweros yang disebut 'Ratu Wasti'.
Siapakah Wasti?
Tidak diceritakan asal-usulnya. Yang jelas ia berparas cantik dan sangat disayang raja Ahasyweros. Karier perjalanan hidupnya berakhir setelah ia dibuang dan posisinya digantikan ratu Ester.
Tentu ada alasan yang masuk akal mengapa sang ratu yang berparas nan elok mesti dibuang.
Lho kok dibuang? Emangnya barang rongsokan yang mesti dibuang? Barangkali pakaian bekas ratu yang dibuang? Oh tidak! Alkitab jelas memaparkan bahwa yang dibuang seutuhnya sang ratu itu sendiri.
I. Menolak perintah untuk menghadap raja Ahasyweros (Ester 1:11-12).
Ratu Wasti menolak atau menentang titah raja untuk menghadap sehingga raja Ahasyweros menjadi marah.
Keinginan raja Ahasyweros itu sebenarnya simpel saja. Raja bangga karena memiliki permaisuri berparas cantik dan ingin memperlihatkan sekaligus memperkenalkan sang ratu kepada para tamu undangan yang terdiri dari para pembesar-pembesar dan tamu-tamu VIP lainnya.
Bila menghadap raja, ratu Wasti disarankan mengenakan mahkota kerajaan yang merupakan indentitas diri yang sah seorang ratu. Sayang seribu kali sayang permintaan yang tidak sulit itu ditolak sang ratu.
Kemungkinan besar Wasti menolak permintaan raja. Karena, Wasti sibuk dengan urusannya sendiri menemani para perempuan dalam perjamuan terpisah (Ayat 9). Wasti mengabaikan dan menganggap sepele titah raja.
Penolakkannya berakibat raja Ahasyweros dipermalukan.
Maksud baik belum tentu disikapi secara baik pula. Yunus menolak ketika disuruh pergi ke kota Niniwe, padahal permintaan Tuhan sederhana saja dan tidak diluar konteks tugas pokok seorang nabi, yaitu menjadi penyambung lidah Allah atau memberitakan Firman Allah sebagai pesan isi hati Allah., tetapi Yunus menafsirkan keinginan Allah dengan kesimpulan dan keputusannya sendiri. Akibatnya, ia mengalami hukuman dan terbuang ke perut ikan paus.
Raja Saul pun demikian. Karena ia berinisiatif sendiri dan mengambil alih tugas Samuel, dengan cara melaksanakan korban bakaran yang bukan bagiannya. Ia di tegor Samuel dan keputusan fatal terjadi atasnya.
"Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah Tuhan, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya Tuhan mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. ....." (1 Samuel 13:13-14a).
Bagaimanakah dengan hidup umat Tuhan dimasa kini? Bukankah Tuhan Yesus adalah Raja di atas segala raja yang berkeinginan sama agar kita memuliakanNya, menghormatiNya dan menghadapNya setiap saat. Bukan karena maksud lain; melainkan agar kita selalu berada di hadiratNya. Hal tersebut dapat dilakukan jika kita rajin berdoa, beribadah dan berbakti kepadaNya. Tapi sayang, acapkali karena kesibukan dengan urusan sendiri beberapa umat Tuhan justru melalaikan kehendakNya tersebut.
Ketika menghadap Raja di atas segala raja; Tuhan berkehendak agar kita juga mengenakan jati diri yang sah yaitu mahkota, karena kita adalah anakNya, calon mempelaiNya, sahabatNya dan bagian dari keluarga kerajaanNya, yaitu keluarga Allah. Maksudnya ketika menghadap hadiratNya kita harus menanggalkan tabiat lama kita dan mengenakan mahkota kekudusan dan kemuliaan sebagai citra diri bahwa benar kita adalah bagian keluarga kerajan Allah.
2. Bersalah kepada raja dan orang lain (Ester 1:16).
Perbuatan Wasti dikategorikan telah menghina dan mencoreng wajah raja Ahasyweros. Menurut pendapat ke tujuh pembesar Persia dan Media bahwa perbuatan sang ratu bisa berdampak luas, bukan saja dapat mempengaruhi para pembesar di seantero negeri melainkan juga para istri akan mengikuti jejaknya untuk tidak patuh dan hormat terhadap suaminya masig-masing. Dengan kata lain menjadi batu sandungan atau contoh yang tidak baik bagi lingkungan di dalam maupun seputar daerah kekuasaan Persia dan Media.
Wasti di vonis bersalah! Hukumannya: Wasti dikucilkan dari istana dan dilarang mengahadap atau bertemu raja Ahasyweros.
Itulah konsekwensi istri seorang raja yang melanggar aturan kerajaan. Setiap langkah dan tindakannya menjadi sorotan publik, tindakan salah sekecil apapun berdampak luas dan fatal baik bagi dirinya maupun orang lain.
Perumpamaan Alkitab mengenai 10 anak dara (Matius 25:1-13). 5 anak dara yang bijaksana menyediakan minyak sebagai cadangan agar pelitanya tetap bernyala. Ketika mempelai pria datang mereka disambut hangat dan masuk dalam pesta perjamuan pernikahan. Sedangkan 5 anak dara yang bodoh lalai membawa minyak cadangan dan membiarkan pelitanya hampir padam. Mereka terpaksa keluar untuk membeli minyak. Ketika kembali, pintu pesta perjamuan telah ditutup, dan terdengar suara dari dalam "sesungguhnya aku tidak mengenal kamu".
Lima anak dara yang 'bodoh' secara tidak langsung telah melalaikan tanggungjawab dan kepercayaan yang diberikan mempelai pria, akibatnya mereka di tolak untuk masuk dalam pesta perjamuan nikah.
Sebagai umat Tuhan yang baik, Tuhan menuntut agar hidup kita berpadanan dengan Kristus; yang artinya keteladanan Kristus harus jadi contoh; baik kasihNya, kekudusanNya maupun prilakuNya yang rendah hati dan selalu mengutamakan kehendak BapaNya di sorga.
Umat Tuhan seharusnya menjadi 'saksi', baik di dalam maupun di luar. Bukan saja perkataannya, prilakunya, maupun hidupnya. Jika menyimpang, akan menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain dan ujung-ujungnya nama Tuhan tidak dipermuliakan.
Lebih baik di 'tolak. manusia daripada di 'tolak' oleh Tuhan dan lebih baik 'dibuang' manusia daripada di 'buang' Tuhan yang adalah Raja kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar