Lihat, Dan Perhatikan Cicak



Sebagian orang merasa geli pada sosok cicak, bahkan ada yang merasa jijik. Kita semua pasti sepakat menyimpulkan bahwa cicak adalah binatang yang sangat lemah. Tidak seperti ular yang bisa menggigit dan berbisa, cicak tidak mempunyai sistem pertahanan yang memadai untuk melindungi dirinya dari hewan yang lebih besar atau manusia. Maka manusia pun bisa menangkap cicak dengan tangan tanpa bantuan senjata apapun, memegang cicak tanpa resiko apapun, bahkan dengan mudah bisa membunuh cicak. 

Tapi lihatlah betapa Tuhan menciptakan segala sesuatu itu bukan tanpa sebab. Tuhan tidaklah menciptakan cicak asal-asalan dan menjadikan cicak hanya sebagai mangsa atau santapan empuk predator saja. Cicak dilengkapi dengan ekor yang sanggup ber-regenerasi alias tumbuh lagi jika terputus. Ekor cicak ini akan terputus ketika cicak merasa sedang dalam bahaya. Ekornya akan terus bergerak-gerak sehingga pemangsa akan terfokus pada ekor yang putus dan akibatnya cicak bisa berlari jauh-jauh untuk menyelamatkan diri. Cicak juga dibekali dengan kemampuan beradaptasi tingkat tinggi. Coba lihat, mereka ada dimana-mana, mulai dari lingkungan kotor, kumuh hingga lingkungan mewah. Cicak ada di rumah, di sekolah, di kantor hingga istana-istana raja.

Mengapa cicak bisa lalu lalang dengan bebas di istana? Cicak tidak dibunuh karena mereka memakan serangga-serangga yang merugikan seperti nyamuk. Gerakan lidahnya cepat dalam menyergap serangga. Meski lemah, cicak ternyata berguna, dan karenanya mereka pun bisa berada dengan bebas di dalam istana, lebih hebat dari manusia-manusia yang lebih kuat dari mereka namun mungkin belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke dalam istana raja. Kemampuan adaptasinya yang luar biasa pun bisa kita jadikan sebagai sebuah pelajaran.
Manusia seringkali tidak menyadari bahwa mereka telah dilengkapi berbagai organ, indra dan kemampuan adaptasi oleh Tuhan dalam menjalani hidup. Banyak orang yang lebih mudah untuk mengeluh bahkan menyesali keadaan dirinya, ketimbang memikirkan hal sebaliknya : betapa Tuhan telah menyediakan segala sesuatu secara lengkap, yang cukup bagi kita untuk menghasilkan buah, bekerja buat Dia dan memuliakanNya. 

Dalam dunia yang begitu luas dan kejam ini kita sama lemahnya seperti cicak. Tapi dengan segala sesuatu yang ada pada kita, kita pun bisa berusaha untuk tampil sebagai pemenang, bahkan lebih dari pemenang. Tuhan punya rencana bagi setiap kita, masing-masing sudah dilengkapi secara khusus dan ditempatkan sesuai yang Dia kehendaki, seperti yang digambarkan Paulus dalam 1 Korintus 12:18. Untuk itu semua Tuhan telah menyediakan segalanya. Anda merasa lemah? "Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan." (ay 22). Selemah apapun anda, anda tetap berguna bagi Tuhan dan diinginkan untuk berhasil dalam kehidupan dan dijanjikan kehidupan yang kekal dalam Kristus.
 

Tuhan tidak pernah menginginkan kita hanya sebagai ekor, melainkan sebagai kepala. Kita diciptakan untuk tetap naik dan bukan turun. Dan ini semua bisa kita lakukan jika kita mendengar perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia" (Ulangan 28:13).
 
Belajar dari cicak, kita harus mampu memaksimalkan segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan pada hidup kita untuk menyatakan kemuliaanNya baik dalam pekerjaan maupun kehidupan kita sehari-hari. Pergunakan segala talenta dan anugrah Tuhan untuk berbuat yang terbaik, dan tetaplah mendengar serta menjadi pelaku firman, maka biarpun kita
manusia yang lemah dalam dunia yang keras, kita pun akan mampu tampil di depan, seperti halnya cicak di istana-istana raja.

"cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja." (Amsal 30:28).

Pergunakan karunia yang diberikan Tuhan kepada kita untuk tampil lebih dari pemenang. Amin.~


sumber:"Kristus Jawaban II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar