HARMAGEDON, sering disebut-kan
oleh para pengulas akhir jaman. Berbagai tafsir disampaikan, namun aroma
sensasinya yang paling terasa. Hollywood, cukup jeli melihat dan memanfaatkan
judul ini untuk film yang mereka produksi. Tentu saja dengan memperhitungkan
aroma sensasinya di kalangan tertentu umat Kristen. Film yang dibintangi oleh
Bruce Willis ini, mengisahkan tentang kepahlawanan Bruce Willis sendiri sebagai
seorang penambang hebat. Mereka dikirim ke luar ruang angkasa demi misi
menyelamatkan dunia. Akhirnya sudah dapat diduga, ada ledakan besar di luar
ruang angkasa, dan dunia pun selamatlah. Di film ini, keugalan khas Bruce
Willis, dan kisah cinta putrinya dengan anak buahnya sendiri menjadi nuansa
terkuat. Sementara ceritanya berjalan biasa, dan bernuansa fiksi yang kuat.
Yang pasti film yang tak ada kaitannya dengan Alkitab ini berhasil memanfaatkan
kata yang ada di dalam Alkitab untuk meraih suksesnya.
Apa sebetulnya harmagedon? Dalam Wahyu 16:16, tertulis, “Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon”. Kata Harmagedon hanya disebut sekali dalam Alkitab. Lokasi nama ini tidak ditemukan di bagian lain Alkitab, sehingga secara geografis tidak terdeteksi. Bisa jadi ini adalah nama simbolis, sehingga yang diperlukan adalah pemahaman teologis berdasarkan perikop di mana teks ini ada. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Harmagedon adalah Megido, yaitu daerah perbukitan di jajaran Bukit Karmel. Pendapat ini berdasarkan nama Harmagedon yang dalam bahasa Siria disebut Magedon yang bisa berarti permukaan datar. Di daerah ini Yosua bertempur dan mengalahkan banyak musuh (band. Yosua 10: 40, 11: 16; daerah perbukitan). Dalam Hakim-Hakim 5:19-20, tercatat kisah peperangan Debora dan Barak mengalahkan Raja Sisera di dekat mata air Megido. Di lokasi ini juga terjadi pertempuran antara Yosia dan Nekho. Yosia tak mengindahkan pesan Allah yang disampaikan lewat Nekho, dan ini menjadi akhir dari kehidupannya. Yosia gugur di Megido, di daerah lembahnya (2 Tawarikh 35: 22).
Tampaknya peristiwa pertempuran yang dicatat dalam Perjanjian Lama cocok dengan gambaran permukaan datar sebagai arena perang. Secara geografis saat ini, letak Megido di antara Bukit Karmel dan Bukit Tabor. Daerah yang tidak terlalu luas untuk sebuah perang besar yang digambarkan dalam kitab Wahyu. Apakah Harmagedon sama dengan Megido? Sebuah kemungkinan, tapi bukan kepastian. Jika demikian, apakah makna Hamargedon dalam konteks akhir jaman? Yang pasti sensasi soal nama ini jauh lebih populer ketimbang makna yang sesungguhnya. Cobalah simak berbagai khotbah akhir jaman di seputar peristiwa Perang Teluk. Ketika agresi militer Irak semakin mendalam ke daerah Kuwait, maka Amerika yang berkepentingan di Timur Tengah, baik dari segi militer maupun ekonomi, tidak tinggal diam. Amerika dan negara sekutu, maju dan membombardir Irak agar mundur.
Perang semakin tegang ketika Uni Soviet kala itu (sekarang Rusia), melibatkan diri. Uni Soviet membantu Irak dengan rudal scud-nya yang terkenal itu. Irak tak hanya menyerang ke arah Kuwait, tetapi juga melepaskan rudal scud ke daerah Israel, dengan harapan Israel terlibat perang. Jika ini terjadi maka peta perang bisa jadi berubah. Saat itu semua negara-negara Arab sepakat menyalahkan serangan Irak. Namun jika Israel terlibat, maka sikap negara-negara Arab bisa berubah drastis. Maklum, Israel ditempatkan pada posisi musuh bersama. Untung Israel mampu menahan diri, dan memilih untuk tidak terpancing membalas rudal Irak.
Di situasi Perang Teluk ini, para pengkhotbah yang getol dengan isu akhir jaman mengulas tuntas berbagai isu sensasional. Mereka berkata bahwa perang akan bergeser ke Israel, dan terjadilah perang Harmagedon. Uni Soviet yang digambarkan sebagai Magog, dituding sebagai antikris bersama anteknya Irak. Perang Harmagedon akan menjadi perang terakhir di dunia, dan menjadi titik kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. “Orang percaya akan diangkat, inilah waktunya pengangkatan”, kata mereka. Hasilnya sangat terang benderang. Khotbah mereka salah, analisis mereka terbukti sensasi belaka. Uni Soviet, bukannya menjadi antikris yang dikatakan besar dan hebat, bahkan sebaliknya menjadi negara yang terkoyak. Uni Soviet menjadi Rusia yang melemah, dan sibuk berperang dengan bekas negara federasinya. Sementara Irak yang dimotori Saddam Hussein, jatuh. Masa kejayaan Saddam berakhir, dan situasi politik di Irak masih belum stabil. Saling bom, jatuh korban, tanpa jelas mana kawan dan mana lawan. Ini adalah fakta yang tak terbantah.
Dan di sisi lain, tak bisa dibantah betapa khotbah akhir jaman seringkali didominasi oleh spekulasi yang jauh dari data dan fakta Alkitab. Spekulasi ini seringkali dibungkus dengan isu yang tak jelas, dan legalitas oleh penglihatan-penglihatan. Betullah kritik Rasul Paulus tentang orang yang doyan berkajang dengan penglihatan (Kolose 2:18), padahal berita Alkitab sangat jelas. Secara geografis juga tak mungkin lembah hingga perbukitan Megido menjadi tempat perang modern di mana ada pesawat dan rudal dengan jelajah ratusan kilometer. Harmagedon bahkan terlalu kecil untuk perang klasik dengan yang melibatkan jutaan orang. Ingat, penduduk Israel di seluruh dataran Israel saja berjumlah 7 juta orang. Bagaimana bisa berkumpul dan terjadi perang tingkat dunia di Harmagedon yang adalah wilayah kecil di Israel yang juga kecil. Spekulasi yang sangat tidak berdasar, dan tidak bertanggungjawab bukan? Itulah sensasi, yang memang ternyata disukai oleh sekelompok umat Kristen.
Lalu apa kata Alkitab yang sebenarnya tentang Harmagedon. Dalam Wahyu 16: 1-16, sangat jelas bahwa Allah menumpahkan cawan murka-Nya. Dia menghukum dunia yang memberontak kepada-Nya. Orang-orang yang menjadi pengikut setan ditimpa cawan murka Allah. Lalu diceritakan diayat 13, roh setan mengadakan perbuatan ajaib dan menggerakkan para raja-raja dunia untuk berperang. Ini disebut sebagai peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah yang Mahakuasa (ayat 14). Perang besar, itulah pesannya, dan tempatnya disebut Harmagedon. Jelas sekali ini tidak mengacu lokasi fisik yang dikenal sebagai Megido, wilayah yang kecil. Dan Harmagedon juga tak menggambarkan perang fisik yang besar. Bacalah ayat 15, jelas sekali Firman Allah, “Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya”.
Ayat ini sama sekali tidak mencerminkan perang fisik. Ayat ini jelas bermakna rohani, sebagaimana yang diucapkan Tuhan Yesus di kitab Injil. Maka jelaslah ini gambaran simbolis dari perang besar (perang rohani), di mana peperangan ini hanya akan dimenangkan oleh mereka yang berjaga-jaga, yang hidup sesuai Firman Allah. Yang tidak telanjang dan tidak terlihat kemaluannya, yaitu orang yang hidup suci, tidak berlumur dosa. Bukan orang kuat fisiknya, dan hebat senjatanya. Bukan soal negara adidaya, tapi soal moral yang teruji dan terpuji. Perang rohani adalah perang sejati yang secara konsisten digambarkan oleh Alkitab.
Paulus mencatat dengan jelas bahwa musuh kita bukan darah dan daging, melainkan melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat diudara (Efesus 6: 11-18). Karena itu kita harus mempersiapkan diri, khususnya menuju perang terakhir. Gambarannya tepat seperti kitab Wahyu. Mereka yang menafsir perang ini ke arah fisik jelas tak sejalan dengan Alkitab. Apalagi menuding negara, atau tokoh tertentu sebagai antikris, sekalipun bisa siapa saja. Jadi jelas, perang Harmagedon adalah perang rohani yang besar. Besar karena merupakan perang akhir, di kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Perang Harmagedon adalah perang strategis, soal setia atau tidak pada kebenaran.
Jangan tunggu Harmagedon, karena perang telah berlangsung dari dulu, sekarang, hingga Harmagedon. Karena itu berjaga-jagalah, janganlah menjadi pecundang melainkan pemenang. Jangan terjebak dengan tafsir yang spekulatif. Selamat bijak, selamat berperang.
reformata
sangat menarik
BalasHapusblog menarik, komentar juga ya ke blog saya www.belajarbahasaasing.com
BalasHapus