Kok Saya Tidak Pernah Merasa Cukup?



Tidak pandang kaya atau miskin, uang memang tidak pernah memberi rasa cukup. Selalu saja setiap orang akan merasa kurang jika menyangkut alat pembayaran yang satu itu. Padahal tahukah anda, bahwa perasaan selalu kurang itu adalah sumber ketidakbahagiaan?
Jika perasaaan itu dibiarkan berkembang, ada beberapa hal yang bisa terjadi:

1. Mengakibatkan kekuatiran
Orang yang cenderung merasa kurang terus menerus akan hidup dalam kekuatiran. Dia akan tidur di malam hari dengan rasa gundah dan kuatir akan hari esoknya. Dia akan merasa bahwa Tuhan kurang sanggup menolongnya keluar dari belitan masalah keuangan.

2. Rusaknya hubungan dengan orang lain
Beberapa orang yang selalu merasa kurang, akan mulai melirik orang lain sebagai tambang emasnya. Dalam kondisi ini, pada akhirnya, kasih dapat berubah menjadi manipulasi, karena orang tersebut akan selalu berusaha mencari keuntungan dari orang lain yang berada di sekitarnya.

3. Menimbulkan gaya hidup konsumtif
Sebagian dari mereka yang selalu merasa tidak cukup adalah bukan tipe orang yang hemat. Mereka suka membelanjakan uangnya bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Akhirnya, mereka terjebak dalam hutang baik cash, maupun lewat pemakaian credit card. Masalah demi masalah akan semakin banyak menekan mereka.

4. Mengaburkan pendangan tentang Allah
Memang benar Allah adalah sumber berkat. Tapi manusia datang kepada Tuhan semestinya bukan karena berkat. Kita harus mencari wajah Tuhan, bukan tanganNya saja. Mereka yang selalu merasa kurang akan punya motivasi tersendiri ketika mereka berdoa atau pergi ke gereja. Fokusnya bukan lagi Tuhan, tapi berkat Tuhan.
Jangan biarkan 4 hal itu terjadi dalam hidup anda, sebagai orang yang percaya pada Tuhan!! Karena itu, mulailah untuk memiliki hati yang baru. Sebuah hati yang selalu merasa cukup akan berkat Tuhan dalam kehidupan ini.

Bagaimana caranya memperoleh hati yang selalu merasa cukup?

1. Disiplinkan diri untuk hidup berdasarkan kebutuhan dan bukan keinginan. Filipi 4:19 mengatakan bahwa “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus”. Keperluan dan bukan keinginan. Jika kita membiasakan hidup berdasarkan keinginan, tidak akan ada yang pernah cukup. Ingin punya mobil baru, ingin punya hp model terbaru, dsb. Tidak akan pernah berhenti!

2. Hiduplah dengan iman Jika Tuhan berjanji akan memelihara kehidupan kita, percayalah bahwa Dia akan menepati janjiNya! Belajarlah untuk mempercayai Tuhan, sebuntu apapun situasinya. Pertolongan Tuhan pada hidup keuangan anda pasti tidak akan pernah terlambat.

3. Belajar Mengucap syukur Berapapun yang anda punya, mengucap syukurlah. Itu semua adalah berkat Tuhan yang sekarang dipercayakan kepada anda. Ingat ketika Tuhan hendak memecah roti untuk 5 ribu orang laki-laki? Dia-pun mengucap syukur sebelum memecah-mecah roti tersebut, dan keajaiban terjadi. Ada kuasa dalam ucapan syukur! Berkat Tuhan akan mengikuti orang yang tahu mengucap syukur. Mengucap syukur juga merupakan ‘terapi’ untuk bisa mencukupkan diri dalam segala keadaan.

4. Hidup berkemurahan Orang yang hidupnya disebut berkelimpahan adalah orang yang bisa merasa cukup dan mau memberi dari apa yang ia punya. Jangan jadi orang pelit yang menyimpan segala sesuatu untuk dirinya sendiri. Walaupun angka di kalkulator anda membuat dahi mengernyit, tetaplah setia untuk memberi, terutama untuk pekerjaan Tuhan dan untuk orang lain.
Kisah Para Rasul 20:35 jelas menyatakan “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”.
Apa yang kita pegang sekarang bisa hilang seketika karena satu dan lain hal. Tapi apa yang kita tabur di ladang Tuhan, memiliki nilai yang kekal.
Rasa cukup itu bukan berasal dari jumlah yang kita punya. Cukup itu sebuah sikap hati! Mau merasa cukup? Miliki sikap hati yang baru. “…..sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Fillipi 4:11b). ***

By : Maya Hadiwidjaja
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar