Memahami Periode Zaman Akhir



BERMULA dari diskusi antara Tuhan Yesus dan para murid, maka jelaslah pemahaman tentang jaman akhir. Dalam diskusi itu Tuhan Yesus berkata, bahwa Dia akan kembali ke rumah Bapa untuk mempersiapkan tempat bagi orang percaya (Yohanes 14:1-3). Tempat di  kekekalan, yang kita sebut sebagai surga. Dan, waktunya akan tiba, bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali untuk membawa kita yang percaya kepada-Nya. Karena di mana Dia berada maka di situlah orang percaya juga ada. Sebuah janji yang sangat kokoh, janji tentang kekekalan. Pada waktu Tuhan Yesus naik ke surga, maka amat sangat jelas pesan malaikat kepada para murid. Sama seperti Dia terangkat ke surga, begitulah Dia akan datang kembali, turun dari surga (Kisah 1:11). Datang kembali, kita sebut sebagai kedatangan-Nya yang kedua. Kedatangan-Nya yang pertama menunjuk peristiwa inkarnasi, ketika Firman, yang sama dan sehakekat dengan Allah, yang adalah Allah itu sendiri, menjadi manusia (Yohanes 1:1-3 band, Filipi 2:6-9). Sang Firman telah menjadi darah dan daging, inkarnasi (Yohanes 1:14), dan diam di antara manusia ciptaan-Nya. Dia, Firman hidup itu telah ada di dalam dunia, itulah kedatangan-Nya yang pertama. Dia datang untuk menebus manusia dari hukuman murka Allah. Manusia telah berdosa di hadapan Allah, dan hanya ada satu kemungkinan, yaitu penghukuman. Hukuman mati, mati di kekekalan sebagai konsekuensi dosa. Dalam kedatangan yang pertama, Tuhan Yesus merelakan diri mati di kayu salib untuk menebus manusia. Dan Dia bangkit, sebagai wujud kemenangan atas maut, dan menjadi harapan kuat bagi orang percaya. Harapan kuat bukan sekadar berdasarkan janji, melainkan peristiwa aktual. Itulah Jumat Agung dan Paskah bagi orang percaya.

Nah, Dia sudah kembali ke surga, karena memang Dia datang dari sana, dan ini pun aktual dalam peristiwa, dalam sejarah. Dia ada di dalam dunia, turun dari surga, karena cinta kasih-Nya yang amat besar itu. Sungguh sebuah fakta yang sangat luar biasa. Dia kembali ke surga menyediakan tempat sunggah amat sangat menggembirakan. Dia akan datang kembali, itulah kedatangan kedua. Jadi sangat jelas, periode jaman akhir adalah jarak antara kedatangan yang pertama yang diakhiri dengan kenaikan TuhanYesus ke surga, dan kedatangan-Nya yang kedua kali, akan turun lagi dari surga.

Bilakah Dia datang kembali? Sebuah pertanyaan yang menarik. Untuk hal ini dengan tegas Tuhan Yesus berkata, tidak ada seorang pun yang tahu, tidak malaikat, juga tidak Anak Manusia (Yesus, Allah yang mengosongkan diri = kenosis). Hanya Bapa yang mengetahuinya (Markus 13: 32). Mengapa manusia tidak diberitahu waktu kedatangan-Nya? Sederhana sekali, karena memang manusia tidak perlu tahu. Tuhan Yesus tahu apa yang manusia perlu tahu, dan Dia memberitahunya. Yeus memberitahu, bahwa tidak ada yang tahu waktu kedatangan-Nya. Tapi kita diberitahu bagaimana menanti kedatangan-Nya. Ini yang penting. Selama kita tahu bagaimana menunggu kedatangan-Nya, maka kapan pun Dia datang bukanlah masalah. Yesus berkata, yang penting ialah bahwa kita sebagai orang percaya harus selalu hidup berjaga-jaga (Markus 13: 33).

Hidup berjaga-jaga, artinya hidup menjaga diri agar selalu sesuai dengan ketetapan perintah Tuhan. Menaati firman-Nya siang dan malam, kapan pun, di mana pun, dalam seluruh aktivitas kehidupan kita. Kapan Dia datang kembali itu bukan topik yang penting, tetapi bahwa Dia pasti datang, itulah yang terpenting. Begitu jelasnya ajaran Alkitab, sehingga tidak mungkin umat salah mengerti, apalagi tidak mengerti. Hanya saja fakta yang ada berbicara beda, karena ada banyak umat yang salah paham, bahkan kebingungan oleh berbagai spekulasi tafsir yang tidak bertanggung jawab. Tafsir yang tidak sejalan dengan Alkitab. Ada kelompok yang dengan rajinnya menghitung tanda jaman dan memprediksi kedatangan Tuhan Yesus yang kedua.

Di waktu lampau Charles Russel pendiri Saksi Yehowa, pernah mengeluarkan statement tentang kedatangan Tuhan Yesus dan ternyata meleset. Sementara dari kalangan Kisten Protestan, bahkan lebih banyak lagi yang berhitung memprediksi kedatangan Kristus. Angka seperti tahun 1988, 2000, 2012, 2018, mewarnai tafsir yang beredar. Begitu juga dengan kaitan peristiwa, seperti ketika Perang Teluk di mana Irak melakukan agresi militer ke Kuwait, yang melibatkan pasukan sekutu pimpinan AS ke dalam perang. Sementara Irak mendapat dukungan penuh dari Uni Soviet yang waktu itu masih bersatu, tapi sekarang pecah menjadi Rusia dan beberapa negara. Lalu dari gejala bencana alam, seperti gempa, tsunami Aceh, Nias, lalu kemarin di Mentawai.  Semua ini adalah tafsir yang muncul di Indonesia, baik oleh pengkhotbah lokal maupun dari luar. Semua berdalih mendapat bisikan Roh Kudus. Tetapi terbukti itu adalah roh bulus, alias palsu, alias gombal. Yang pasti semua melawan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, bahwa tidak ada seorang pun yang tahu.

Pengkhotbah masa kini tak lebih dari orang yang sok tahu, sombong, dan merasa diri lebih hebat dari Yesus Kristus. Sementara umat tak kalah gilanya, lebih mempercayai mereka ketimbang Alkitab. Di sisi lain, menggilanya fenomena akhir jaman di masa kini dengan mengatakan “sekaranglah waktunya” semakin meluas saja. Padahal jelas sekali, jaman akhir itu dimulai dari kedatangan Yesus Kristus yang pertama, hingga kedatangan yang kedua, yang tidak diketahui masanya. Paulus menyebut jamannya, di sekitar 2.000 tahun yang lalu sebagai jaman akhir (2 Timotius 3:1). Waktu ini bergerak sebagi sebuah proses menuju akhir dari pada jaman. Kita hidup di periode jaman akhir, dan akan berakhir, yang disebut sebagai akhirnya jaman. Apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini, Alkitab dengan jelas dan tegas mengatakan tidak akan membaik, bahkan sebaliknya akan semakin keras, memburuk dan sangat menyedihan. Semuanya, di segala aspek, memprihatinkan. Tetapi, lagi lagi, tidaklah penting kapan akhir jaman itu akan tiba, karena yang penting adalah bagaimana kita menjalaninya. Abaikan berbagai khotbah spekuklatif, atau Anda juga akan menjadi provokator yang mengacaukan keimanan umat. Jangan pernah takut terhadap peristiwa apa pun, bahkan jika gempa sekalipun, dan gempa itu di sekitar anda. Gempa hanyalah menciptakan kerusakan alam, dan itu adalah sebuah konsekuensi keterkutukan alam karena keberdosaan manusia. Dan, kemungkinan lainnya, Anda menjadi korban. Itu pun bukan masalah, karena kematian hanyalah titik balik pertemuan orang percaya dengan Tuhan di kekekalan. Tak ada yang salah pada sebuah gempa, yang salah adalah ketakutan kita. Tetapi bencana apa pun akan menjadi masalah besar jika kita tidak hidup dalam persekutuan dengan Yesus Kristus.

Semakin mendekat dunia kepada akhir daripada jaman, maka semakin kacaulah kehidupan, tetapi semakin tampaklah perbedaan orang percaya atau bukan. Jaman akhir adalah sebuah periode yang tak terhindarkan, bahkan menjadi keharusan. Karena itu orang percaya harus bijak dalam menyikapinya. Tidak menjadi sembarang dalam menafsir, apalagi terjebak pada arus “paranormal” atas nama iman atau penglihatan. Rasul Paulus sendiri seringkali mengkritik mereka yang disebutnya sebagai berkajang dalam penglihatan-penglihatan (Kolose 2:18). Mereka yang selalu berkata dapat penglihatan ini dan itu, lalu memberi kesimpulan akan begini dan begitu. Mereka hanya akan menggagalkan orang yang lemah iman, karena sejatinya mereka adalah alat setan dalam usaha menjatuhkan orang percaya. Banyak yang akan terjatuh karenanya, tetapi itu hanya membuktikan ketidaksejatiannya. Sebaliknya mereka yang beriman teguh akan mampu bertahan, dan tidak terjebak bujuk rayu orang yang berkajang dengan penglihatan. Orang percaya harus jeli terhadap bahaya yang sudah diperingatkan oleh Alkitab. Betullah apa yang dikatakan pemazmur, bahwa Firman Tuhan adalah pelita bagi kaki dan terang bagi jalan kita. Belajarlah mengerti Alkitab dan telitilah dengan baik, dan kagumlah betapa terangnya kehidupan yang digambarkan oleh Alkitab. Selamat berjalan dijaman akhir, dan selamat menanti akhir jaman dengan selalu berjaga, hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kenali diri anda, dan jadilah bijak.



reformata.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar