Aku Bukan Orang Berdosa



Matius 21:31-32

"Siapakah diantara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya." 

"Dia itu kan perempuan nakal," kata seorang ibu yang sedang memegang sapu. Ibu-ibu yang lain menimpali, "Iya tuh, harusnya nggak tinggal di komplek sini, bikin malu aja!" Ungkapan-ungkapan yang senada dengan ini, banyak kali diucapkan oleh orang-orang yang merasa diri tidak "seberdosa" orang lain. Kita memang patut bersyukur kalau kita tidak hidup sebagai pelacur, pemabuk, pencuri, penzinah, penjudi dll. Ketika mendengar istilah-istilah di atas, biasanya yang tergambar di benak kita adalah barisan orang-orang berdosa yang sedang antri menuju Neraka. Seperti orang yang mengebaskan debu atau kotoran dari pakaian yang sedang di kenakannya, kita menyatakan diri bersih dari dosa yang dilakukan oleh orang-orang itu. Kita bangga karena bukan pecuri, bukan pemabuk dan bukan penjaja sex. Kita bahkan menjadi besar kepala karena di kenal orang sebagai orang baik-baik, tidak ada cerita buruk yang orang ketahui tentang kita.

Tetapi ada satu kebenaran penting yang harus kita pahami bahwa dengan tidak menjadi pendosa seperti contoh-contoh di atas, itu tidaklah cukup. Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi merasa paling rohani dan paling benar daripada orang lain.
Perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai di dalam Lukas 18:9-14 menjelaskan bagaimana cara orang Farisi menilai dirinya. Orang Farisi ini mewakili orang-orang yang merasa lebih layak dari yang lain. Tetapi di balik sikap munafik seperti ini Tuhan menunjukan suatu dosa yang lain yang berakar pada kesombongan dan merasa diri paling suci. Dosa kesombongan yang tersembunyi jauh di dalam hati dan tidak di lihat orang, namun Tuhan tuhu dan melihatnya.

Berhati-hatilah dengan "sikap Farisi" yang satu ini, karena sikap yang membuat kita merasa benar dengan kehidupan rohani kita saat ini sesungguhnya sudah mengandung dosa kesombongan yang akhirnya akan menyeret kita ke dalam kebinasaan. Jangan sampai orang yang kita anggap pendosa, akhirnya mendahului kita masuk ke dalam kerajaan Allah, karena akhirnya mereka benar-benar menyadari keberdosaan mereka kemudian berbalik kepada Allah.
Marilah dengan rendah hati kita mempersilahkan Tuhan menyelidiki hati dan seluruh kehidupan kita, dan membiarkan Dia menyempurnakan kita. Jangan pernah beranggapan bahwa kita lebih baik dan lebih benar dari orang lain, karena hanya Tuhanlah yang sanggup menilai kita dengan cara penilaian yang benar. Mungkin sekali kita tidak tahu dan menyadari bahwa ada dosa di dalam hati kita, tapi Tuhan tahu akan hal itu.

"JANGAN PERNAH SOMBONG KARENA TIDAK ADA SEORANG MANUSIAPUN YANG SEMPURNA."

(Kristus Jawaban)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar