Nyamanlah Jiwaku



Berikut ini oleh Brian Snider – “Kebanyakan orang sudah pernah mendengar cerita dibalik himne yang sangat disukai, “Nyamanlah Jiwaku” (It Is Well With My Soul). Sebagaimana telah dikisahkan berulang kali, Horatio Spafford, seorang pengacara Chicago yang sukses, sedang membawa istri dan keempat putrinya ke luar negeri untuk mendapatkan istirahat dan relaksasi. Pada menit-menit terakhir, ada bisnis yang menyebabkan ia tidak dapat pergi bersama mereka, jadi ia mengutus istri dan anak-anaknya itu terlebih dulu, dengan janji bahwa ia akan menyusul sesegera mungkin. Spafford adalah sahabat D.L. Moody dan mendukung pelayanannya dan mereka sekeluarga ingin pergi ke Eropa karena mereka tahu Moody akan ada di sana pada musim gugur. Di tengah lautan, kapal mereka, Ville Du Havre, ditabrak oleh kapal lain, dan segera tenggelam. Keempat putrinya meninggal semua dan istrinya ditemukan tidak sadar diri terapung-apung pada puing-puing kapal. Ia tertolong, dan ketika sampai ke seberang, ia mengirim pesan kepada suaminya, “Diselamatkan Sendirian.” Tetapi tidak banyak yang tahu bahwa itu hanyalah permulaan dari banyak kesusahan dan kesedihan yang menimpa keluarga Spafford, dan bahwa iman mereka dalam Kristus terus tanpa goyah. Alasan mereka mengadakan perjalanan pada tahun 1873 itu adalah karena bencana api yang menimpa Chicago tahun 1871. Mereka kehilangan cukup banyak harta dalam bentuk rumah karena api tersebut, dan mereka menuangkan hidup mereka untuk membantu orang-orang lain melewati waktu-waktu yang sulit tersebut. Habis secara fisik maupun emosi, mereka berencana untuk berlayar mendapatkan istirahat ketika mereka kehilangan anak-anak mereka. Mereka baru saja mulai membangun kembali hidup mereka ketika mereka kehilangan seorang putra (yang lahir setelah kejadian karam kapal tesebut) karena pneumonia. Ketika itu terjadi, gereja yang telah mereka bantu bangun mengeluarkan mereka dari keanggotaan jemaat, karena percaya bahwa pasti ada dosa rahasia pada keluarga mereka sehingga tangan Tuhan sedemikian keras menghajar mereka. Setelah kehilangan lima anak, harta benda, dan kini juga kehilangan persekutuan jemaat dan teman-teman mereka, mereka memutuskan untuk pindah ke Yerusalem untuk memulai kehidupan baru. Di Yerusalem mereka mendirikan apa yang kini dikenal sebagai “American Colony.” Ini adalah suatu tempat peristirahatan bagi orang-orang Kristen, di mana mereka bisa datang dan menghidupi suatu kehidupan Kristiani yang sederhana, berbagi segala sesuatu, dan melayani orang-orang sekeliling mereka. Pengaruh mereka akhirnya membuahkan banyak orang Islam dan orang-orang agama lain yang berbalik kepada Kristus di kota Yerusalem yang pada zaman itu tandus. Spafford menulis banyak himne dan karya tulis lainnya, termasuk sebuah buku kecil yang berjudul ‘Dua Puluh Alasan Untuk Percaya Kedatangan Tuhan Sudah Dekat.’ Besandar pada Kristus telah memampukan keluarga Spafford melewati saat-saat tersulit dalam kehidupan yang dapat dibayangkan manusia. Melalui penderitaan mereka, mereka telah bergabung dengan khalayak ramai saksi-saksi yang menyaksikan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. “Meski oleh Iblis aku diserang / Hatiku tenang dan teguh / Sebab Kristus t’lah menyelamatkanku / DarahNya menebus jiwaku.”
EDITOR: Yang sungguh menyedihkan dari kisah ini adalah sikap jemaat yang mengeluarkan Spafford sekeluarga karena menduga adanya “dosa rahasia,” hanya karena keluarga Spafford mengalami rentetan bencana. Sikap seperti ini terpelihara dalam banyak jemaat hari ini melalui theologi kemakmuran yang sadar atau tidak sadar dipromosikan di banyak gereja. “Orang Kristen pasti akan kaya. Orang Kristen pasti akan sehat. Orang Kristen pasti akan sukses materi.” Seruan-seruan seperti ini, yang sama sekali tidak memiliki dasar Alkitab, menjadi tuduhan yang tajam bagi mereka yang tidak kaya, mengalami sakit penyakit, atau tidak “sukses” secara duniawi. Tidak jarang mereka yang tidak berhasil disembuhkan dari penyakit dicap “tidak beriman,” atau “menyembunyikan dosa” oleh pendeta-pendeta gadungan yang mengaku mempunyai “kuasa penyembuhan.” Padahal justru iman dan doktrin para penyembuh gadungan inilah yang korup. Theologi kemakmuran bukan hanya menciptakan kekristenan yang menjadi hamba uang, melainkan juga seringkali menyerang orang-orang Kristen yang justru paling tabah dalam penderitaan.


sumber:www.wayoflife.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar