PERHATIKANLAH TINGKAH LAKU SEMUT



Oleh: Simon,MG

(Amsal 6:6-8; Amsal 30:25)

"Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak; biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas."

Semut disinggung dalam Firman Tuhan, bukan saja untuk diperhatikan tetapi agar dipelajari tingkah-laku mereka. Semut adalah binatang kecil termasuk bangsa serangga yang hidup dalam suatu komunitas keluarga yang baik dan rajin.

Menemukan semut? Itu mudah sekali! Semut selalu terlihat dimana-mana, baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Bila kita duduk di lantai maupun di rerumputan sambil menikmati makanan kecil yang manis dan beraroma, maka tanpa diundang semutpun akan datang berkerumun sekitar kita. Semut yang senantiasa hilir-mudik itu akan mencium remah-remah tersebut, membawa atau memakannya.

Mereka adalah mahluk kecil yang sangat rumit, hidup dalam suatu masyarakat yang serba teratur dan memiliki sifat yang rajin. Untuk mencari makan, ia harus berjalan jauh. Dan ketika menemukan makanan, ia mengajak mereka untuk beramai-ramai mengangkat makanan itu. Semut tidak pernah hidup menyendiri seperti serangga lainnya. Mereka hidup dalam kebersamaan dan memiliki naluri sosial yang tinggi.

Semut juga adalah serangga yang cerdik. Cara hidup mereka yang bergotong-royong demikian mengagumkan, cara membangun tempat kediaman dan mencari makanan sekaligus menyimpannya demikian pintar. Padahal jelas semut tidak memiliki akal seperti manusia, tidak dapat belajar atau berpikir. Semut hanya memiliki dua perasa (antena) yang bengkok panjang melekat di atas kepalanya. Antena adalah alat peraba utama semut. Umumnya semut yang hidup dalam koloni memiliki penglihatan yang sangat buruk, karena itu dalam menemukan jalannya mereka mengandalkan naluri penciumannya.

1.  Semut melaksanakan tugas pekerjaannya dengan rajin

Perhatikanlah prilaku mereka. Di dalam maupun di luar ruangan, mereka tidak pernah bersantai-santai, pasif atau hanya berdiam diri. Mereka selalu bergerak seakan tidak mengenal lelah.

Setiap kali cuaca mendung, semut-semut itu selalu keluar dari sarangnya, banyak sekali jumlahnya. Mereka beramai-ramai mencari makanan dan membawanya ke sarangnya. Mereka terus bekerja dengan giat.

Mungkin saja kita memiliki semangat yang menyala-nyala, namun sifat kedagingan kita lemah. Sehingga apa yang ingin kita lakukan tidak jadi dilaksanakan. Apa yang ingin di capai tidak jadi dilakukan. Intinya, sifat kedaginganlah yang membuat kita menjadi malas! Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, suatu saat kita akan menjadi orang yang pesimistik, pasif dan penuh keragu-raguan.

Segala hal yang menghalangi ibadah kita kepada Tuhan harus di tanggalkan, termasuk kemalasan.
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).

"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Kor. 15:58).

2.  Kebersamaan dan saling mengasihi

Semut adalah serangga kecil yang memiliki naluri sosial yang tinggi. Mereka hidup bersama-sama dalam suatu komunitas yang besar. Bilamana mereka menemukan sesuatu yang dapat di makan, mereka akan makan bersama-sama dan sebagian lagi mereka bawa ke koloninya. Semut pekerja lainnya akan datang menjemput mereka di lorong sarang, menggosokan sungut mereka yang peka pada semut yang baru pulang itu agar makanan yang dibawanya bisa dikumpulkan. Selanjutnya makanan-makanan itu dibawa dalam kubangan kecil untuk nantinya di makan secara bersama-sama.

Gereja mula-mula telah menjadi contoh atau teladan yang indah, karena kebersamaan para rasul dan pengikut Kristus yang saling kasih mengasihi secara tulus dan murni, sehingga persekutuan mereka bertambah erat dan menghasilkan penambahan jiwa-jiwa baru.

"Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa .....Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu........... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Allah. ........ Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." (Kisah Para Rasul 2:42-47).

Sebagai umat pilihan Tuhan, sikap kebersamaan dalam persekutuan melalui saling mengasihi haruslah menjadi yang utama dan transparan. Karena kasih tidak pudar oleh waktu dan merupakan cermin keberadaan Allah.

Di dalam Tuhan, orang yang terpanggil dan terpilih menjadi pengikut Kristus adalah keluarga Allah dan saudara kita. Karena itu, jangan biarkan terjadi sekat-sekat pemisah diantara sesama umatNya, karena sorga tidak mengenal merk gereja, denominasi gereja atau simbol-simbol karya manusia. Allah hanya mengenal umatnya yang memiliki meterai Anak Domba Allah yaitu mereka yang telah di tebus oleh darahNya di Kalvari

Kebersamaan dan saling mengasihi, menyiratkan betapa kita dituntut untuk lebih peka terhadap sesama kita. Yang kuat harus menopang yang lemah, yang berkelebihan membantu yang berkekurangan. Rongga yang terbuka harus di tutup rapat -rapat bukan semakin di lebarkan. Dengan demikian karakter Kristus nampak dalam kehidupan umatNya.

Semut tidak memilah-milah atau membeda-bedakan diantara sesamanya. Semua mendapat bagian dan giliran yang sama. Tidak iri satu dengan yang lainnya dan mereka menyelesaikan tugas masing-masing dengan teratur bahkan bergotong-royong

Bagaimanakah dengan hidup kita yang jauh lebih istimewa dari semut?

3. Disiplin

Kehidupan semut di dalam sarangnya merupakan tugas yang rutin dan tak pernah dilanggar, dan masing-masing semut memiliki tugas tertentu yang menunjang keberhasilan seluruh koloni. Sebagian tugas itu berat sebagian lagi mudah. Semut pekerja membangun sarang untuk  memberi tempat bagi semut-semut lainnya yang berjumlah besar. Membangun sarang merupakan pekerjaan yang memerlukan kedisiplinan. Para semut pekerja saling bantu untuk membuat terowongan yang diperlukan, menghubungkan ruang penyimpanan makanan dengan kamar-kamar perawatan larva-larva, agar selalu tersedia cadangan pangan yang melimpah untuk semut-semut generasi selanjutnya.

Tidaklah mudah menjadi seorang Kristen sejati, yang berpadanan dengan kehendak Tuhan dan 'menjadi sama seperti Kristus'. Kedisiplinan tinggi sangat diperlukan sebagai penunjang kontrol diri.

Melakukan kedisiplinan memerlukan pengorbanan dan penyangkalan diri yang konsisten. Tanpa semua itu kegagalan demi kegagalan dalam mewujudkan kehendak Allah dalam hidup kita pasti  terjadi.

Memang, untuk menjadi orang yang memiliki disiplin tinggi tidak terjadi begitu saja, diperlukan kemauan, keberanian dan semangat juang yang baik.

Untuk mencapai sasaran pendisiplinan diri, kita bisa memulainya terlebih dahulu dengan hal-hal kecil, misalnya: Datang ke gereja tepat waktu, berdoa sebelum dan sesudah tidur, berdoa sebelum berangkat ke kantor, membaca Alkitab, mengatur keuangan dengan baik dan menghindari kalimat-kalimat 'bohong' ketika terlibat dalam percakapan, dll.

Karena ibadah yang sesungguhnya bukan saja mempersembahkan jiwa, roh kita untuk dipakai memuliakan Tuhan, melainkan tubuh kita juga.

Kejatuhan manusia dalam dosa diakibatkan oleh lemahnya kehendak tubuh ini, karena  tubuh manusia berada digaris depan yang bersentuhan langsung dengan 'kenikmatan semu dunia ini' akan mempengaruhi jiwa sehingga menuruti kehendaknya.

"Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Galatia 5:17).

Padahal untuk melaksanakan ibadah yang benar, keinginan Roh itu harus dominan terhadap keinginan daging. Keinginan daging itu harus dikendalikan menjadi alat untuk memuliakan Tuhan. Dengan demikian terjadilah proses menuju ibadah yang sejati.

"Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1).

4. Cerdik dan berani.

Ada pepatah yang mengatakan "Semut pun jika terus menerus di usik suatu saat pasti melawan". pernah digigit semut? Tentu saja pernah, bukan? Bandingkan perbedaan semut dan manusia. Sekalipun semut itu binatang yang sangat kecil tetapi memiliki keberanian terhadap yang jauh lebih besar dari postur tubuhnya.

Dan kecerdikan semut teruji ketika langkahnya terhenti dikarenakan jalan yang dilaluinya menjadi buntu. Ia tidak putus asa, melainkan berusaha mencari jalan lain agar perjalanannya tidak terganggu.

Sebagai umat Tuhan, keberadaan kita digambarkan seperti sekawanan domba di antara srigala yang buas. Hidup kekristenan kita selalu terancam karena iblis yang digambarkan seperti singa yang mengaum sedang mencari kesempatan untuk dapat melulur anak-anak Tuhan (I Petrus 5:8).

Untuk mensikapi keadaan tersebut kita di tuntut supaya berlaku cerdik dan berani, sekalipun resikonya adalah 'penderitaan'. Tetapi ingat, menderita di dalam Tuhan merupakan karunia! " .....Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah." (1 Petrus 2:20).

Permasalahan yang kita hadapi seharusnya tidak menjadikan kita orang yang mudah putus asa, melainkan menjadikan kita lebih dewasa di dalam Tuhan. Kita harus mensikapi permasalahan yang datang dengan kecerdikan, ketulusan dan keberanian di dalamTuhan. Berfikirlah secara positif sebab tidak semua persoalan merupakan 'musibah' dalam hidup kita. Sebagai anak-anak Tuhan apa yang kita alami merupakan bagian dalam rencanaNya. Masalah bisa kita jadikan proses pembelajaran agar kita menjadi lebih tahu akan kehendakNya, masalah yang kita hadapi bisa juga merupakan proses pendewasaan agar kita lebih tahan uji selanjutnya  masalah juga merupakan proses pemurnian iman.

Tetapi yang paling penting, kita harus memiliki keberanian untuk menghadapi setiap persoalan. Jangan lari dari masalah; itu tidak akan menyelesaikannya. Tetapi marilah kita hadapi setiap pergumulan hidup ini dan jadilah pemenang! Di dalam Tuhan kita lebih dari seorang pemenang (Roma 8:37).

5.  Menilai Tanda

Semut-semut tidak memiliki alat-alat meteorogi, tetapi dapat menentukan kapan hujan akan datang.  Memang semut tidak sepintar manusia, tetapi semut selalu mensikapi tanda. Kalau bumi dirasa semakin panas; mereka tahu bahwa sebentar lagi pasti hujan. Karena itu, begitu bumi dirasakan menyengat, mereka semua keluar mencari makanan dan membawanya ke sarang mereka. Menyimpan semua makanan untuk konsumsi persediaan selama musim hujan.

"Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?" (Lukas 12:56).

Apa yang telah terjadi dan sedang terjadi di dunia akhir-akhir ini merupakan tanda yang jelas bahwa nubuat dalam Alkitab telah, sedang dan akan digenapi.

Bencana-bencana alam, peperangan-peperangan, kemerosotan moral manusia, kasih yang semakin menurun, penganiayaan-penganiayaan terhadap umat Tuhan, dll. menyiratkan tanda-tanda akhir zaman perlu kita waspadai dan cermati.

Menilai zaman bukan berarti menafsirkan apalagi meramal zaman. Menilai zaman adalah mempelajari tanda-tanda zaman yang sedang berlangsung di dunia ini dan menghubungkannya dengan nubuat-nubuat dalam Alkitab. Hal ini sangat penting agar kita selalu berjaga-jaga, waspada, tekun berdoa dan tetap setia memelihara iman di dalam Kristus. Amin. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar